Translate this page to the following language!

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified


INSURANCE WORLDWIDE

Informasi Terpanas Tentang Manfaat Asuransi Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES CELEBRITY WORLDWIDE

Informasi Terpanas Tentang Kehidupan Artis Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES HISTORY TOUR AND TRAVEL

Informasi Terpanas Tentang Perjalanan Wisata Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES LOVE GOD

Informasi Terpanas Tentang Kehidupan Rohani Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES ADVERTISING

Kesempatan Buat Anda yang ingin Memajukan Bisnis dengan Pasang Iklan Secara Gratis dan Dibaca diseluruh Dunia *** Read More ***

Yuk Belajar Jual Beli Dollar

Showing posts with label Teologi. Show all posts
Showing posts with label Teologi. Show all posts

Who Is Martin Luther ???

Dilahirkan pada 10 November 1483 dalam sebuah keluarga petani di Eisleben, Thuringen, Jerman, Luther beroleh nama Martinus pada 11 November 1483 ketika dibaptiskan. Ayahnya bernama Hans Luther dan ibunya bernama Margaretta. Keluarga Luther adalah keluarga yang saleh seperti biasanya golongan petani di Jerman.

Martin Luther


Luther mendapatkan pendidikan dasarnya di Mansfeld, sebuah kota di mana ayahnya terpilih sebagai anggota Dewan Kota Mansfeld, setelah pindah ke sana pada 1484. Pendidikan menengah dikecapnya di Magdeburg di sebuah sekolah yang diasuh oleh “saudara-saudara yang hidup rukun” (Broederschap des gemenen levens).

Pada tahun 1501 Luther memasuki Universitas Erfurt, suatu universitas terbaik di Jerman pada masa itu. Di sini ia belajar filsafat terutama filsafat Nominalis Occam dan teologia skolastika, serta untuk pertama kalinya Luther membaca Alkitab Perjanjian Lama yang ditemukannya dalam perpustakaan universitas tersebut. Orang tuanya menyekolahkan Luther di sekolah ini untuk persiapan memasuki fakultas hukum. Mereka menginginkan agar anak mereka menjadi seorang ahli hukum.

Pada tahun 1505 Luther menyelesaikan studi persiapannya dan sekarang ia boleh memasuki pendidikan ilmu hukumnya. Namun, pada 2 Juni 1505 terjadi suatu peristiwa yang membelokkkan seluruh kehidupannya. Dalam perjalanan pulang dari Mansfeld ke Erfurt tiba-tiba turun hujan lebat yang disertai dengan guntur dan kilat yang hebat. Luther sangat ketakutan. Ia merebahkan dirinya ke tanah sambil memohon keselamatan dari bahaya kilat. Luther berdoa kepada Santa Anna, yaitu orang kudus yang dipercayai sebagai pelindung dari bahaya kilat sebagai berikut.

“Santa Anna yang baik, tolonglah aku! Aku mau menjadi biarawan.”

Pada 16 Juli 1505 ia memasuki biara Serikat Eremit Augustinus di Erfurt dengan diiringi oleh sahabat-sahabatnya. Orang tuanya tidak turut mengantarkannya karena mereka tidak menyetujui keputusan Luther tersebut.

Luther berusaha untuk memenuhi peraturan-peraturan biara melebihi para biarawan lainnya. Ia banyak berpuasa, berdoa, dan menyiksa diri sehingga terlihat paling saleh dan rajin di antara semua para biarawan. Ia mengaku dosanya di hadapan imam setidaknya sekali seminggu. Dalam setiap ibadah doa, Luther mengucapkan 27 kali doa Bapa Kami dan Ave Maria. Luther membaca Alkitab dengan rajin dan teliti. Semua itu diperbuatnya untuk mencapai kepastian tentang keselamatannya. Sebenarnya, Luther mempunyai pergumulan yang berat, yaitu bagaimana memperoleh seorang Allah yang rahmani. Gereja mengajarkan bahwa Allah adalah seorang hakim yang akan menghukum orang yang tidak benar dan melepaskan orang yang benar. Luther merasa ia tidak mungkin menjadi orang yang benar. Ia pasti mendapat hukuman dari Allah yang akan bertindak sebagai hakim itu. Meski telah menjadi biarawan pergumulan rohani itu tidak kunjung selesai. Pergumulannya ini diceritakannya kepada pimpinan biara di Erfurt, yaitu Johann von Staupitz. Johann von Staupitz menasihatkannya agar tidak memikirkan apakah ia diselamatkan atau tidak. Yang penting adalah percaya kepada rahmat Kristus dan memandang pada luka-luka Kristus.

