Translate this page to the following language!

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified


INSURANCE WORLDWIDE

Informasi Terpanas Tentang Manfaat Asuransi Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES CELEBRITY WORLDWIDE

Informasi Terpanas Tentang Kehidupan Artis Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES HISTORY TOUR AND TRAVEL

Informasi Terpanas Tentang Perjalanan Wisata Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES LOVE GOD

Informasi Terpanas Tentang Kehidupan Rohani Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES ADVERTISING

Kesempatan Buat Anda yang ingin Memajukan Bisnis dengan Pasang Iklan Secara Gratis dan Dibaca diseluruh Dunia *** Read More ***

Yuk Belajar Jual Beli Dollar

Musa Diserang

ORANG Yahudi, orang Kristen, dan Muslim sering kali tidak sependapat tentang banyak hal. Namun, terlepas dari ketidaksepakatan mereka, agama-agama ini memiliki setidak-tidaknya satu persamaan: respek yang dalam terhadap pria yang dikenal sebagai Musa. Orang Yahudi mengakuinya sebagai ”yang terbesar dari semua guru Yahudi”—pendiri bangsa Yahudi. Orang Kristen menganggapnya sebagai pembuka jalan bagi Yesus Kristus. Orang Muslim memandang Musa sebagai salah seorang nabi mereka yang pertama dan terbesar.

Nabi Musa


Jadi, Musa adalah salah seorang pria yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia. Meskipun demikian, selama lebih dari seabad, Musa telah diserang oleh kalangan cendekiawan maupun pemimpin agama. Banyak orang tidak hanya menantang kepercayaan bahwa Musa melakukan mukjizat dan memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir tetapi bahkan mengatakan bahwa ia tidak ada. Buku Moses—A Life karya Jonathan Kirsch menyimpulkan, ”Satu-satunya yang dapat kita katakan tentang tokoh sejarah Musa adalah bahwa seseorang seperti pria yang diuraikan dalam Alkitab itu mungkin telah hidup pada suatu masa dan di sebuah tempat yang tidak dapat diketahui jauh di masa lampau, dan kepahlawanannya mungkin hanyalah berupa segelintir pasir yang seperti mutiara diperbesar lapis demi lapis oleh legenda dan kepercayaan turun-temurun selama berabad-abad hingga ia menjadi tokoh yang mengesankan dan kontroversial yang kita baca dalam halaman-halaman Alkitab.”

Sepintas lalu, skeptisisme seperti itu mungkin layak disimak. Misalnya, para kritikus mengomentari bahwa bukti arkeologis telah ditemukan untuk meneguhkan eksistensi tokoh-tokoh Alkitab seperti Raja Yehu dari Israel, tetapi tidak ada bukti arkeologis yang telah ditemukan untuk meneguhkan eksistensi Musa. Namun, hal ini sama sekali tidak membuktikan bahwa Musa hanyalah tokoh mitos. Orang-orang yang skeptis pernah berpendapat bahwa tokoh lain yang disebutkan dalam Alkitab, seperti Raja Belsyazar dari Babilon dan Raja Sargon dari Asiria, juga adalah tokoh mitos—sampai arkeologi belakangan meneguhkan eksistensi mereka dalam sejarah.

Pengarang Jonathan Kirsch mengingatkan kita, ”Sisa dan puing Israel dalam catatan Alkitab begitu langka sehingga sama sekali tidak ditemukannya Musa dalam sumber mana pun selain Alkitab sendiri bukanlah hal yang mengejutkan dan juga tidak bisa dijadikan dasar kesimpulan.” Menurut Kirsch, beberapa orang kemudian berpendapat bahwa kecil kemungkinan Musa hanyalah hasil imajinasi seseorang, karena ”kisah hidup yang begitu kaya dengan perincian dan dialog, begitu kompleks . . . , tidak mungkin dikarang-karang”.

Tidak soal Anda orang beragama atau bukan, kemungkinan besar Anda setidak-tidaknya mengetahui beberapa peristiwa utama dalam kehidupan Musa: pertemuannya dengan Allah di dekat semak yang bernyala-nyala, Eksodus bangsa Israel dari perbudakan di Mesir, terbelahnya Laut Merah. Tetapi, apakah ada alasan untuk percaya bahwa peristiwa-peristiwa ini benar-benar terjadi? Atau, apakah Musa hanyalah seorang tokoh mitologis? Artikel berikut akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sangat menarik ini.
===>>> Baca Selengkapnya Clik disini <<<===

Musa—Tokoh Sejarah atau Mitos?


MUSA lahir sambil dibayang-bayangi kematian. Bangsanya adalah sekelompok keluarga nomadis yang telah menetap di Mesir bersama bapak mereka Yakub, atau Israel, agar luput dari kelaparan. Selama puluhan tahun, mereka telah hidup damai berdampingan dengan tetangga mereka orang Mesir. Tetapi kemudian, terjadi perubahan yang mengerikan. Sebuah laporan sejarah yang disegani mengatakan, ”Bangkitlah atas Mesir seorang raja baru . . . Lalu ia mengatakan kepada bangsanya, ’Lihat! Orang-orang Israel lebih banyak jumlahnya dan lebih perkasa daripada kita. Ayo! Mari kita bertindak dengan cerdik terhadap mereka, agar mereka tidak berlipat ganda.’” Rencananya? Mengendalikan populasi bangsa Israel dengan menjadikan mereka ”budak seraya diperlakukan dengan lalim”, lalu dengan memerintahkan para bidan Ibrani untuk membunuh setiap anak laki-laki yang mereka bantu kelahirannya. (Keluaran 1:8-10, 13, 14) Berkat keberanian para bidan yang menolak menaati perintah itu, orang Israel terus bertambah banyak. Jadi, raja Mesir menitahkan, ”Setiap anak laki-laki yang baru lahir harus kamu lemparkan ke dalam Sungai Nil.”—Keluaran 1:22.

Nabi Musa



Sepasang suami istri Israel, Amram dan Yokhebed, ”tidak takut kepada perintah raja”. (Ibrani 11:23) Yokhebed melahirkan seorang anak laki-laki yang belakangan dilukiskan memiliki ”keelokan ilahi”. * (Kisah 7:20) Barangkali dengan satu atau lain cara, mereka paham bahwa anak ini diperkenan oleh Allah. Apa pun kejadiannya, mereka menolak menyerahkan putra mereka untuk dieksekusi. Sambil mempertaruhkan nyawa mereka sendiri, mereka memutuskan untuk menyembunyikan dia.

Setelah tiga bulan, orang tua Musa tidak dapat menyembunyikannya lagi. Karena tidak punya pilihan lain, mereka mengambil tindakan. Yokhebed menaruh anak kecil itu di dalam sebuah peti dari papirus dan mengapungkannya di Sungai Nil. Tanpa sadar, Yokhebed sedang memulai sesuatu yang bersejarah!—Keluaran 2:3, 4.

Peristiwa yang Dapat Dipercaya?

Banyak cendekiawan dewasa ini menolak peristiwa-peristiwa itu dan menganggapnya sebagai fiksi. ”Faktanya adalah,” kata Christianity Today, ”tidak ada secuil pun bukti langsung dari arkeologi yang telah ditemukan mengenai [tahun-tahun ketika] putra-putra Israel berdiam sementara di Mesir.” Meskipun mungkin tidak ada bukti langsung secara fisik, ada cukup banyak bukti tidak langsung bahwa catatan Alkitab tersebut dapat dipercaya. Dalam bukunya, Israel in Egypt, Egiptolog (pakar kebudayaan Mesir) James K. Hoffmeier mengatakan,  ”Data arkeologis mempertunjukkan dengan jelas bahwa Mesir sering disinggahi orang Levant [negeri-negeri yang berbatasan dengan Mediterania bagian timur], khususnya akibat problem cuaca yang menimbulkan kemarau . . . Jadi, selama suatu periode kira-kira dari 1800 hingga 1540 SM, Mesir adalah tempat migrasi yang menarik bagi orang-orang berbahasa Semitik dari Asia bagian barat.”

Selain itu, telah lama diakui bahwa uraian Alkitab tentang perbudakan di Mesir memang akurat. Buku Moses—A Life melaporkan, ”Catatan Alkitab tentang penindasan orang Israel tampaknya diteguhkan oleh sebuah lukisan makam dari Mesir kuno yang sering direproduksi yang menggambarkan secara sangat terperinci pembuatan batu bata dari lumpur oleh sekelompok budak.”

 Uraian Alkitab tentang peti kecil yang digunakan Yokhebed juga mengandung kebenaran. Alkitab mengatakan bahwa peti itu dibuat dari papirus, yang, menurut Commentary karya Cook, ”biasa digunakan orang Mesir untuk membuat kapal yang ringan dan gesit”.

Namun, apakah tidak sulit untuk mempercayai bahwa seorang pemimpin bangsa memerintahkan pembunuhan berdarah dingin atas bayi-bayi? Cendekiawan George Rawlinson mengingatkan kita, ”Infantisida . . . telah ada secara luas pada waktu dan di tempat yang berbeda, dan telah dianggap sebagai soal sepele.” Sesungguhnya, kita tidak perlu melihat jauh-jauh untuk menemukan contoh pembunuhan massal yang tak kalah menyeramkannya pada zaman modern. Catatan Alkitab mungkin menggelisahkan, tetapi benar-benar dapat dipercaya.


Penyelamatan Musa—Legenda Kafir?

 Beberapa kritikus menyatakan bahwa penyelamatan Musa dari Sungai Nil tampak mencurigakan karena sangat mirip dengan legenda kuno tentang Raja Sargon dari Akad—cerita yang menurut beberapa orang sudah ada sebelum cerita Musa. Legenda itu juga bercerita tentang seorang bayi dalam keranjang yang diselamatkan dari sungai.

Namun, sejarah sarat dengan kebetulan. Dan, meletakkan anak kecil di sungai mungkin tidak seganjil kelihatannya. Biblical Archaeology Review mengatakan, ”Kita hendaknya ingat bahwa Babilonia dan Mesir kedua-duanya adalah kebudayaan tepi sungai dan bahwa meletakkan bayi dalam keranjang kedap air mungkin adalah cara yang sedikit lebih berterima untuk membuang anak itu daripada melemparkannya ke tumpukan sampah, yang lebih umum. . . . Cerita tentang bayi yang ditemukan lalu menjadi tokoh menonjol mungkin merupakan tema umum cerita rakyat, tetapi alasannya pastilah karena cerita itu berulang kali terjadi dalam kehidupan nyata.”

Dalam bukunya, Exploring Exodus, Nahum M. Sarna mengomentari bahwa meskipun ada beberapa kemiripan, cerita kelahiran Musa berbeda dengan ”Legenda Sargon” dalam ”banyak aspek yang signifikan”. Maka, pernyataan bahwa catatan Alkitab diambil dari legenda kafir hanyalah seperti tong kosong.



Diadopsi ke dalam Rumah Tangga Firaun

Yokhebed tidak membiarkan nasib anaknya ditentukan oleh kebetulan belaka. Ia ”menaruh peti itu di antara batang-batang teberau di tepi Sungai Nil”. Kemungkinan ia berharap agar di tempat inilah peti itu akan ditemukan. Di sini putri Firaun datang untuk mandi, kemungkinan secara rutin. *—Keluaran 2:2-4.

Peti kecil itu segera ditemukan. ”Ketika [putri Firaun] membukanya ia melihat anak tersebut, dan anak laki-laki itu sedang menangis. Melihat itu ibalah hatinya kepadanya, meskipun ia mengatakan, ’Ini salah seorang anak orang Ibrani.’” Putri Mesir itu pun memutuskan untuk mengadopsinya. Nama apa pun yang semula diberikan orang tuanya telah lama dilupakan. Dewasa ini, ia dikenal di seluruh dunia dengan nama yang diberikan ibu angkatnya—Musa. *—Keluaran 2:5-10.

Namun, apakah tidak mengada-ada untuk percaya bahwa seorang putri Mesir akan mengasuh anak semacam itu? Tidak, karena agama orang Mesir mengajarkan bahwa perbuatan baik adalah prasyarat untuk masuk ke surga. Mengenai pengadopsian itu sendiri, arkeolog Joyce Tyldesley mengatakan, ”Wanita Mesir sederajat dengan pria Mesir. Mereka menikmati hak yang sama dalam bidang hukum dan ekonomi, setidaknya dalam teori, dan . . . para wanita dapat mengadopsi anak.” Papirus Adopsi kuno sebenarnya mencatat tentang seorang wanita Mesir yang mengadopsi budak-budaknya. Mengenai mengupah ibu Musa sebagai inang penyusu, The Anchor Bible Dictionary mengatakan, ”Diupahnya ibu kandung Musa untuk menyusui dia . . . mirip dengan pengaturan yang identik dalam kontrak-kontrak adopsi orang Mesopotamia.”

