Apakah
anda pernah ikut sebuah psikotes? Jika pernah, anda pasti ingat salah
satu tes yang dilakukan adalah menghitung penjumlahan angka-angka dalam
lembaran besar. Angka-angka yang tercetak sangat banyak dan lumayan
'menakutkan' bagi sebagian orang. Mengapa tidak, meskipun tugas kita
sangat simple, hanya menjumlahkan dua angka di atasnya dan terus
melanjutkannya ke bawah, tapi jika kita harus melakukannya dalam waktu
yang ditentukan, tentulah jadinya kita akan merasa ada tekanan dalam
menyelesaikannya.
Ketika
kita asyik menjumlah, maka setiap 15 atau 30 menit sekali sang penguji
akan memberi tanda kepada kita untuk berhenti dan memberi garis bawah
kepada angka terakhir yang kita hitung. Dan begitu seterusnya sampai
beberapa jam ke depan. Nantinya jika waktu selesai maka kita harus
mengumpulkannya kepada sang penguji.
Saya
rasa tugas itu harusnya sangat mudah jika tidak ada aturan waktu. Anak
SD saja pasti bisa mengerjakan dengan sangat baik soal hitung-hitungan
ini. Tapi sebenarnya bukan masalah benar atau salahnya hitungan itu yang
akan dinilai, tapi seberapa banyak dan seberapa konsistennya kita dalam
memecahkan soal-soal tersebut.
Soal
kecerdasan mungkin saja kita di atas rata-rata, tapi soal daya tahan
belum tentu kita memiliki nilai yang baik. Kebanyakan dari kita tidak
mampu bertahan bekerja di bawah tekanan dan banyak yang ingin berhenti
saja di tengah-tengah. Mengapa begitu? Karena pada dasarnya kita ingin
melakukan yang terbaik. Kita tidak mau dikatakan tidak mampu. Kita akan
mendorong diri kita untuk bisa melakukan penjumlahan itu
sebanyak-banyaknya. Dan karena target yang kita miliki itulah maka
sebagian orang akan merasa tertekan dengan aturan dan pembatasan yang
ada. Tipe ini biasanya akan cepat melakukan di awal, namun kemudian akan
terengah-engah di tengah-tengahnya. Dan biasanya juga akan terlihat
dari tekanan pensil atau bolpen yang dia goretkan, lama kelamaan akan
semakin tebal dan dalam, menunjukan tekanan di hatinya semakin nyata.
Tapi ada juga tipe orang yang tidak terlalu memusingkan target itu. Dia
akan mengalir semampu yang dia bisa lakukan. Ketenangan yang dia miliki
akan menolongnya untuk bisa memiliki aliran yang konstan dan konsisten
ketika mengerjakan hitungan itu. Mungkin hasilnya tidak langsung
maksimal, tapi jika dilihat secara keseluruhan maka kita bisa melihat
bahwa dia orang yang lebih stabil.
Sementara
itu mungkin ada juga orang yang sejak awal sudah memiliki ketakutan
sendiri dan merasa tidak mampu. Dia merasa bahwa tugas ini tidak mungkin
dia kerjakan dengan baik. Akibatnya, sejak awal saja hasil hitungannya
banyak yang salah dan hasilnya sangat sedikit di setiap jedanya.
Namun
ada juga orang yang ignorant atau cuek. Dia tidak terlalu perduli
dengan hasilnya. Dia tidak punya rasa takut akan penilaian orang lain.
Jenis seperti ini akan melakukan seenaknya dan tidak mempedulikan benar
salahnya hasil hitungannya, hanya akan menuliskan angka sembarangan
sebanyak-banyaknya.
Saudara, diantara tipe-tipe itu, termasuk yang manakah anda?
Tidak
usah kuatir untuk menjawabnya. Ini bukan masalah benar atau salah, tapi
ini akan menunjukkan siapa diri kita, dan tentunya akan menolong kita
untuk bisa mengetahui bagaimana seharusnya kita bertindak dan mengambil
keputusan dalam menghadapi masalah yang terjadi di dalam hidup kita.
Daya
tahan sangat diperlukan untuk kita miliki. Tidak ada yang instan dalam
hidup ini. Hampir setiap hari dan setiap hal memerlukan keputusan dari
diri kita. Dan untuk ini kita perlu berjuang untuk menjalankannya. Perlu
mengambil tindakan yang benar.