Sementara Luther bergumul mencari Allah yang rahmani itu, Luther ditahbiskan menjadi imam pada 2 Mei 1507. Orang tua serta beberapa sahabatnya hadir pada upacara penahbisan tersebut, serta menerima ekaristi pertama yang dilayani oleh Martin Luther. Kemudian Johann von Staupitz mengirim Luther untuk belajar teologia di Wittenberg sambil mengajar filsafat moral di sana. Itulah sebabnya, Luther dipindahkan ke biara Augustinus di Wittenberg pada tahun 1508. Namun setahun kemudian, ia kembali lagi ke Erfurt untuk mengajar dogmatika.

Di biara Erfurt, Luther mendapat kepercayaan dari pimpinan biara di Jerman untuk membahas peraturan-peraturan serikatnya di Roma pada tahun 1510. Luther sangat gembira karena dengan demikian ia akan berhadapan muka dengan Bapa Suci di Roma, serta berziarah ke tempat-tempat kudus dan berdoa di tangga Pilatus untuk pembebasan jiwa kakeknya dari api penyucian.

Luther ditemani oleh seorang biarawan serta seorang bruder berjalan kaki dari Erfurt ke Roma. Di Roma Luther tinggal selama empat minggu lamanya. Luther mengunjungi tempat-tempat kudus dan dengan lutut yang telanjang merangkak naik Scala Santa sambil mendoakan jiwa kakeknya di api penyucian. Scala Santa ini adalah sebuah tangga naik yang terdiri dari 28 anak tangga yang dipercayai sebagai tangga Pilatus yang dipindahkan dari Yerusalem ke Roma.

Di Roma Luther melihat keburukan-keburukan yang luar biasa. Para klerus hidup seenaknya saja. Nilai-nilai kekristenan sangat merosot di kota suci ini. Dalam kekecewaannya Luther berkata, “Jika seandainya ada neraka, berarti Roma telah dibangun di dalam neraka”. Luther telah mempunyai kesan bahwa dahulu Roma adalah kota yang tersuci di dunia, namun kini menjadi yang terburuk. Roma dibandingkannya dengan Yerusalem pada zaman nabi-nabi. Sekalipun demikian, kepercayaan Luther terhadap Gereja Katolik Roma tidak tergugat.

Setelah kembali dari Roma, Luther pindah ke biara di Wittenberg pada tahun 1511. Ia tinggal di sini sampai ia meninggal. Atas dorongan Johann von Staupitz, Luther belajar lagi sampai memperoleh gelar doktornya pada tahun 1512. Johann von Staupitz melihat bahwa Luther adalah seorang yang sangat pandai sehingga dianggap cocok untuk menjadi mahaguru. Di Wittenberg telah dibuka sebuah universitas baru oleh Frederick III yang Bijaksana pada tahun 1502. Frederick bersimpatik dengan Luther tatkala Frederick mendengar khotbah Luther sehingga ia mengangkat Luther menjadi mahaguru pada universitasnya itu. Selain itu, Luther diangkat menjadi pengawas dan pengurus dari sebelas biara serikatnya di Jerman.

Di Universitas Wittenberg Luther mulai mengajarkan tafsiran kitab Mazmur, kemudian surat Roma, Galatia, dan surat Ibrani. Sementara itu, pergumulan rohaninya mencari Allah yang rahmani terus berjalan. Barangkali pada tahun 1514 Luther menemukan jalan ke luar dari pergumulannya itu. Ia menemukan pengertian yang baru tentang perkataan-perkataan Paulus dalam Roma 1:16-17. Luther mengartikan kebenaran Allah sebagai rahmat Allah yang menerima orang-orang yang berdosa serta berputus asa terhadap dirinya, tetapi yang menolak orang-orang yang menganggap dirinya baik. Kebenaran Allah adalah sikap Allah terhadap orang-orang berdosa yang membenarkan manusia berdosa karena kebenaran-Nya. Tuhan Allah mengenakan kebenaran Kristus kepada manusia berdosa sehingga Tuhan Allah memandang manusia berdosa sebagai orang-orang benar. Tentang penemuannya itu Luther menulis, “Aku mulai sadar bahwa kebenaran Allah tidak lain daripada pemberian yang dianugerahkan Allah kepada manusia untuk memberi hidup kekal kepadanya; dan pemberian kebenaran itu harus disambut dengan iman. Injillah yang menyatakan kebenaran Allah itu, yakni kebenaran yang diterima oleh manusia, bukan kebenaran yang harus dikerjakannya sendiri. Dengan demikian, Tuhan yang rahmani itu membenarkan kita oleh rahmat dan iman saja. Aku seakan-akan diperanakkan kembali dan pintu firdaus terbuka bagiku. Pandanganku terhadap seluruh Alkitab berubah sama sekali karena mataku sudah celik sekarang.” Luther menyampaikan penemuannya itu di dalam kuliah-kuliahnya.