Mengingat ia telah diadopsi, apakah asal usul Musa sebagai orang Ibrani akan disembunyikan darinya sebagai rahasia yang membawa aib? Beberapa film Hollywood telah membuatnya tampak seperti itu. Alkitab menunjukkan hal yang sebaliknya. Kakaknya, Miriam, dengan cerdik mengatur agar Musa disusui oleh ibunya sendiri, Yokhebed. Pastilah wanita yang saleh ini tidak akan menyembunyikan kebenaran dari putranya! Dan, karena anak-anak pada zaman dahulu sering kali disusui selama beberapa tahun, Yokhebed memiliki banyak kesempatan untuk mengajar Musa tentang ’Allah Abraham, Ishak, dan Yakub’. (Keluaran 3:6) Fondasi rohani semacam itu sangat bermanfaat bagi Musa, karena setelah diserahkan kepada putri Firaun, ”Musa diajar tentang segala hikmat orang Mesir”. Pernyataan sejarawan Yosefus bahwa Musa meraih kedudukan sebagai jenderal dalam suatu perang dengan Etiopia tidak dapat dipastikan kebenarannya. Namun, Alkitab memang mengatakan bahwa ”perkataan dan perbuatannya penuh kuasa”. *—Kisah 7:22.

Pada usia 40 tahun, Musa kemungkinan besar siap menjadi pemimpin Mesir yang menonjol. Kuasa dan kekayaan bisa menjadi miliknya seandainya ia tetap berada dalam rumah tangga Firaun. Lalu, terjadilah suatu peristiwa yang mengubah kehidupannya.

 Pengasingan di Midian

Pada suatu hari, Musa ’melihat seorang Mesir memukul seorang Ibrani, yaitu salah seorang dari antara saudara-saudaranya’. Selama bertahun-tahun, Musa telah menikmati keuntungan sebagai orang Ibrani sekaligus orang Mesir. Tetapi, ketika melihat sesamanya orang Israel dipukuli—mungkin bisa menewaskannya—Musa tergerak untuk membuat pilihan yang drastis. (Keluaran 2:11) Ia ”menolak untuk disebut sebagai putra dari putri Firaun, dan memilih untuk diperlakukan dengan kejam bersama umat Allah”.—Ibrani 11:24, 25.

Musa mengambil tindakan yang gesit dan tidak mungkin dibatalkan lagi, ”Ia membunuh orang Mesir itu dan menyembunyikan dia dalam pasir.” (Keluaran 2:12) Ini bukan tindakan seseorang yang ”didorong oleh ledakan amarah seketika”, tandas seorang kritikus. Kemungkinan besar, itu adalah tindakan yang menunjukkan iman—sekalipun salah arah—akan janji Allah bahwa Israel akan dibebaskan dari Mesir. (Kejadian 15:13, 14) Barangkali Musa dengan naif percaya bahwa tindakannya akan memicu bangsanya untuk memberontak. (Kisah 7:25) Namun, betapa kecewanya dia karena rekan-rekan sebangsanya tidak mau mengakui kepemimpinannya. Sewaktu berita pembunuhan itu sampai ke telinga Firaun, Musa terpaksa melarikan diri ke pengasingan. Ia menetap di Midian, menikahi seorang wanita bernama Zipora, putri seorang kepala suku nomadis bernama Yitro.

Selama 40 tahun yang panjang, Musa hidup sederhana sebagai gembala, pupus sudah harapannya untuk menjadi seorang pembebas. Namun, pada suatu hari, ia menuntun kumpulan ternak Yitro ke sebuah tempat dekat Gunung Horeb. Di sana, malaikat Yehuwa menampakkan diri kepada Musa dalam sebuah semak yang bernyala-nyala. Bayangkan situasinya: ’Bawalah umatku, putra-putra Israel, keluar dari Mesir,’ perintah Allah. Tetapi, sewaktu menjawab, Musa bimbang, ragu-ragu, dan tidak percaya diri. ”Siapakah aku,” ia berdalih, ”sehingga aku harus pergi kepada Firaun dan membawa putra-putra Israel keluar dari Mesir?” Ia bahkan menyingkapkan sebuah cacat pribadi yang ditutupi oleh beberapa pembuat film: Ia rupanya memiliki gangguan bicara. Betapa berbedanya Musa dengan para pahlawan dalam mitos dan legenda kuno! Empat puluh tahun menjadi gembala telah merendahkan dan melembutkan hati pria ini. Meskipun Musa merasa tidak percaya diri, Allah yakin bahwa ia cocok untuk menjadi pemimpin!—Keluaran 3:1–4:20.
Pembebasan dari Mesir

Musa meninggalkan Midian dan menghadap Firaun, menuntut agar umat Allah dibebaskan. Sewaktu raja yang keras kepala itu menolak, sepuluh tulah yang menghancurkan pun dikeluarkan. Tulah kesepuluh mengakibatkan kematian putra sulung Mesir, dan Firaun yang kalah telak akhirnya  membebaskan bangsa Israel.—Keluaran, pasal 5-13.

Peristiwa-peristiwa ini dikenal baik oleh sebagian besar pembaca. Tetapi, apakah peristiwa-peristiwa ini sesuai dengan sejarah? Ada yang membantah bahwa karena sang Firaun tidak disebutkan namanya, kisah itu pastilah fiksi. * Namun, Hoffmeier, yang dikutip sebelumnya, mengomentari bahwa para penulis Mesir sering kali sengaja tidak mencantumkan nama musuh-musuh Firaun. Ia berpendapat, ”Pastilah para sejarawan tidak akan membantah keakuratan sejarah operasi militer Tutmose III di Megido meski nama raja-raja Kades dan Megido tidak dicatat.” Hoffmeier memperkirakan bahwa Firaun tidak disebutkan namanya karena ”alasan teologis yang bagus”. Antara lain, dengan tidak menyebutkan nama Firaun, catatan itu menarik perhatian kepada Allah, bukan Firaun.

Sekalipun demikian, para kritikus menolak adanya eksodus orang Yahudi secara besar-besaran dari Mesir. Cendekiawan Homer W. Smith berargumen bahwa kepindahan massal seperti itu ”pastilah akan dilaporkan dengan nyaring dalam sejarah Mesir atau Siria . . . Lebih besar kemungkinannya bahwa legenda eksodus itu adalah catatan yang simpang siur dan mengada-ada tentang pelarian dari Mesir ke Palestina oleh relatif sedikit orang”.

 Memang, catatan Mesir tentang peristiwa ini belum ditemukan. Tetapi, orang Mesir pastilah tidak ragu-ragu untuk mengubah catatan sejarah apabila kebenarannya ternyata memalukan atau berlawanan dengan kepentingan politis mereka. Sewaktu Tutmose III meraih kekuasaan, ia mencoba menghapus kenangan akan pendahulunya, Hatsyepsut. Kata Egiptolog John Ray, ”Inskripsinya dihapus, obelisknya dikelilingi tembok, dan monumennya ditelantarkan. Namanya tidak muncul dalam catatan sejarah yang belakangan.” Upaya serupa untuk mengubah atau menyembunyikan fakta yang memalukan bahkan telah dilakukan pada zaman modern.

Mengenai tidak adanya bukti arkeologis tentang persinggahan di padang belantara, kita harus ingat bahwa orang Yahudi adalah nomad. Mereka tidak membangun kota; mereka tidak bercocok tanam. Dapat disimpulkan, mereka tidak meninggalkan apa pun kecuali jejak kaki. Meskipun demikian, bukti yang meyakinkan tentang persinggahan itu dapat ditemukan dalam Alkitab sendiri. Rujukan tentang hal itu terdapat di seluruh kitab suci tersebut. (1 Samuel 4:8; Mazmur 78; Mazmur 95; Mazmur 106; 1 Korintus 10:1-5) Menarik sekali, Yesus Kristus juga memberikan kesaksian bahwa peristiwa di padang belantara itu benar-benar terjadi.—Yohanes 3:14.

Maka, tidak diragukan lagi bahwa catatan Alkitab tentang Musa dapat dipercaya, merupakan kebenaran. Sekalipun demikian, ia hidup lama berselang. Apa pengaruh Musa terhadap kehidupan Anda dewasa ini?


Siapa yang Menulis Kelima Buku Pertama Alkitab?

Menurut kisah turun-temurun, Musa dianggap sebagai pengarang kelima buku pertama dalam Alkitab, yang disebut Pentateukh. Musa mungkin telah mendapatkan sebagian informasinya dari sumber sejarah yang lebih awal. Namun, banyak kritikus percaya bahwa Musa sama sekali tidak menulis Pentateukh. ”Maka, lebih jelas daripada matahari di siang bolong bahwa Pentateukh bukan ditulis oleh Musa,” tegas filsuf abad ke-17, Spinoza. Pada paruh kedua abad ke-19, cendekiawan Jerman bernama Julius Wellhausen mempopulerkan teori ”dokumentasi”—bahwa buku-buku Musa adalah gabungan karya beberapa pengarang atau tim pengarang.

Musa dengan rendah hati mencatat kegagalannya untuk memuliakan Allah

Wellhausen mengatakan bahwa salah seorang pengarang secara konsisten menggunakan nama pribadi Allah, Yehuwa. Yang lain menyebut Allah ”Elohim”. Yang lain diyakini menulis kaidah keimaman dalam Imamat, dan yang lain lagi menulis Ulangan. Meskipun beberapa pakar telah menerima teori ini selama puluhan tahun, buku The Pentateuch, karya Joseph Blenkinsopp, menyebut hipotesis Wellhausen sebagai teori yang ”dilanda krisis”.

Buku Introduction to the Bible, karya John Laux, menjelaskan, ”Teori Dokumentasi dibangun berdasarkan pernyataan-pernyataan yang bersifat selera pribadi atau kalau tidak, yang sama sekali keliru. . . . Jika Teori Dokumentasi yang ekstrem ini memang benar, berarti bangsa Israel telah menjadi korban penipuan yang tidak masuk akal sewaktu mereka mengizinkan Hukum yang sangat membebani itu diletakkan di atas pundak mereka. Itu akan menjadi penipuan terbesar yang pernah dilakukan di sepanjang sejarah dunia.”

Argumen lain adalah bahwa perbedaan gaya dalam Pentateukh membuktikan adanya banyak pengarang. Namun, K. A. Kitchen menyatakan dalam bukunya Ancient Orient and Old Testament, ”Perbedaan gaya tidak berarti apa-apa, dan mencerminkan perbedaan dalam pokok bahasan tertentu.” Variasi gaya yang serupa dapat juga ditemukan ”dalam teks-teks kuno yang kesatuan kesastraannya sama sekali tidak diragukan”.

Yang khususnya lemah adalah argumen bahwa penggunaan nama dan gelar yang berbeda untuk Allah membuktikan adanya banyak pengarang. Dalam satu bagian kecil dari buku Kejadian saja, Allah disebut ”Allah Yang Mahatinggi”, ”Yang Menjadikan langit dan bumi”, ”Tuan Yang Berdaulat Yehuwa”, ”Allah yang melihat”, ”Allah Yang Mahakuasa”, ”Allah”, ”Allah yang benar”, dan ”Hakim segenap bumi”. (Kejadian 14:18, 19; 15:2; 16:13; 17:1, 3, 18; 18:25) Apakah setiap ayat Alkitab ini ditulis oleh pengarang yang berbeda? Atau, bagaimana dengan Kejadian 28:13, tempat istilah ”Elohim” (Allah) dan ”Yehuwa” digunakan bersama-sama? Apakah dua pengarang bekerja sama untuk menulis satu ayat itu?

Kelemahan jalur penalaran ini menjadi sangat jelas sewaktu diterapkan pada sebuah karya tulis kontemporer. Dalam sebuah buku terbaru tentang Perang Dunia II, kanselir Jerman disebut ”Führer”, ”Adolf Hitler”, dan cukup ”Hitler” dalam rentang beberapa halaman saja. Apakah ada yang berani menyatakan bahwa ini membuktikan adanya tiga pengarang yang berbeda?

Meskipun demikian, variasi-variasi teori Wellhausen terus menjamur. Di antaranya adalah teori yang dikemukakan oleh dua cendekiawan tentang pengarang yang konsisten menggunakan nama pribadi Allah, Yehuwa, tadi. Mereka tidak hanya menyangkal bahwa itu adalah Musa, tetapi juga menegaskan bahwa pengarang ini adalah wanita.

Menghadapi Mertua


TANTANGANNYA

    ”Kalau kami lagi ada masalah, istri saya cerita ke orang tuanya. Terus, papanya telepon saya untuk kasih nasihat. Jengkel rasanya!”—James. *

    ”Mama mertua saya terus-terusan bilang dia merasa kehilangan anaknya. Dia suka cerita katanya mereka sangat akrab. Saya jadi merasa bersalah, sepertinya sayalah yang bikin dia sedih seperti itu karena kawin sama anaknya!”—Natasha.

Menghadapi Mertua



Bagaimana agar masalah dengan mertua tidak sampai menjadi masalah di antara suami istri?

YANG PERLU KALIAN KETAHUI

Perkawinan membentuk sebuah keluarga baru. Alkitab berkata bahwa seorang pria yang menikah ”akan meninggalkan bapaknya dan ibunya dan akan berpaut pada istrinya”. Hal yang sama berlaku bagi seorang wanita. Alkitab berkata bahwa mereka berdua menjadi ”satu daging”. Mereka membentuk keluarga baru.—Matius 19:5.