Cara
berhitung tadi hanya sebuah simulasi dalam menolong kita melakukan yang
tepat. Dan kita bisa saja sewaktu-waktu menaruh pensil atau bolpen kita
dan berdiri dari tempat duduk tersebut untuk menghentikan proses
tersebut jika kita merasa tidak suka untuk melanjutkannya.
Tapi
tidak demikian dengan hidup kita. Suka atau tidak suka, kita tidak bisa
menghentikannya begitu saja. Kita berada di satu situasi yang mau tidak
mau harus kita hadapi. Ada banyak orang yang mungkin kita merasa tidak
setuju, tapi mau tidak mau kita harus tetap ada di sana dan menghadapi
mereka semua.
Tekanan
kita bukan lagi terletak pada sang penguji yang mengumumkan waktu jeda
tersebut, tapi justru terletak pada bentuk relasi seperti apa yang kita
bangun selama ini, dan juga tergantung pada keputusan apa yang kita buat
dalam hidup kita.
Simulasi
hitungan tadi hanya sedikit ujian untuk menunjukkan kepada kita seperti
apa karakter kita. Namun yang paling utama kita bisa belajar
bagaimanapun atau seperti apapun tekanan itu diberikan kepada kita,
janganlah kita pernah berkata 'QUIT'.
Keputusan
untuk berhenti dalam banyak proses hanya akan memberikan harga yang
lebih mahal bagi siapapun. Dan saya yakin tidak ada satu orang pun yang
menginginkan harga yang mahal tersebut. Jadi, jangan cepat-cepat
berhenti sampai prosesnya memang berakhir.
Jangan
cepat menyerah dalam membangun hubungan dengan pasanganmu, jangan
buru-buru berkata 'berhenti' pada boss mu hanya karena rasa marah dan
kesal. Jangan terburu-buru mengadili seseorang hanya karena bukti yang
tidak seberapa.
Cobalah
ingat-ingat, selama ini, ada berapa banyak hal juga yang engkau sesali
telah terjadi hanya karena keputusan yang dibuat berdasarkan emosi
sesaat? Bukankah semua itu tidak bisa dikembalikan lagi?
Jadi
hari inipun sama. Jangan hanya karena adanya 'tekanan' yang belum
seberapa, kita sudah mengambil keputusan yang terlalu jauh. Tapi
tenangkan hatimu, tarik nafas, ambil waktu untuk berdoa, mendengarkan
suara Tuhan untuk masalah tersebut. Setelah semuanya tenang, barulah
melangkah dan mengambil keputusan.
Daya
tahan dalam menghadapi tekanan memang sangat diperlukan. Dalam hal
inilah iblis akan mengambil banyak peranan, mencoba mengintimidasi kita
sehingga kita akan mengambil keputusan dan membuat tindakan yang bodoh.
Dia akan terus mendesak, menyiksa dan memaksa kita untuk berjalan sampai
ke ujung tebing, memperlihatkan kepada kita bahwa tidak ada pilihan
lain selain terjun ke dalam tebing itu.
Tapi
Bagi Allah tidak ada yang mustahil. Dia mampu membelah lautan sehingga
seluruh bangsa Israel berjalan di atas tanah yang kering menyeberangi
sebuah 'kemustahilan' ketika itu. Sementara bangsa Mesir mengejar
mereka, berusaha menekan dan mendorong mereka kepada situasi yang sulit
dan terus mendesak sampai ke dekat lautan itu, dimana bagi manusia
itulah akhir dari sebuah peristiwa yang besar itu. Semua orang akan
setuju untuk mengatakan bahwa sepertinya lautan itu akan menjadi
'kuburan' bagi mereka semua. Tapi tidak bagi Allah. Dia menyatakan
kebesaranNya dengan membuka lautan itu bagi mereka semua dan membuatkan
jalan yang sangat baik sehingga mereka bisa melaluinya.
Segala
kemustahilan itu bisa dilewati. Segala tekanan itu bisa diatasi ketika
kita memiliki ketekunan dan daya tahan di dalam iman kita bersama dengan
Tuhan.
Biarlah
tulisan saya hari ini bisa memberikan satu kekuatan bagi semua yang
membacanya hari ini. Jangan pernah menyerah dan jangan jemu berbuat
baik, karena kita semua akan menuainya ketika kita tidak menjadi lemah
dan menyerah sebelum waktunya.