Perkawinan kalian harus lebih diutamakan daripada orang tua. ”Satu hal yang harus dikembangkan dalam perkawinan adalah kekompakan antara suami dan istri,” tulis John M. Gottman, seorang penasihat perkawinan. ”Kalau suami istri ingin kompak atau makin kompak, mereka mungkin harus agak membatasi atau mengurangi keterlibatan orang tua atau kakak adik mereka.” *

Ada orang tua yang sulit membuat penyesuaian. Seorang suami muda bercerita, ”Waktu belum menikah, istri saya selalu mengutamakan keinginan orang tuanya. Setelah kami menikah, ibunya merasa punya saingan. Dia sulit menerima itu.”

Ada pengantin baru yang juga sulit membuat penyesuaian. ”Punya mertua beda dengan pilih teman,” kata James, yang disebutkan sebelumnya. ”Kita seolah-olah diberi tahu, ’Suka atau tidak, kamu sekarang punya dua teman baru.’ Biarpun mereka buat kita jengkel setengah mati, mereka itu keluarga!”

 YANG PERLU KALIAN LAKUKAN

Jika kalian sedang mengalami masalah soal mertua, bekerja samalah untuk menyelesaikan itu. Ikutilah nasihat Alkitab untuk ’mencari perdamaian dan mengejarnya’.—Mazmur 34:14.

Perhatikan beberapa situasi berikut, yang ditinjau dari sudut pandang suami atau istri. Namun, situasi itu bisa dialami keduanya, dan prinsip-prinsip yang dibahas bisa membantu kalian mengatasi berbagai masalah seputar mertua.

Istri meminta Anda lebih akrab dengan ibunya. Tapi, Anda merasa bahwa ibunya bukan orang yang mudah disenangkan.

Coba ini: Bahaslah masalah itu dengan istri, dan bersedialah mencari jalan tengah. Yang penting bukan perasaan Anda tentang ibu mertua Anda, tapi perasaan Anda tentang istri yang Anda cintai. Selama membahas itu, coba pikirkan satu atau dua hal yang bisa Anda lakukan untuk lebih akrab dengan ibunya, lalu lakukanlah itu. Sewaktu melihat upaya Anda, istri pasti akan lebih merespek Anda.—Prinsip Alkitab: 1 Korintus 10:24.

Suami berkata bahwa Anda lebih suka menyenangkan orang tua Anda daripada dia.

Coba ini: Bahaslah masalah itu dengan suami, dan cobalah pahami sudut pandangnya. Tentu, suami tidak boleh merasa tersaingi kalau Anda sekadar menunjukkan respek kepada orang tua Anda. (Amsal 23:22) Namun, Anda mungkin perlu meyakinkannya dengan kata-kata dan tindakan bahwa ia lebih penting daripada orang tua Anda. Kalau ia yakin akan hal itu, ia tidak akan merasa bersaing dengan orang tua Anda untuk mendapat perhatian Anda.—Prinsip Alkitab: Efesus 5:33.

Istri meminta nasihat kepada orang tuanya, bukan kepada Anda.

Coba ini: Bicarakanlah dengan istri, dan sepakatilah batas-batasnya. Berupayalah untuk bersikap masuk akal. Apakah selalu salah untuk curhat kepada orang tua? Kapan itu boleh? Kalau kalian sudah sepakat, hal ini tidak akan menjadi masalah.—Prinsip Alkitab: Filipi 4:5.

Cara Memperkuat Komitmen


TANTANGANNYA

Pada hari pernikahan, Anda membuat janji. Janji suci ini adalah komitmen seumur hidup bahwa Anda akan tetap bersama pasangan Anda dan akan menyelesaikan masalah apa pun yang bisa terjadi.

Mungkin selama bertahun-tahun, perbedaan pendapat telah melemahkan ikatan perkawinan Anda. Apakah komitmen Anda masih sekuat dulu?

Cara Memperkuat Komitmen


YANG PERLU ANDA KETAHUI

Komitmen justru memperkuat perkawinan, bukannya melemahkan. Banyak orang ragu akan komitmen. Yang lain menganggap komitmen sebagai suatu hal yang mengekang. Daripada berpikir begitu, anggaplah komitmen sebagai jangkar yang membuat perkawinan Anda stabil. Seorang istri bernama Megan berkata, ”Waktu ada masalah, komitmen akan buat Anda merasa aman karena percaya bahwa Anda dan pasangan tidak akan bercerai.” * Karena yakin bahwa perkawinan Anda akan tetap aman, ini menjadi dasar untuk menyelesaikan masalah, sebesar apa pun itu. Lihat kotak ” Komitmen dan Kesetiaan”.

Yang perlu diingat: Kalau perkawinan Anda sedang bermasalah, sekaranglah waktunya untuk memperkuat komitmen, bukan meragukannya. Bagaimana caranya?

YANG BISA ANDA LAKUKAN

Perbaiki sudut pandang Anda. ”Menikah seumur hidup.” Apakah kata-kata ini membuat Anda merasa terkekang, atau justru merasa aman? Sewaktu ada masalah, apakah bercerai selalu Anda pikirkan sebagai jalan keluar? Agar komitmen semakin kuat, penting sekali untuk menganggap pernikahan sebagai komitmen seumur hidup.—Prinsip Alkitab: Matius 19:6.

Periksa latar belakang Anda. Pandangan Anda tentang komitmen mungkin dipengaruhi oleh apa yang terjadi pada orang tua Anda. Seorang istri bernama Lea berkata, ”Orang tua saya bercerai saat saya masih muda. Saya takut pengalaman ini membuat saya punya pandangan negatif tentang komitmen.” Yakinlah bahwa perkawinan Anda bisa lebih baik. Apa yang terjadi pada orang tua Anda belum tentu terjadi pada Anda!—Prinsip Alkitab: Galatia 6:4, 5.


Hati-hati dengan kata-kata Anda. Jika Anda dan pasangan Anda berbeda pendapat, jangan ucapkan kata-kata yang akan Anda sesali seperti, ”Kita cerai saja!” atau, ”Aku mau cari orang yang terima aku apa adanya!” Kata-kata ini justru melemahkan komitmen Anda. Ini tidak menyelesaikan masalah, malah membuat pertengkaran Anda makin hebat. Daripada menggunakan kata-kata yang pedas, berbicaralah seperti ini, ”Kita memang sama-sama kesal. Jadi, apa yang bisa kita lakukan untuk selesaikan masalah ini?”—Prinsip Alkitab: Amsal 12:18.

Tunjukkan dengan jelas komitmen Anda. Taruh foto pasangan Anda di meja kerja. Selalu katakan hal-hal positif tentang perkawinan Anda kepada orang lain. Pastikan untuk menelepon pasangan Anda setiap hari ketika Anda sedang bepergian untuk waktu yang lama. Gunakan kata ”kami”, juga ”saya dan istri” atau ”saya dan suami”. Dengan begitu, ini akan menunjukkan dengan jelas kepada Anda sendiri dan juga orang lain, bahwa Anda punya komitmen kepada pasangan Anda.

Carilah teladan. Amati pasangan yang sudah lama menikah yang berhasil mengatasi masalah perkawinan mereka. Tanyai mereka, ”Apa artinya komitmen bagi kalian, dan bagaimana ini bisa bermanfaat bagi perkawinan?” Alkitab berkata, ”Dengan besi, besi ditajamkan. Demikianlah seseorang menajamkan muka orang lain.” (Amsal 27:17) Sesuai dengan prinsip ini, ikutilah saran yang diberikan oleh pasangan yang perkawinannya berhasi

Who Is Martin Luther ???

Dilahirkan pada 10 November 1483 dalam sebuah keluarga petani di Eisleben, Thuringen, Jerman, Luther beroleh nama Martinus pada 11 November 1483 ketika dibaptiskan. Ayahnya bernama Hans Luther dan ibunya bernama Margaretta. Keluarga Luther adalah keluarga yang saleh seperti biasanya golongan petani di Jerman.

Martin Luther


Luther mendapatkan pendidikan dasarnya di Mansfeld, sebuah kota di mana ayahnya terpilih sebagai anggota Dewan Kota Mansfeld, setelah pindah ke sana pada 1484. Pendidikan menengah dikecapnya di Magdeburg di sebuah sekolah yang diasuh oleh “saudara-saudara yang hidup rukun” (Broederschap des gemenen levens).

Pada tahun 1501 Luther memasuki Universitas Erfurt, suatu universitas terbaik di Jerman pada masa itu. Di sini ia belajar filsafat terutama filsafat Nominalis Occam dan teologia skolastika, serta untuk pertama kalinya Luther membaca Alkitab Perjanjian Lama yang ditemukannya dalam perpustakaan universitas tersebut. Orang tuanya menyekolahkan Luther di sekolah ini untuk persiapan memasuki fakultas hukum. Mereka menginginkan agar anak mereka menjadi seorang ahli hukum.

Pada tahun 1505 Luther menyelesaikan studi persiapannya dan sekarang ia boleh memasuki pendidikan ilmu hukumnya. Namun, pada 2 Juni 1505 terjadi suatu peristiwa yang membelokkkan seluruh kehidupannya. Dalam perjalanan pulang dari Mansfeld ke Erfurt tiba-tiba turun hujan lebat yang disertai dengan guntur dan kilat yang hebat. Luther sangat ketakutan. Ia merebahkan dirinya ke tanah sambil memohon keselamatan dari bahaya kilat. Luther berdoa kepada Santa Anna, yaitu orang kudus yang dipercayai sebagai pelindung dari bahaya kilat sebagai berikut.

“Santa Anna yang baik, tolonglah aku! Aku mau menjadi biarawan.”

Pada 16 Juli 1505 ia memasuki biara Serikat Eremit Augustinus di Erfurt dengan diiringi oleh sahabat-sahabatnya. Orang tuanya tidak turut mengantarkannya karena mereka tidak menyetujui keputusan Luther tersebut.

Luther berusaha untuk memenuhi peraturan-peraturan biara melebihi para biarawan lainnya. Ia banyak berpuasa, berdoa, dan menyiksa diri sehingga terlihat paling saleh dan rajin di antara semua para biarawan. Ia mengaku dosanya di hadapan imam setidaknya sekali seminggu. Dalam setiap ibadah doa, Luther mengucapkan 27 kali doa Bapa Kami dan Ave Maria. Luther membaca Alkitab dengan rajin dan teliti. Semua itu diperbuatnya untuk mencapai kepastian tentang keselamatannya. Sebenarnya, Luther mempunyai pergumulan yang berat, yaitu bagaimana memperoleh seorang Allah yang rahmani. Gereja mengajarkan bahwa Allah adalah seorang hakim yang akan menghukum orang yang tidak benar dan melepaskan orang yang benar. Luther merasa ia tidak mungkin menjadi orang yang benar. Ia pasti mendapat hukuman dari Allah yang akan bertindak sebagai hakim itu. Meski telah menjadi biarawan pergumulan rohani itu tidak kunjung selesai. Pergumulannya ini diceritakannya kepada pimpinan biara di Erfurt, yaitu Johann von Staupitz. Johann von Staupitz menasihatkannya agar tidak memikirkan apakah ia diselamatkan atau tidak. Yang penting adalah percaya kepada rahmat Kristus dan memandang pada luka-luka Kristus.

Sementara Luther bergumul mencari Allah yang rahmani itu, Luther ditahbiskan menjadi imam pada 2 Mei 1507. Orang tua serta beberapa sahabatnya hadir pada upacara penahbisan tersebut, serta menerima ekaristi pertama yang dilayani oleh Martin Luther. Kemudian Johann von Staupitz mengirim Luther untuk belajar teologia di Wittenberg sambil mengajar filsafat moral di sana. Itulah sebabnya, Luther dipindahkan ke biara Augustinus di Wittenberg pada tahun 1508. Namun setahun kemudian, ia kembali lagi ke Erfurt untuk mengajar dogmatika.

Di biara Erfurt, Luther mendapat kepercayaan dari pimpinan biara di Jerman untuk membahas peraturan-peraturan serikatnya di Roma pada tahun 1510. Luther sangat gembira karena dengan demikian ia akan berhadapan muka dengan Bapa Suci di Roma, serta berziarah ke tempat-tempat kudus dan berdoa di tangga Pilatus untuk pembebasan jiwa kakeknya dari api penyucian.

Luther ditemani oleh seorang biarawan serta seorang bruder berjalan kaki dari Erfurt ke Roma. Di Roma Luther tinggal selama empat minggu lamanya. Luther mengunjungi tempat-tempat kudus dan dengan lutut yang telanjang merangkak naik Scala Santa sambil mendoakan jiwa kakeknya di api penyucian. Scala Santa ini adalah sebuah tangga naik yang terdiri dari 28 anak tangga yang dipercayai sebagai tangga Pilatus yang dipindahkan dari Yerusalem ke Roma.

Di Roma Luther melihat keburukan-keburukan yang luar biasa. Para klerus hidup seenaknya saja. Nilai-nilai kekristenan sangat merosot di kota suci ini. Dalam kekecewaannya Luther berkata, “Jika seandainya ada neraka, berarti Roma telah dibangun di dalam neraka”. Luther telah mempunyai kesan bahwa dahulu Roma adalah kota yang tersuci di dunia, namun kini menjadi yang terburuk. Roma dibandingkannya dengan Yerusalem pada zaman nabi-nabi. Sekalipun demikian, kepercayaan Luther terhadap Gereja Katolik Roma tidak tergugat.

Setelah kembali dari Roma, Luther pindah ke biara di Wittenberg pada tahun 1511. Ia tinggal di sini sampai ia meninggal. Atas dorongan Johann von Staupitz, Luther belajar lagi sampai memperoleh gelar doktornya pada tahun 1512. Johann von Staupitz melihat bahwa Luther adalah seorang yang sangat pandai sehingga dianggap cocok untuk menjadi mahaguru. Di Wittenberg telah dibuka sebuah universitas baru oleh Frederick III yang Bijaksana pada tahun 1502. Frederick bersimpatik dengan Luther tatkala Frederick mendengar khotbah Luther sehingga ia mengangkat Luther menjadi mahaguru pada universitasnya itu. Selain itu, Luther diangkat menjadi pengawas dan pengurus dari sebelas biara serikatnya di Jerman.

Di Universitas Wittenberg Luther mulai mengajarkan tafsiran kitab Mazmur, kemudian surat Roma, Galatia, dan surat Ibrani. Sementara itu, pergumulan rohaninya mencari Allah yang rahmani terus berjalan. Barangkali pada tahun 1514 Luther menemukan jalan ke luar dari pergumulannya itu. Ia menemukan pengertian yang baru tentang perkataan-perkataan Paulus dalam Roma 1:16-17. Luther mengartikan kebenaran Allah sebagai rahmat Allah yang menerima orang-orang yang berdosa serta berputus asa terhadap dirinya, tetapi yang menolak orang-orang yang menganggap dirinya baik. Kebenaran Allah adalah sikap Allah terhadap orang-orang berdosa yang membenarkan manusia berdosa karena kebenaran-Nya. Tuhan Allah mengenakan kebenaran Kristus kepada manusia berdosa sehingga Tuhan Allah memandang manusia berdosa sebagai orang-orang benar. Tentang penemuannya itu Luther menulis, “Aku mulai sadar bahwa kebenaran Allah tidak lain daripada pemberian yang dianugerahkan Allah kepada manusia untuk memberi hidup kekal kepadanya; dan pemberian kebenaran itu harus disambut dengan iman. Injillah yang menyatakan kebenaran Allah itu, yakni kebenaran yang diterima oleh manusia, bukan kebenaran yang harus dikerjakannya sendiri. Dengan demikian, Tuhan yang rahmani itu membenarkan kita oleh rahmat dan iman saja. Aku seakan-akan diperanakkan kembali dan pintu firdaus terbuka bagiku. Pandanganku terhadap seluruh Alkitab berubah sama sekali karena mataku sudah celik sekarang.” Luther menyampaikan penemuannya itu di dalam kuliah-kuliahnya.

Penemuan Luther ini tidak menjadi titik meletusnya gerakan reformasi Luther. Titik meletusnya gerakan reformasi Luther adalah masalah penjualan Surat Indulgensia (penghapusan siksa) pada masa pemerintahan Paus Leo X untuk pembangunan gedung Gereja Rasul Petrus di Roma dan pelunasan hutang Uskup Agung Albrecht dari Mainz. Dengan memiliki Surat Indulgensia, dengan cara membelinya, seseorang yang telah mengaku dosanya di hadapan imam tidak dituntut lagi untuk membuktikan penyesalannya dengan sungguh-sungguh. Bahkan para penjual Surat Indulgensia (penghapusan siksa) melampaui batas-batas pemahaman teologis yang benar dengan mengatakan bahwa pada saat mata uang berdering di peti, jiwa akan melompat dari api penyucian ke surga, bahkan dikatakan juga bahwa surat itu dapat menghapuskan dosa.

Luther tidak dapat menerima praktik seperti itu dengan berdiam diri saja. Hatinya memberontak. Itulah sebabnya ia mengundang para intelektual Jerman untuk mengadakan perdebatan teologis mengenai Surat Indulgensia. Untuk maksud itu Luther merumuskan 95 dalil yang ditempelnya di pintu gerbang gereja istana Wittenberg, 31 Oktober 1517. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai Hari Reformasi.


Dalil-dalil Luther sudah tersebar di seluruh Jerman hanya dalam sebulan. Akibatnya, Surat Indulgensia tidak laku lagi dan Luther dianggap sebagai penyebabnya. Paus Leo X menuntut agar Luther menarik kembali ajarannya yang sesat itu. Luther membalas permintaan Paus dengan memberi menjelaskan maksud setiap dalilnya dengan penuh penghormatan. Namun, Paus memerintahkan kepada Luther untuk menghadap hakim-hakim Paus di Roma dalam waktu enam puluh hari. Ini berarti bahwa Luther akan dibunuh.

Beruntunglah Frederick yang Bijaksana melindungi mahagurunya. Ia meminta kepada Paus agar Luther diperiksa di Jerman dan permintaan ini dikabulkan. Paus mengutus Kardinal Cajetanus untuk memeriksa Luther pada tahun 1518. Cajetanus meminta Luther menarik kembali dalil-dalilnya, namun Luther tidak mau. Cajetanus pun gagal dalam misinya.

Gerakan Reformasi Luther berjalan terus. Banyak kota dan wilayah Jerman memihak kepada Luther dan nama Luther mulai terkenal di luar Jerman. Kaum humanis, para petani Jerman bersimpatik kepadanya. Perdebatan teologis tentang Surat Indulgensia sebagaimana dimaksudkan dengan dalil-dalilnya tidak terjadi. Perdebatan itu baru terjadi pada bulan Juni 1519, di Leipzig. Dalam perdebatan ini Luther berhadapan dengan Johann Eck disertai oleh Carlstadt, rekan mahagurunya di Wittenberg. Dalam perdebatan ini Luther mengatakan bahwa paus-paus tidak bebas dari kesalahan-kesalahan. Konsili pun tidak luput dari kekeliruan-kekeliruan. Luther menunjuk kepada Konsili Constanz yang memutuskan hukuman mati atas Johanes Hus. Johann Eck menuduh Luther sebagai pengikut Johanes Hus. Dalam perdebatan ini pokok perdebatan telah bergeser dari Surat Indulgensia ke kekuasaan Paus. Menurut Luther yang berkuasa di kalangan orang-orang Kristen bukanlah Paus atau konsili, tetapi firman Allah saja. Kini Luther sudah siap untuk menerima kutuk dari Paus.

Sementara menunggu kutuk Paus, Luther menulis banyak karangan yang menjelaskan pandangan-pandangan teologianya. Tiga karangannya yang terpenting adalah “An den christlichen Adel deutscherNation: von des christlichen Standes Bessening” (Kepada kaum Bangsawan Kristen Jennan tentang perbaikan Masyarakat Kristen), 1520; “De Captivitate Babylonica Ecclesiae” (Pembuangan Babel untuk Gereja), Oktober 1520; “Von der Freiheit eines Christenmenschen” (Kebebasan seorang Kristen), 1520.

Tanggal 15 Juni 1520, bulla (surat resmi) ekskomunikasi dari Paus keluar. Bulla itu bernama “Exurge Domine”. Paus menyatakan bahwa dalam pandangan-pandangan Luther terdapat 41 pokok yang sesat. Ia meminta kepada Luther menarik kembali dalam tempo 60 hari dan jika tidak ia akan dijatuhi hukuman gereja. Namun, Luther membalas bulla itu dengan suatu karangan yang berjudul “Widder die Bullen des Endchrists” (Melawan bulla yang terkutuk dari si Anti-Krist). Pada 10 Desember 1520 Luther membakar bulla Paus tersebut bersama-sama dengan Kitab Hukum Kanonik Gereja Katolik Roma di depan gerbang kota Wittenberg dengan disaksikan oleh sejumlah besar mahasiswa dan mahaguru Universitas Wittenberg. Tindakan ini merupakan tanda pemutusan hubungannya dengan Gereja Katolik Roma. Kemudian keluarlah bulla kutuk Paus pada tanggal 3 Januari 1521. Luther kini berada di bawah kutuk gereja.

April 1521, Kaisar Karel V mengadakan rapat kekaisaran di Worms. Luther diundang untuk mempertanggungjawabkan perbuatan-perbuatannya dan karangan-karangannya. Kaisar Karel V menjanjikan perlindungan atas keselamatan jiwa Luther. Pada 18 April 1521, Luther mengadakan pembelaannya. Wakil Paus meminta agar Luther menarik kembali ajaran- ajarannya, namun Luther tidak mau. Kaisar Karel V ingin menepati janjinya kepada Luther sehingga sebelum rapat menjatuhkan keputusan atas dirinya, Luther diperintahkan untuk meninggalkan rapat. Pada 26 Mei 1521, dikeluarkanlah Edik Worms yang berisi antara lain: Luther dan para pengikutnya dikucilkan dari masyarakat; segala karangan Luther harus dibakar; dan Luther dapat ditangkap dan dibunuh oleh siapa pun, kapan pun, dan di mana pun juga.

Ketika Luther melintasi hutan, tiba-tiba ia disergap oleh pasukan kuda yang bersenjata. Luther dibawa untuk disembunyikan di istana Wartburg atas perintah Frederick yang Budiman. Di sini Luther tinggal selama sepuluh bulan dengan memakai nama samaran Junker Georg. Di sini pulalah Luther mengerjakan terjemahan Perjanjian Baru dari bahasa Yunani (naskah asli PB) ke dalam bahasa Jerman.

Sementara Luther bersembunyi di Wartburg terjadilah huru-hara di Wittenberg. Carlstadt muncul ke depan. Ia menilai bahwa Luther tidak berusaha untuk menghapus segala sesuatu yang berbau Katolik Roma. Ia menyerang hidup membiara dan menganjurkan agar para biarawan menikah. ia sendiri melayani misa dengan pakaian biasa dan roti serta anggur diberi kepada umat. Perubahan-perutahan ini memang didukung Luther. Tetapi kemudian Carlstadt dipengaruhi oleh nabi-nabi dari Zwickau yang bersifat radikal. Mereka menyerbu gedung-gedung gereja, menghancurkan altar-altar gereja, salib-salib, patung-patung, dan sebagainya. Huru-hara ini tidak dapat dikendalikan oleh Frederick yang Budiman. Luther mendengar huru-hara ini dan segera menuju Wittenberg. Luther berkhotbah selama seminggu di Wittenberg untuk meneduhkan suasana kota. Ia mengecam tindakan kekerasan serta radikal itu. Menurut Luther pembaharuan gereja tidak dapat dilakukan dengan kekerasan atau dengan jalan revolusi. Luther menghardik Carlstadt sehingga ia pergi ke Swiss.


Pada tahun 1525 terjadilah pemberontakan petani di bawah pimpinan Muntzer. Luther mengecam dengan keras pemberontakan ini. Ia mengajak agar para bangsawan memadamkan pemberontakan ini. Dengan demikian Luther memisahkan dirinya dengan golongan-golongan radikal. Setelah pemberontakan itu, Luther menikah dengan Katharina von Bora, seorang bekas biarawati, pada tahun yang sama.

Perkembangan reformasi Luther berkembang dengan pesat. Namanya bukan saja terkenal di Jerman tetapi juga di luar negeri. Pada tahun 1537 Luther menulis suatu karangan yang berjudul “Pasal-Pasal Smalkalden” yang menguraikan pokok-pokok iman gereja reformatoris. Untuk keperluan jemaat dan pemimpin gereja (pendeta), Luther menyusun Katekismus Kecil dan Katekismus Besar. Ia kemudian meninggal pada 18 Februari 1546 dalam usia 62 tahun di Eisleben.

Allah itu Esa

Bagi agama Islam, dosa yang tidak dapat diampuni ialah syirk, yaitu mempersekutukan Tuhan Allah. Dalam Sura 4:48 (terjemahan Departemen Agama) disebutkan, bahwa Tuhan Allah tidak akan mengampuni dosa syirk, sekalipun Tuhan Allah berkenan mengampuni segala dosa yang lain. Menurut para ulama Islam, orang Kristen berkesalahan terhadap syirk ini, karena mengajarkan tentang Allah yang Tritunggal. Menurut para ulama Islam, dosa orang Kristen ialah: menganggap bahwa di samping Allah ada yang berilmu, ada yang berkuasa, ada yang dapat disembah, dan bahwa orang dipandang sebagai dapat menyandarkan diri dan mempercayakan diri kepada yang lain daripada Allah.

Allah itu Esa


Baik agama Islam maupun agama Kristen sebenarnya mengemukakan bahwa hanya ada Allah satu, dapat dibandingkan dengan keterangan tentang hakekat Allah yang diungkapkan dalam keesaan-Nya. Hanya saja, memang ada perbedaan pendapat mengenai keesaan Allah ini. Ditinjau dari kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang dipakai oleh para ulama Islam, diperoleh kesan bahwa yang ditekankan oleh mereka adalah keesaan dalam arti matematis. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, di dalam Alkitab yang ditekankan adalah keesaan dalam firman dan karya Tuhan Allah, keesaan yang bersifat etis, sehingga orang beriman diperingatkan supaya jangan hanya puas dengan percaya adanya Allah yang satu.

* Yakobus 2:19
LAI TB, Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.”

KJV, Thou believest that there is one God; thou doest well: the devils also believe, and tremble.
TR, συ πιστευεις οτι ο θεος εις εστιν καλως ποιεις και τα δαιμονια πιστευουσιν και φρισσουσιν
Translit, su pisteueis hoti ho theos heis estin kalôs poieis kai ta daimonia pisteuousin kai phrissousin

Orang beriman diperingatkan supaya imannya disertai perbuatan.

Ada banyak ayat di dalam Al~Qur’an yang menentang dipersekutukannya Tuhan Allah. akan tetapi sebenarnya Alkitab tidak mengajarkan apa yang dituduhkan oleh Al~Qur’an. Di dalam Alkitab tiada soal tentang mempersekutukan Allah.

Apakah arti kepercayaan kepada Allah Tritunggal di dalam hidup kekristenan?

Setelah dibicarakan isi pandangan Alkitab tentang Allah Tritunggal, baiklah dibicarakan hal arti kepercayaan kepada Allah Tritunggal itu di dalam hidup kekristenan. Adakah arti itu? Atau, apakah ajaran tentang Allah Tritunggal itu sebenarnya hanya suatu sport otak saja? Adakah perbedaan antara hidup keagamaan orang yang percaya benar-benar, bahwa Allah adalah Tritunggal dengan hidup keagamaan orang yang tidak percaya bahwa Allah adalah Tritunggal? Pembicaraan soal ini cukup penting sebab jika seandainya tiada perbedaan dalam praktek hidup keagamaan di antara dua golongan itu, tiada gunanya untuk bersusah-payak membicarakan persoalan Allah Tritunggal itu.

Menurut Alkitab, manusia dijadikan segambar dan serupa dengan Allah, yang berarti, bahwa hidup manusia dihubungkan dengan Allahnya. Maka bagi kehidupan manusia itu ada suatu soal yang penting sekali, yaitu: dengan Allah yang bagaimanakah ia menghubungkan diri?

Pertama-tama perlu dikemukakan, bahwa ajaran Alkitab tentang Allah yang Tritunggal itu memperkenalkan Tuhan Allah sebagai sekutu umat-Nya, artinya: sebagai Allah yang memihak, membali serta mencari keselamatan manusia.

Ajaran Deisme mengajarkan, bahwa Tuhan Allah adalah Yang Mahatinggi, Yang Mahakuasa, dan Yang Mahaadil, dalam arti, bahwa Allah adalah yang transenden, yang menjadikan dunia dengan segala isinya serta yang akan mengadilinya. Sebagai Yang Mahatinggi, Allah adalah jauh dari manusia. Hubungan antara Tuhan Allah dan manusia lebih sebagai Raja diraja dengan hamba-hamba-Nya yang hina-dina. Memang, di dalam sistem ini Tuhan Allah juga memberi petunjuk tentang bagaimana manusia dapat menghambakan diri kepada Allahnya, akan tetapi pada akhirnya manusia sendirilah yang harus memeras segala tenaga untuk dapat memperkenankan hati Allahnya, guna menghindarkan diri dari Hakim yang tertinggi yang Mahaadil itu.

Di sini Tuhan Allah bagi manusia menjadi sedemikian jauh dan abstrak sehingga akhirnya tidak akan memuaskan akal manusia.

Sebaliknya, ajaran Pantheisme, yang termasuk di dalamnya ajaran kebatinan, mengajarkan, bahwa Allah berada di mana-mana seperti api berada di dalam kayu yang dibakarnya. Di sini Tuhan Allah bukan jauh di atas manusia, melainkan dekat sekali dengan manusia, bahkan sedemikian dekat hingga tiada lagi perbedaan antara Allah dan manusia. Manusia pada hakekatnya adalah Allah sendiri, sehingga sebenarnya tiada lagi hidup keagamaan. Di dalam persekutuan antara Allah dan manusia pada akhirnya tiada perbedaan antara Yang Disembah dan yang menyembah. Juga di sini ada jalan kelepasan, yaitu dengan melalui pengekangan hawa nafsu dan sebagainya, akan tetapi pada akhirnya juga manusia sendirilah yang harus mengerahkan segala tenaganya demi keselamatannya.

Kedua ajaran tersebut berbeda sekali dengan ajaran Alkitab yang mengajarkan tentang Allah di dalam penyataan-Nya. Sebab ajaran Alkitab itu mengajarkan, bahwa Allah yang esa di dalam firman dan karya-Nya itu di satu pihak memang berbeda sekali dengan manusia, akan tetapi di lain pihak Allah juga dekat sekali dengan manusia. Tuhan Allah bukan hanya memperkenalkan diri-Nya sebagai Yang Mahakuasa, Pencipta dan Pemelihara serta Hakim seluruh umat manusia, akan tetapi Tuhan Allah juga memperkenalkan diri-Nya sebagai Penyelamat dan pembebas umat-Nya. Ia adalah sekutu umat-Nya, bukan sembarang sekutu, melainkan sekutu yang demikian setia, sehingga sekalipun umat-Nya karena dosa-dosanya tidak setia dan tidak layak, namun sebagai Bapa Tuhan Allah tetap memihak kepada umat manusia sebagai anak-anak-Nya, serta menyelamatkannya di dalam Kristus, serta menyempurnakannya di dalam Roh Kudus.

Kedua, perlu dikemukakan, bahwa ajaran Alkitab tentang penyataan Allah sebagai yang Bapa, Anak dan Roh Kudus itu penting bagi pengenalan akan pekerjaan Tuhan Allah.

Apakah umpamanya arti penciptaan bagi ajaran Deisme? Apa sebab Tuhan Allah yang Mahatinggi, yang jauh dari manusia itu menciptakan dunia ini? Untuk apa Tuhan Allah menciptakan dunia? Sebenarnya di dalam ajaran Deisme tiada jawaban yang tepat mengenai persoalan ini. Penciptaan seolah-olah hanya mewujudkan hal yang kebetulan saja.

Juga Pantheisme tidak dapat menjawab persoalan ini dengan tepat. Penciptaan bagi Pantheisme justru menjadi sebabnya Tuhan Allah atau Yang Ilahi dipenjara di dalam benda.

Akan tetapi ajaran Alkitab tentang Allah yang menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus itu memberi arti kepada penciptaan dunia ini secara mendalam sekali. Di sini tidak mungkin penciptaan dunia ini hanya mewujudkan suatu kejadian yang kebetulan saja, atau suatu nasib buruk. Dunia ada karena dikehendaki Tuhan Allah. Ia menjadikan dunia dengan segala isinya untuk memuliakan nama-Nya. Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia dan kepada Dia. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.


Dunia sebagai hasil karya Allah adalah baik. Manusia diperkenankan, bahkan dipanggil untuk mempergunakan dunia ini dengan segala isinya guna memuliakan Tuhan Allah. “Penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan atas burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi. ” Dunia ini bukan sumber kejahatan. Alam dan anugerah tidaklah bertentangan, demikian juga hal penciptaan dan pembaharuan penciptaan.

Oleh karena Bapa dan llah Anak adalah satu di dalam karya-Nya, maka keduanya tidak saling bertentangan. Barangsiapa yang telah dipilih oleh Bapa, tentu diselamatkan oleh Anak, oleh karena pemilihan Bapa itu dilakukan di dalam Anak-Nya. Pemeliharaan Bapa atas umat-Nya membantu keselamatan umat-Nya itu. Maka orang yang beriman dapat yakin, bahwa Tuhan Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan baginya.

Oleh karena Anak dan Roh adalah satu di dalam karya-Nya, maka tiada pertentangan antara karya penyelamatan Kristus dan pimpinan Roh Kudus. Alkitab sebagai kesaksian akan karya penyelamatan Kristus tidak bertentangan dengan pimpinan Roh yang diberikan di dalam hidup orang beriman. Sebab Roh Kudus akan mengajarkan segala sesuatu kepada orang beriman semua yang telah dikatakan Tuhan kepadanya.

Ketiga, ajaran Alkitab tentang Allah yang menyatakan dirinya sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah penting bagi pengalaman orang beriman tentang Allah itu.

Orang memeluk ajaran Deisme mengalami Tuhan Allah sebagai Allah yang jauh tinggi daripada manusia, sedang orang Pantheis mengalami Allah sebagai Allah yang ada di dalamnya semata-mata.

Menurut Alkitab, oleh karena Tuhan Allah menyatakan diri-Nya sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus, maka orang beriman mengalami-Nya pertama-tama sebagai Yang Kudus, yang terpisah dari segala dosa, yang oleh karenanya jauh lebih tinggi daripada manusia dosa dan harus ditakutinya. Selain itu, Tuhan Allah juga dialami sebagai Yang Mahatinggi dan Mahamulia, kepada-Nya semua orang beriman merasa tergantung. Demikian juga Tuhan Allah dialami sebagai Raja diraja yang wajib ditaati dan disembah secara sempurna. Akan tetapi di samping itu semua orang beriman mengalami Tuhan Allah sebagai teman, sebagai penolong, yang melepaskan mereka dari segala kesengsaraan, yang sanggup memikul segala hukuman mereka. Tuhan Allah bukan hanya Yang Mengadili orang beriman, akan tetapi Ia juga Yang mengulurkan tangan-Nya untuk keselamatan mereka. Bahkan Tuhan Allah juga adalah Yang Mahadekat dengan mereka di dalam diri mereka. Karena Roh Kudus maka Allah juga yang menjadi Yang berdiam di dalam orang beriman. Yang menjadi penasehat mereka. Ia adalah hidup orang beriman. Di sinilah dapat dimengerti akan kata-kata rasul Paulus ini:

* Roma 8:31
LAI TB, Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?

KJV, What shall we then say to these things? If God be for us, who can be against us?
TR, τι ουν ερουμεν προς ταυτα ει ο θεος υπερ ημων τις καθ ημων
Translit, ti oun eroumen pros tauta ei ho theos huper hêmôn tis kath hêmôn

* Roma 8:32
LAI TB, Ia, yang tidak menyayangkan anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?

KJV, He that spared not his own Son, but delivered him up for us all, how shall he not with him also freely give us all things?
TR, ος γε του ιδιου υιου ουκ εφεισατο αλλ υπερ ημων παντων παρεδωκεν αυτον πως ουχι και συν αυτω τα παντα ημιν χαρισεται
Translit, hos ge tou idiou huiou ouk epheisato all huper hêmôn pantôn paredôken auton pôs oukhi kai sun autô ta panta hêmin kharisetai

Agama Kristen berdiri dan jatuh bersama-sama dengan pengakuan kepada Allah yang menyatakan diri-Nya sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Ajaran ini adalah inti iman Kristen, dasar segala ajaran Kristen. Maka orang Kristen akan senantiasa memuji, “Hormat bagi Allah Bapa, hormat bagi Anak-Nya, hormat bagi Roh Penghibur, ketiganya yang Esa. Haleluya, haleluya, ketiganya yang Esa.”

Doktrin Tritunggal, Apakah Menyerap Ajaran Agama Lain?

Tuhan Allah adalah Bapa di dalam hakekat-Nya sebagai sekutu umat-Nya, sebab Dialah yang menciptakan, memanggil dan menyelamatkan umat-Nya. Tuhan Allah adalah Anak di dalam hakekat-Nya sebagai sekutu umat-Nya, sebab Dialah yang menyatakan atau yang menjelmakan atau mewujudkan hakekat Bapa sebagai sekutu umat-Nya, hingga benar-benar umat Allah menjadi sekutu-Nya. Dan Tuhan Allah adalah Roh Kudus di dalam hakekat-Nya sebagai sekutu umat-Nya, sebab Dialah yang membenarkan, menyucikan serta menyempurnakan umat-Nya.

Doktrin Tritunggal,


Apakah pandangan ini tidak sama dengan pandangan Sabellius?

Sabellius mengajarkan, bahwa di dalam Perjanjian Lama, Tuhan Allah menampakkan diri-Nya sebagai Bapa dan Pencipta, di dalam diri Yesus, Ia menampakkan diri sebagai Anak dan Penyelamat, dan akhirnya sejak hari Pentakosta, Ia menampakkan diri sebagai Roh Kudus, sehingga Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah penampakan diri Tuhan Allah yang secara berturut-turut. Akan tetapi tidaklah demikian penyataan Tuhan Allah menurut Alkitab. Sejak semula dan untuk selama-lamanya Tuhan Allah menyatakan diri-Nya sebagai pencipta, penyelamat dan pembebas umat-Nya. Sejak di Perjanjian Lama, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Hal itu semuanya diwujudkan dengan sejelas-jelasnya di dalam diri Yesus Kristus, Firman yang menjadi manusia.

Tuhan Allah adalah Bapa, Anak, dan Roh Kudus di dalam karya-Nya sejak semula hingga kini dan untuk selama-lamanya. Tuhan Allah adalah Tritunggal di dalam segala karya-Nya, baik di dalam penjadian, maupun di dalam penyelamatan dan pembebasan. Ia adalah Tritunggal dalam hakekat-Nya sebagai sekutu umat-Nya, dahulu, sekarang, dan untuk selama-lamanya.

Mengenai anggapan adanya persamaan ajaran agama lain dengan ajaran Tritunggal ini, di bawah ini pembahasannya:

Pertama-tama di dalam Agama Hindu ada ajaran yang disebut Trimurti, yang di dalam agama Hindu Jawa disebut ajaran tentang Tri Purusa. Ajaran ini mengajarkan ada tiga bentuk (trimurti) dari zat yang mutlak (Brahman), yaitu Brahma, Wisnu, dan Siwa. Di dalam kitab Mahabharata terdapat suatu ucapan yang masyhur, yaitu bahwa Prajapati menciptakan dalam bentuk Brahma, memelihara dalam bentuk manusia (Wisnu) dan merusak dalam bentuk Rudra, yaitu Siwa yang lain (Mahabharata III, 272, 46). Senada dengan ucapan di atas itu dikatakan mengenai Brahman, yaitu bahwa Brahman memiliki tiga penjelmaan, atma (jiwa perorangan), prakrti (alam) dan Isywara (Tuhan).

Di dalam prakteknya masing-masing mashab Hindu memiliki salah satu dewa menjadi dewanya yang tertinggi, sedang kedua dewa lainnya menjadi penjelmaannya, umpamanya mashab Siwa menganggap Siwa sebagai dewa yang tertinggi, yang identik dengan Brahman, dan yang kemudian demi kepentingan penciptaan, pemeliharaan dan pengrusakan, menjelma sebagai Brahma, Wisnu, dan Rudra.

Menurut keyakinan Hindu, dewa yang tertinggi, baik ia disebut Brahman, maupun Siwa, atau Wisnu, atau sebutan yang lain, dipandang sebagai Zat yang Mutlak, yang bebas dari segala hubungan dan sifat, yang tidak dapat ditembus oleh akal manusia. Jadi semacam tabiat ilahi dari Plato. Tokoh ini adalah zat yang transenden, yang tidak berbuat dan tidak berkehendak. Sebab seandainya zat ini berkehendak untuk berbuat, ia akan terikat kepada karma dan samsara. Oleh karena itu tokoh yang tertinggi ini memerlukan penjelmaan yang lebih kasar, yang lebih rendah untuk dapat berfungsi sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur segala sesuatu. Itulah sebabnya ia menjelma dalam Brahma, Wisnu, dan Rudra. Ketiga penjelmaan ini dipandang sebagai bersamaan dengan perkembangan proses kosmos dengan hukumnya: lahir, berkembang, dan mati. Akan tetapi di dalam sistem yang mengerjakan, bahwa Brahman tidak terikat kepada pekerjaan, maka penjelmaan ini sebenarnya adalah khayalan belaka. Sebab dilihat dari pihak Brahman, penjelmaan ini tidak ada, penjelmaan ini hanya tampak sebagai penjelmaan jikalau dilihat dari pihak manusia.

Menurut anggapan orang India yang modern (Dr. S. Radhakrishnan), ajaran Trimurti mengajarkan tiga segi atau tiga aspek dari suatu kepribadian ilahi yang kompleks.

Jelas, bahwa pandangan agama Hindu tentang Trimurti atau Tri Purusa ini tiada sangkut-pautnya dengan pandangan Alkitab yang mengungkapkan hakekat Tuhan Allah sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Bapa, Anak, dan Roh Kudus bukan khayalan manusia, juga bukan khayalan Allah. Ketiga penyataan Allah itu diungkapkan di dalam firman dan karya-Nya di dalam sejarah umat-Nya dan dialami oleh umat Allah sebagai kenyataan yang hidup.

Di dalam tasawwuf (umpamanya ajaran Abd. al-Karim al-Jili), Tuhan Allah dipandang sebagai zat yang mutlak atau zat yang akali secara murni, yang esa dalam arti filsafat, yaitu tanpa bagian dan tidak dibagi-bagi, tanpa sifat dan hubungan. Jadi hampir sama dengan ajaran Hindu mengenai Brahman. Dalam keadaan-Nya yang mutlak itu Tuhan disebut: kabut yang gelap (al-‘ama). Dalam keadaan yang mutlak ini Tuhan dapat disebut juga inti sari zat, yang memiliki aspek atau segi keluar, yaitu ahadiyya, di mana yang mutlak tadi sadar akan dirinya sebagai kesatuan. Ahadiyya ini memiliki dua aspek, yaitu huwiyya (ke-ia-an) yang menandai kesatuan batin, di mana yang mutlak sadar akan diri-Nya sebagai yang tidak jamak, dan aniyya (ke-aku-an), yang mewujudkan ungkapan ke luar dari huwiyya, yaitu kesatuan yang menyatakan diri dalam eksistensi di mana yang mutlak sadar akan diri-Nya sebagai kebenaran dari yang jamak.

Dapat dikatakan, bahwa di sini ada tiga macam kesadaran di dalam Tuhan Allah sebagai Yang Mutlak. Pertama-tama Tuhan sadar akan diri-Nya sebagai kesatuan yang murni dan esa (ahadiyya); kemudian Tuhan sadar akan diri-Nya sendiri sebagai yang mengandung di dalam-Nya yang jamak (huwiyya), dan akhirnya Tuhan sadar akan diri-Nya sebagai yang menyatakan yang jamak (aniyya).

Juga pandangan ini tidak dapat disamakan dengan ajaran Alkitab tentang Allah Tritunggal.

Di dalam Kebatinan Jaya ada satu aliran yang mengajarkan tentang ketritunggalan, yaitu Pangestu. Menurut Pangestu, Tuhan Allah yang Maha Esa itu disebut Tri Purusa, yang artinya: keadaan satu yang bersifat tiga, yaitu: Suksma Kawekas (Tuhan yang Sejati), yang di dalam bahasa Arab disebut Allah ta’ala, Suksma Sejati (Penuntun Sejati atau Guru Sejati), yaitu utusan Tuhan, dan akhirnya Roh Suci yaitu manusia sejati atau jiwa manusia sejati. Demikian disebutkan di dalam Kitab Sasangka Jati. Menurut Dr. Sumantri almarhum, ketiga sifat itu harus diterangkan sebagai tiga faset, dan harus diartikan demikian, bahwa Suksma Kawekas adalah Hidup Pertama dalam keadaannya yang masih tenang, tanpa gerak, tanpa kesadaran, seperti halnya dengan lautan sepi yang tanpa gelombang, atau seperti kata Hamzah Pansuri: seperti laut yang dalam. Suksma Sejati adalah Hidup Pertama dalam keadaannya yang aktif bekerja seperti lautan yang bergelombang. Adapun Roh Suci adalah Hidup Pertama yang melepaskan diri dari Tuhan, seperti halnya dengan titik air yang menguap melepaskan diri dari lautan yang bergelombang tadi, serta yang kemudian dipenjarakan di dalam tubuh.

Menurut Pangesti, Suksma Kawekas sama dengan Allah Bapa di dalam agama Kristen, Suksma Sejati sama dengan Allah Anak dan Roh Suci sama dengan Roh Suci di dalam ketritunggalan agama Kristen. Akan tetapi jelas, bahwa pendapat yang demikian bukan didasarkan atas penyelidikan yang seksama, sekalipun hal itu disebutkan di dalam Kitab Sasangka Jati.

Pertama harus dikemukakan, bahwa Pangestu tidak mengajarkan, bahwa hakekat Tuhan Allah adalah menjadi sekutu umat-Nya.

Kedua, sekalipun Pangestu mengatakan, bahwa Tuhan Allah memiliki tiga faset atau wajah, namun ternyata, menurut keterangan Dr. Sumantri, ketiga faset tadi adalah tiga pangkat dari tabiat ilahi atau ketuhanan yang makin lama makin rendah (lautan sepi yang tanpa gelombang, lautan gelombang, dan titik air yang menguap atau melepaskan diri dari lautan yang bergelombang). Oleh karena itu ajaran Pangesti ini sebenarnya adalah suatu ajaran emanasi, pengaliran ke luar dari zat ilahi, yang pada hakekatnya sama dengan ajaran Hindu tentang Brahman dan ajaran Tasawwuf tentang martabat.

Ketiga, Roh Suci di dalam ajaran Pangestu bukanlah daya ilahi yang dinamis, dengannya Allah hadir berbuat, melainkan bagian zat Allah yang dipenjarakan di dalam tubuh manusia.

Baca Yang lain Tentang Teologi Kristen ===>>> Read More <<<===

Dasar dari Gereja Pentakosta

THE CHURCH

Yang Kami Percaya


ALKITAB

Kami percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah dan berisi satu sistem yang harmonis dan cukup lengkap doktrin. Kami percaya inspirasi penuh dari Firman Allah. Kami memegang Firman Tuhan menjadi satu-satunya otoritas dalam segala hal dan menegaskan bahwa tidak ada doktrin bisa benar atau penting, jika tidak menemukan tempat di Word ini.

BAPA

Kami percaya pada Tuhan, Bapa Yang Mahakuasa, Penulis dan Pencipta segala sesuatu. Perjanjian Lama mengungkapkan Allah dalam perilaku yang beragam, dengan mewujudkan sifatnya, karakter, dan kerajaan. Injil dalam Perjanjian Baru memberi kita pengetahuan tentang Allah "Bapa" atau "Bapa-Ku", yang menunjukkan hubungan Allah dengan Yesus sebagai Bapa, atau mewakili Dia sebagai Bapa dalam Ketuhanan, dan Yesus sendiri bahwa Anak (St. John 15: 8, 14:20). Yesus juga memberikan Allah perbedaan "Fatherhood" untuk semua orang percaya ketika ia menjelaskan Allah dalam terang "Bapa Anda di Surga" (Matius 6: 8).

ANAK ALLAH

Kami percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah, orang kedua di Ketuhanan Trinitas atau Tritunggal Ketuhanan. Kami percaya bahwa Yesus adalah dan kekal dalam dirinya dan alam sebagai Anak Allah yang dengan Allah di awal penciptaan (St. Yohanes 1: 1). Kami percaya bahwa Yesus Kristus dilahirkan dari seorang perawan bernama Maria menurut kitab suci (Matius 01:18), sehingga menimbulkan keyakinan dasar kita dalam Kelahiran Perawan dan semua peristiwa ajaib seputar fenomena (St. Matius 1: 18-25). Kami percaya bahwa Yesus Kristus menjadi "hamba yang menderita" manusia; penderitaan hamba ini datang berusaha untuk menebus manusia dari dosa dan mendamaikan dia kembali kepada Allah, Bapa-Nya (Roma 5:10). Kami percaya bahwa Yesus Kristus berdiri sekarang sebagai mediator antara Allah dan manusia (I Timotius 2: 5)

ROH KUDUS

Kami percaya Roh Kudus atau Roh Kudus adalah pribadi ketiga dari Trinitas, dari Bapa dan Anak, adalah substansi yang sama, sama dengan kuasa dan kemuliaan, dan bersama-sama dengan Bapa dan Anak, bisa dipercaya dalam , taat, dan menyembah. Roh Kudus adalah karunia diberikan kepada orang percaya untuk tujuan melengkapi dan memberdayakan orang percaya, membuatnya menjadi saksi yang lebih efektif untuk layanan di dunia. Ia mengajar dan membimbing satu ke dalam seluruh kebenaran (Yohanes 16:13; Kisah Para Rasul 1: 8, 08:39).

BAPTISAN ROH KUDUS

Kami percaya bahwa Baptisan Roh Kudus adalah pengalaman setelah konversi dan pengudusan dan lidah-berbicara adalah konsekuensi dari baptisan Roh Kudus dengan manifestasi dari buah roh (Galatia 5: 22-23; Kisah Para Rasul 10:46, 19: 1-6). Kami percaya bahwa kita tidak dibaptis dengan Roh Kudus agar dapat diselamatkan (Kisah Para Rasul 19: 1-6; Yohanes 3: 5). Ketika salah satu menerima pembaptisan Kudus pengalaman Ghost, kami percaya orang akan berbicara dengan bahasa yang tidak dikenal untuk diri sendiri sesuai dengan kedaulatan Kristus. Diisi dengan Roh berarti harus Spirit dikendalikan seperti yang diungkapkan oleh Paulus dalam Efesus 5: 18-19. Karena demonstrasi karismatik yang diperlukan untuk membantu gereja mula-mula untuk menjadi sukses dalam melaksanakan perintah Kristus, maka kami percaya bahwa Kudus pengalaman Roh adalah wajib bagi semua orang hari ini.

LAKI LAKI


Kami percaya bahwa manusia diciptakan oleh Allah yang kudus, yang terdiri dari tubuh dan jiwa. Kami percaya bahwa manusia, oleh alam, adalah dosa dan suci. Yang lahir dalam dosa, ia harus dilahirkan kembali, dikuduskan dan disucikan dari segala dosa dengan darah Yesus. Kami percaya bahwa manusia diselamatkan oleh mengakui dan meninggalkan dosa-dosanya, dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, dan bahwa setelah menjadi anak Allah, dengan menjadi dilahirkan kembali dan diadopsi ke dalam keluarga Allah, ia mungkin, dan harus, mengklaim warisan dari anak-anak Allah, yaitu baptisan Roh Kudus.

DOSA

Dosa, Alkitab mengajarkan, dimulai pada dunia malaikat (Yehezkiel 28: 11-19; Yesaya 14: 12-20), dan ditransmisikan ke dalam darah manusia melalui ketidaktaatan dan penipuan termotivasi oleh ketidakpercayaan (I Timotius 2:14 ). Dosa Adam, yang dilakukan dengan makan buah terlarang dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, yang dilakukan dengan itu polusi permanen atau sifat manusia bejat semua keturunannya. Hal ini disebut "dosa asal." Dosa sekarang dapat didefinisikan sebagai pelanggaran kehendak terhadap Allah dan kurangnya kesesuaian dengan kehendak Allah. Karena itu, kami yakin, bahwa manusia oleh alam, adalah dosa dan bahwa ia telah jatuh dari keadaan yang mulia dan benar dari mana dia diciptakan, dan telah menjadi tidak benar dan suci. Man, oleh karena itu, harus dikembalikan ke negara tentang kekudusan dari mana ia telah menurun dilahirkan kembali (John 3: 7).

KESELAMATAN

Penawaran keselamatan dengan penerapan karya penebusan kepada orang berdosa dengan restorasi untuk mendukung ilahi dan persekutuan dengan Allah. Operasi penebusan ini Roh Kudus atas orang-orang berdosa yang dibawa oleh pertobatan kepada Allah dan iman kepada Tuhan kita Yesus Kristus yang membawa konversi, iman, pembenaran regenerasi, pengudusan, dan baptisan Roh Kudus. Pertobatan adalah pekerjaan Allah, yang menghasilkan perubahan pikiran sehubungan dengan hubungan manusia dengan Tuhan. (Matius 3: 1-2, 4:17; Kis 20:21). Iman adalah keyakinan tertentu tempa dalam hati oleh Roh Kudus, untuk kebenaran Injil dan kepercayaan jantung pada janji-janji Allah di dalam Kristus (Roma 1:17, 3:28; Matius 09:22; Kisah Para Rasul 26:18). Konversi adalah tindakan Allah dimana Dia menyebabkan orang berdosa regenerasi, dalam kehidupan sadarnya, untuk kembali kepada-Nya dalam pertobatan dan iman (II Raja-raja 5:15; II Tawarikh 33: 12-13; Lukas 19: 8, 9; Kisah 08:30). Regenerasi adalah bahwa tindakan Allah dimana prinsip kehidupan baru ditanamkan dalam diri manusia, dan disposisi yang mengatur jiwa yang dikuduskan dan latihan suci pertama disposisi baru ini dijamin. Penyucian adalah bahwa operasi ramah dan terus menerus dari Roh Kudus, dimana Dia memberikan berdosa dibenarkan dari polusi dosa, memperbaharui seluruh sifatnya menurut gambar Allah dan memungkinkan dia untuk melakukan perbuatan baik (Roma 6: 4; 5: 6 ; Kolose 2:12; 3: 1).

MALAIKAT

Alkitab menggunakan istilah "malaikat" (tubuh surgawi) dengan jelas dan terutama untuk menunjukkan utusan atau duta Allah dengan rujukan tulisan suci seperti Wahyu 4: 5, yang menunjukkan tugas mereka di surga untuk memuji Tuhan (Mazmur 103: 20), untuk melakukan kehendak Allah (Matius 18:10) dan untuk dilihat wajahnya. Tapi karena surga harus turun ke bumi, mereka juga memiliki misi ke bumi. Alkitab menunjukkan bahwa mereka disertai Allah dalam Penciptaan, dan juga bahwa mereka akan menemani Kristus sebagai imbalan-Nya di Glory.

DEMONS


Demons menunjukkan roh jahat atau jahat; mereka kadang-kadang disebut setan atau makhluk setan. Mereka adalah roh-roh jahat, milik terlihat atau spiritual dunia, diwujudkan dalam manusia. Perjanjian Lama mengacu penghulu setan, kadang-kadang disebut Setan (Musuh) atau Iblis, memiliki kekuatan dan kebijaksanaan, mengambil kediaman bentuk lain seperti ular (Kejadian 3: 1). Perjanjian Baru berbicara tentang Iblis sebagai Penggoda (Matius 4: 3) dan melanjutkan dengan mengatakan karya-karya Setan, Iblis, dan Demons sebagai memerangi kebenaran dan baik dalam bentuk apapun, terbukti menjadi musuh bagi orang-orang kudus . Kekuatan utama mereka dilaksanakan untuk menghancurkan misi Yesus Kristus. Hal ini dapat juga dikatakan bahwa Gereja Kristen percaya Demons, Setan, dan Setan. Kami percaya dalam kekuasaan mereka dan tujuan. Kami percaya mereka dapat ditundukkan dan ditaklukkan seperti dalam perintah untuk percaya Yesus. "Dalam nama saya mereka akan mengusir setan dan pekerjaan Iblis dan untuk melawan dia dan kemudian ia akan lari (MENARIK) dari Anda." (Markus 16:17).

GEREJA

Gereja membentuk kesatuan rohani yang Kristus adalah kepala ilahi. Hal ini animasi oleh satu Roh, Roh Kristus. Ini mengaku satu iman, berbagi satu harapan, dan melayani satu Raja ,. Ini adalah benteng kebenaran dan lembaga Tuhan untuk berkomunikasi dengan orang-orang percaya semua berkat rohani. Gereja kemudian adalah obyek dari iman kita dan bukan pengetahuan. Nama Gereja kita, "GEREJA TUHAN DI DALAM KRISTUS" didukung oleh I Tesalonika 2:14 dan ayat-ayat lain dalam Surat-Surat Paulus. Kata "GEREJA" atau "EKKLESIA" pertama kali diterapkan pada masyarakat Kristen oleh Yesus Kristus dalam Matius 16:18, kesempatan itu adalah bahwa dari doa nya Petrus di Kaisarea Phillippi.

 KEDATANGAN KRISTUS YANG KEDUA

Kami percaya pada kedatangan Kristus yang kedua; bahwa Dia akan datang dari langit ke bumi, secara pribadi, tubuh, tampak (Kis 1:11; Titus 2: 11-13; Matius 16:27; 24:30; 25:30; Lukas 21:27; Yohanes 1: 14, 17; Titus 2:11) dan bahwa Gereja, mempelai wanita, akan diangkat untuk bertemu dengan Dia di udara (I Tesalonika 4: 16-17). Kami menegur semua yang memiliki harapan ini untuk memurnikan diri mereka sebagai Dia adalah murni.

PENYEMBUHAN ILAHI


Gereja Allah di dalam Kristus percaya dan praktek Penyembuhan Ilahi. Ini adalah perintah Yesus kepada para Rasul (Markus 16:18). Yesus menegaskan ajarannya pada penyembuhan dengan menjelaskan kepada murid-murid-Nya, yang menjadi Rasul, bahwa penyembuhan para korban adalah dengan iman (Lukas 9: 40-41). Oleh karena itu, kami percaya bahwa penyembuhan dengan iman kepada Allah memiliki dukungan Alkitabiah dan otoritas ditahbiskan. Tulisan-tulisan St. James 'dalam suratnya mendorong Penatua untuk berdoa bagi orang sakit, meletakkan tangan di atas mereka dan untuk mengurapi mereka dengan minyak, dan bahwa doa dengan iman akan menyembuhkan orang sakit dan Tuhan akan membangunkan mereka. Penyembuhan masih dipraktekkan secara luas dan sering di Gereja Allah di dalam Kristus, dan kesaksian penyembuhan dalam Gereja kita bersaksi kepada fakta ini.

KEAJAIBAN


Gereja Allah di dalam Kristus percaya bahwa mukjizat terjadi untuk meyakinkan orang-orang bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Sebuah keajaiban dapat didefinisikan sebagai tindakan yang terlihat luar biasa kekuasaan Ilahi, tempa oleh badan efisien kehendak Allah, yang telah sebagai penyebab akhir pembenaran dari kebenaran firman Tuhan. Kami percaya bahwa pekerjaan-pekerjaan Allah, yang dilakukan selama awal Kekristenan, lakukan dan akan terjadi bahkan saat di mana Allah diberitakan, Iman di dalam Kristus dilaksanakan, Roh Kudus adalah aktif, dan Injil penempatannya dalam kebenaran (Kisah Para Rasul 05:15; 6: 8; 09:40; Lukas 04:36, 7: 14-15; 5: 5-6; Markus 14:15).

Tata cara GEREJA Pentakosta
Hal ini umumnya diakui bahwa untuk suatu peraturan yang akan berlaku, itu harus dilembagakan oleh Kristus. Ketika kita berbicara tentang tata gereja, kita berbicara tentang orang-orang yang ditetapkan oleh Kristus, di mana oleh tanda-tanda masuk akal kasih karunia Allah di dalam Kristus, dan manfaat dari perjanjian kasih karunia yang diwakili, disegel, dan diterapkan kepada orang percaya, dan ini pada gilirannya memberikan ekspresi iman dan kesetiaan mereka kepada Allah. Gereja Allah di dalam Kristus mengakui tiga peraturan sebagai telah ditetapkan oleh Kristus sendiri dan oleh karena itu, mengikat praktek gereja.

A. Perjamuan Tuhan (PERJAMUAN KUDUS)


Perjamuan Tuhan melambangkan kematian dan penderitaan bagi kepentingan dan di tempat umat-Nya Tuhan. Hal ini juga melambangkan partisipasi orang percaya di dalam Kristus yang disalibkan. Ini tidak hanya mewakili kematian Kristus sebagai obyek iman yang mempersatukan orang percaya kepada Kristus, tetapi juga efek tindakan ini sebagai pemberian hidup, kekuatan, dan sukacita bagi jiwa. Komunikan dengan iman masuk ke dalam kesatuan spiritual khusus jiwanya dengan Kristus yang dimuliakan.

B. MENCUCI KAKI


Mencuci kaki dipraktekkan dan diakui sebagai tata cara di Gereja kita karena Kristus, dengan contoh-Nya, menunjukkan bahwa kerendahan hati ditandai kebesaran dalam Kerajaan Allah, dan layanan itu, diberikan kepada orang lain memberi bukti bahwa kerendahan hati, dimotivasi oleh cinta, ada. Layanan ini diadakan setelah Perjamuan Tuhan; Namun, keteraturan yang diserahkan kepada kebijaksanaan Pastor yang bertanggung jawab.

C. AIR BAPTISAN

Kami percaya bahwa Air Baptisan diperlukan seperti yang diperintahkan oleh Kristus di St. John 3: 5, "KECUALI MAN AKAN DILAHIRKAN KEMBALI DARI AIR DAN ROH."

Namun, kami tidak percaya bahwa baptisan air saja merupakan sarana keselamatan, tetapi demonstrasi luar bahwa seseorang telah memiliki pengalaman konversi dan telah menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadinya. Sebagai Pentakosta, kita berlatih perendaman dalam preferensi untuk "percikan", karena perendaman berhubungan lebih dekat dengan kematian, penguburan, dan kebangkitan Tuhan kita (Kolose 2:12). Hal ini juga melambangkan regenerasi dan pemurnian lebih dari modus lain. Oleh karena itu, kita berlatih perendaman sebagai modus kami Pembaptisan. Kami percaya bahwa kita harus menggunakan Formula Pembaptisan diberikan kepada kita oleh Kristus untuk semua "... DALAM NAMA BAPA, DAN DARI ANAK, DAN DARI ROH KUDUS." (Matius 28:19)

How God Hold My Hand

Berikut adalah beberapa kehidupan  yang saya alami dan bagaimana Tuhan telah memegang tangan saya, untuk dapat keluar dalam  situasi yang saya alami.

rohani


Saya berterima kasih kepada Tuhan bahwa Dia selalu bersama saya .Tuhan tidak pernah gagal  atau meninggalkan saya. Ketika saya menghadapi kesulitan dalam hidup, Tuhan memegang tangan saya dan membawa saya keluar dari badai. Dia berkata kepada saya, "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu. Jangan takut, dan jangan kecewa, sebab Aku menyertai engkau, ke manapun Kamu pergi ". (Yosua 1: 9)

Ketika aku sedang  bekerja, lelah dan tidak enak badan, Tuhan membebaskan saya dari segala beban. Dan saya bisa menyelesaikan tanggung jawab hidup dan tantangan dengan Tuhan sebagaimana Dia berkata kepada saya dalam ayat ini "Datanglah ke padaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati, dan kamu akan mendapat ketenangan . Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan "(Matius 11: 28 - 30)..

 Saya berterima kasih kepada Tuhan untuk jaminan-Nya, kesetiaan dan janji-janji.

Pada saat-saat ketika saya merasa sedih, maka saya hanya perlu menangis dan mencurahkan hati saya kepada Tuhan. Seruanku akan melakukan perjalanan ke telinga Tuhan dan Tuhan tahu pesan saya bahkan jika saya terlalu tertekan untuk memberitahu Tuhan apa yang ingin saya katakan.

Saya didiagnosa menderita kanker tiroid papiler Maret 2013. Selama waktu itu Tuhan berbicara kepada saya melalui beberapa ayat-ayat ini.

 "Jangan takut, sebab Aku menyertai engkau.
  Jangan berkecil hati, karena Aku Allahmu.
  Aku akan menguatkan Anda dan membantu Anda.
  Aku akan membawa engkau dengan tangan kanan saya menang. "Yesaya 41:10

 "Jangan takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil namamu, kamu adalah milikKu." (Yesaya 43: 1). Tuhan juga meyakinkan saya bahwa Dia akan membuat jalan di padang gurun dan sungai di padang gurun. (Yesaya 43: 19)

Firman-Nya memberi saya kekuatan, keberanian dan kekuatan untuk beristirahat pada-Nya. Uluran Tangan  kesembuhanNya telah menyembuhkan saya dan memberi saya total tiroidektomi . Saya bersyukur dan bersyukur bahwa Dia telah menghilangkan semua sel-sel kanker dari tubuh saya.

Tuhan selalu mendekat kepada saya pada saat saya membutuhkan. Dia tidak pernah terlalu sibuk untuk mendengar saya ketika saya menelepon Nya.
Puji Tuhan bahwa saya bisa bersukacita dalam kasih-Nya yang besar. Ini adalah kehormatan luar biasa semua dosa-dosa saya telah diampuni dan disebut anak Allah. Sebagai anak Allah, saya  telah menyerahkan hidup saya kepada-Nya. Aku hanya perlu untuk hidup dengan iman dan bukan karena melihat.

Akibat Menjadi Hamba Uang

Saya adalah Suryanti Wangsa. Saya memiliki perusahaan dan bagi saya uang adalah ukuran kebahagiaan. Saya hanya fokus pada perusahaan dan tidak memperhatikan anak -anak saya. Saya memiliki cita-cita untuk membahagiakan orang tua dan memberikan fasilitas kepada anak-anak saya.

Setelah pulang kantor, saya sedang mengobrol dengan suami saya, lalu ia memberitahukan bahwa saya bahwa perusahaan kami mendapat tawaran dari banyak pabrik untuk menjadi distributor. Namun, ketika itu saya tidak setuju karena kami harus menambahkan gudang. Sementara untuk membangun sebuah gudang, membutuhkan banyak biaya.

Renungan Harian



Akhirnya dengan perdebatan yang panjang, kami memutuskan untuk membangun sebuah gudang. Namun, sebelum gudang tersebut diselesaikan, saya mendapat kabar bahwa ada salah satu perusahaan yang mengambil barang dari kami, namun belum membayar. Saya pun langsung mengecek ke lokasi. Saat itu saya sangat khawatir, bagaimana kalau perusahaan tersebut tidak membayar. Setelah saya sampai di perusahaan tersebut, ternyata sudah di segel oleh pihak bank. Yang saya rasakan ketika itu adalah hati yang hancur.

Dengan keadaan tersebut, kami pun bersepakat untuk menjual gudang milik kami. Suami saya memutuskan untuk kembali ke Sumedang untuk bekerja lagi agar bisa melunasi semua hutang-hutang kami. Karena asset mati, sisa modal pun habis di pembayaran gudang. Kami pun mengurangi pengeluaran, seperti mengurangi karyawan. Bahkan, semangat saya semakin patah ketika saudara saya menelpon untuk meminta modalnya di perusahaan saya. Akhirnya, saya berhasil membujuknya untuk mengembalikan dengan cara dicicil. Saya juga mengundurkan diri sebagai distributor dari perusahaan susu yang membesarkan nama perusahaan kami. Keadaan kami saat itu juga mengharuskan untuk menjual mobil. Karena saya tidak bisa mencicil kredit bank, akhirnya saya menambahkan waktu kredit dengan jaminan setifikat rumah orang tua saya.

Dengan apa yang saya alami ketika itu, saya merasakan bahwa Tuhan tak ada, dan saya marah kepada Tuhan. Saya berniat untuk bunuh diri saat itu. Namun, niat itu pun tidak sempat saya lakukan, karena ibu saya datang ke rumah. Akhirnya, dia pun mendoakan saya. Dan saya mendapatkan kekuatan baru. Sampai suatu ketika saya menghadiri suatu ibadah, dalam ibadah tersebut saya merasakan ada sebuah kekuatan baru.  Ketika kotbah, Tuhan memberikan kekuatan kepada saya melalui FirmanNya dari Yohanes 41:10 yang berkata : 

Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kananKu yang membawa kemenangan.

Setelah merasakan Kasih Tuhan yang luar biasa, akhirnya Tuhan mengubahkan paradigma saya melalui jalan-jalanNya. Saat ini saya merasakan kebahagiaan dengan keluarga yang utuh dalam Yesus. Semua asset saya hilang, namun Tuhan menggantikannya dengan damai sejahtera yang tak tertandingi.

Nusakambangan Petaka Hidupku

Nama saya Andre Bangun. Saya tumbuh di dalam keluarga yang berantakan. Orang tua saya bercerai dan mereka pun membuang saya. Sejak usia masih sangat muda, saya hidup di panti asuhan. Jika beberapa orang menganggap enak dan nyaman tinggal di panti asuhan, tetapi itu tidak berlaku bagi saya. Pasalnya, selama di sana saya sering di-bully oleh para kakak senior.

Kisah Nyata



Karena ketika kejadian saya di-bully saya masih kecil, saya pun bingung bagaimana  membalasnya. Namun, di hati saya sudah terlecut sebuah keinginan jika nanti saya sudah besar, saya akan membalaskan dendam membara saya dan membuktikan kepada mereka siapa saya sebenarnya.

Waktu bergulir, saya pun beranjak menjadi remaja yang nakal. Tidak ada satu pun yang saya takuti. Jika ada orang mencari masalah dengan saya maka darah adalah tanggungannya. Suatu hari karena aksi penusukan yang saya buat kepada lawan saya, saya dikeluarkan dari sekolah dan diusir dari panti asuhan. Bukannya sedih, saya justru senang karena saya dapat hijrah ke Jakarta.

Setiba di Ibukota saya dan teman SMA saya sudah langsung menyaksikan berbagai kejahatan yang terjadi mulai dari penodongan sampai dengan perampasan. Di dalam pikiran saya betapa mudah mendapatkan uang di Jakarta. Akhirnya, tanpa perlu waktu lama, saya dan teman nekat menjadi pencopet.

Sekali lolos, dua kali lolos, aksi kriminal saya diketahui oleh pihak berwajib. Karena kejahatan yang saya buat, saya pun ditahan dan dimasukan ke dalam penjara selama 6 bulan. Selama berada di hotel prodeo, saya jadi suruhan tahanan-tahanan senior. Bukan hanya diperintah ini dan itu, saya bahkan diminta untuk menjadi provokator keributan di penjara.

Setengah tahun berlalu, saya menghirup udara bebas. Hanya waktu saya di luar penjara tidaklah lama. Sebab karena kejahatan yang saya buat saya kembali masuk ke dalam penjara. Hal itu terus berulang sampai keputusan hakim mengantarkan saya ke Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan, Cilacap. Selama berada di Nusakambangan, hati saya mulai gelisah. Gelisah bukan karena mendapat perlakuan buruk dari sipir, tetapi gelisah melihat kehidupan saya yang keluar masuk penjara/Lapas. Pergumulan batin selama setengah tahun di Lapas Nusakambangan membawa saya kepada satu keputusan bahwa kehidupan saya di penjara ini adalah kehidupan saya yang terakhir.

Ketika masa tahanan telah selesai saya lewati, saya pun mendatangi sebuah acara ibadah rohani. Di sanalah saya berkenalan dengan seseorang yang pada akhirnya memperkenalkan saya dengan pengelola tempat pemulihan bagi para tahanan dan orang-orang terbuang seperti saya.

Hari demi hari yang saya lalui di dalam tempat pemulihan itu membawa saya kepada pengenalan akan Isa Almasih lebih lagi. Di sanalah juga hidup saya dipulihkan dan benar-benar merasakan kasih-Nya sampai sekarang. Atas semua hal yang saya terima ini, sungguh saya bersyukur kepada Isa Almasih.

Bertemu Kasih Tuhan Di Penjara

Edy dikenal dengan nama Aho Bali di lingkungannya, ia sangat ditakuti oleh orang-orang. Sejak kecil Edy mengalami hal yang menyakitkan di keluarganya. Orangtuanya memiliki kesibukan sendiri dan membuat Edy mencari perhatian dalam pergaulannya. Ayah Edy mendidik Edy dengan keras. Ayahnya mengajarkan bela diri supaya Edy tidak kalah dalam setiap perkelahian dengan teman-temannya. Edy terus mendalami bela diri hingga ia tumbuh dewasa. Sampai akhirnya Edy merasa ingin mencoba ilmunya di jalan. Ia bertemu dengan orang lain di jalan lalu berkelahi. Ia merasa sudah hebat karena bisa mengalahkan orang.

Pada suatu hari Edy dan teman-temannya bermain kartu. Lalu ada sekelompok orang datang dan meminta uang dari teman-temannya. Karena merasa tidak terima temannya diperlakukan demikian, Edy pun merasa tertantang. Akhirnya Edy mengajak orang-orang itu keluar dan berkelahi di luar. Tetapi karena kesombongannya, Edy terjebak dalam suatu situasi yang membuat dirinya menjadi terluka. Ia mendapat dua tusukan di perutnya dan kepalanya dipukul dengan kayu-kayu besar. Pada saat ia menyadari hal itu, ia langsung takut dan meminta pertolongan Tuhan. Lalu Edy berlari dan minta pertolongan warga. Akhirnya ada satu rumah yang mengijinkan Edy untuk bersembunyi di rumah mereka. Ia disembunyikan di bawah tempat tidur.


Edy mencobai Tuhan dengan hal lain, yaitu narkoba. Rasa takut ia alami karena kecanduan obat yang ia konsumsi. Edy mengunci dirinya  di kamar dan tidak ingin siapapun masuk termasuk anaknya. Setiap ia melihat jendela terbuka, ia merasa takut dan mendengar suara-suara yang tidak jelas. Ia diberi makan layaknya binatang, makanannya ditaruh di atas lantai.

Istri Edy baru saja mengetahui bahwa suaminya adalah preman dan pecandu. Ia menyesal telah menikah dengan Edy. Ia merasa dibohongi, kecewa dan hancur hati. Pada suatu hari Edy ingin pergi ke Karawang dengan memakai taksi. Karena ia ingin cepat-cepat, maka ia meminta untuk membawa taksinya sendiri, padahal dia sedang mabuk. Tanpa ia duga ada motor melintas di depan taksinya dan akhirnya terjadi kecelakaan yang mengakibatkan orang yang ditabrak itu terluka. Karena panik, maka Edy langsung menancap gas, menendang sopir taksi keluar dan melarikan diri. Tetapi Edy tidak beruntung. Pada saat itu ada polisi yang mengejarnya dan Edy pun tertangkap.

Edy harus mendekam di penjara untuk keenam kalinya karena kekerasan dan obat terlarang. Istri Edy merasa sedih, karena pada saat Edy dipenjara, ia mengalami kesulitan ekonomi. Ia harus menjual semua barang di rumahnya untuk biaya sehari-hari. Walaupun ia merasa kecewa dengan suaminya tetapi ia tetap mengasihi suaminya.

Pada saat di penjara, Edy mengikuti suatu kebaktian. Ia mendengar khotbah tentang suatu hal yang menyebutkan bahwa di dalam Yesus, sesuatu yang lama sudah berlalu dan yang baru sudah datang. Pada saat itu ia merasa ada sesuatu yang ia dapatkan. Ia merasa ada yang menyentuh hatinya. Ia menangis tanpa bisa dibendung. Pada saat ia mendengar pujian, ia menutup matanya dan menengadah ke atas. Pada saat itu ia merasa ada sosok besar putih berdiri di hadapannya. Ia sadar itu adalah sosok Tuhan Yesus yang ia kenal. Ia semakin tak kuasa menahan air matanya. Kemudian ia memeluk memeluk kaki-Nya. Selesai ia mengalami lawatan tersebut ia merasa hidupnya jadi baru. Ia mengambil satu komitmen dalam dirinya bahwa mulai saat itu ia akan tinggalkan semua kehidupannya yang lama.


Renungan Harian


Mulai saat itu Edy menjadi pribadi yang baru. Ia mulai membaca Alkitab dan mengenal Tuhan Yesus. Penjara bukan lagi tempat yang menakutkan buat Edy. Edy pun diubahkan Tuhan 180 derajat. Saat ini Edy sudah berkumpul lagi dengan keluarganya. Edy bersyukur karena kasih Tuhan mengubah hidupnya menjadi jauh lebih baik dan berarti. Edy yang dahulu bukan siapa-siapa, dijamah oleh kasih Tuhan dan menjadi manusia yang berarti bagi keluarganya dan orang-orang disekitarnya.