Penemuan Luther ini tidak menjadi titik meletusnya gerakan reformasi Luther. Titik meletusnya gerakan reformasi Luther adalah masalah penjualan Surat Indulgensia (penghapusan siksa) pada masa pemerintahan Paus Leo X untuk pembangunan gedung Gereja Rasul Petrus di Roma dan pelunasan hutang Uskup Agung Albrecht dari Mainz. Dengan memiliki Surat Indulgensia, dengan cara membelinya, seseorang yang telah mengaku dosanya di hadapan imam tidak dituntut lagi untuk membuktikan penyesalannya dengan sungguh-sungguh. Bahkan para penjual Surat Indulgensia (penghapusan siksa) melampaui batas-batas pemahaman teologis yang benar dengan mengatakan bahwa pada saat mata uang berdering di peti, jiwa akan melompat dari api penyucian ke surga, bahkan dikatakan juga bahwa surat itu dapat menghapuskan dosa.

Luther tidak dapat menerima praktik seperti itu dengan berdiam diri saja. Hatinya memberontak. Itulah sebabnya ia mengundang para intelektual Jerman untuk mengadakan perdebatan teologis mengenai Surat Indulgensia. Untuk maksud itu Luther merumuskan 95 dalil yang ditempelnya di pintu gerbang gereja istana Wittenberg, 31 Oktober 1517. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai Hari Reformasi.


Dalil-dalil Luther sudah tersebar di seluruh Jerman hanya dalam sebulan. Akibatnya, Surat Indulgensia tidak laku lagi dan Luther dianggap sebagai penyebabnya. Paus Leo X menuntut agar Luther menarik kembali ajarannya yang sesat itu. Luther membalas permintaan Paus dengan memberi menjelaskan maksud setiap dalilnya dengan penuh penghormatan. Namun, Paus memerintahkan kepada Luther untuk menghadap hakim-hakim Paus di Roma dalam waktu enam puluh hari. Ini berarti bahwa Luther akan dibunuh.

Beruntunglah Frederick yang Bijaksana melindungi mahagurunya. Ia meminta kepada Paus agar Luther diperiksa di Jerman dan permintaan ini dikabulkan. Paus mengutus Kardinal Cajetanus untuk memeriksa Luther pada tahun 1518. Cajetanus meminta Luther menarik kembali dalil-dalilnya, namun Luther tidak mau. Cajetanus pun gagal dalam misinya.

Gerakan Reformasi Luther berjalan terus. Banyak kota dan wilayah Jerman memihak kepada Luther dan nama Luther mulai terkenal di luar Jerman. Kaum humanis, para petani Jerman bersimpatik kepadanya. Perdebatan teologis tentang Surat Indulgensia sebagaimana dimaksudkan dengan dalil-dalilnya tidak terjadi. Perdebatan itu baru terjadi pada bulan Juni 1519, di Leipzig. Dalam perdebatan ini Luther berhadapan dengan Johann Eck disertai oleh Carlstadt, rekan mahagurunya di Wittenberg. Dalam perdebatan ini Luther mengatakan bahwa paus-paus tidak bebas dari kesalahan-kesalahan. Konsili pun tidak luput dari kekeliruan-kekeliruan. Luther menunjuk kepada Konsili Constanz yang memutuskan hukuman mati atas Johanes Hus. Johann Eck menuduh Luther sebagai pengikut Johanes Hus. Dalam perdebatan ini pokok perdebatan telah bergeser dari Surat Indulgensia ke kekuasaan Paus. Menurut Luther yang berkuasa di kalangan orang-orang Kristen bukanlah Paus atau konsili, tetapi firman Allah saja. Kini Luther sudah siap untuk menerima kutuk dari Paus.

Sementara menunggu kutuk Paus, Luther menulis banyak karangan yang menjelaskan pandangan-pandangan teologianya. Tiga karangannya yang terpenting adalah “An den christlichen Adel deutscherNation: von des christlichen Standes Bessening” (Kepada kaum Bangsawan Kristen Jennan tentang perbaikan Masyarakat Kristen), 1520; “De Captivitate Babylonica Ecclesiae” (Pembuangan Babel untuk Gereja), Oktober 1520; “Von der Freiheit eines Christenmenschen” (Kebebasan seorang Kristen), 1520.

Tanggal 15 Juni 1520, bulla (surat resmi) ekskomunikasi dari Paus keluar. Bulla itu bernama “Exurge Domine”. Paus menyatakan bahwa dalam pandangan-pandangan Luther terdapat 41 pokok yang sesat. Ia meminta kepada Luther menarik kembali dalam tempo 60 hari dan jika tidak ia akan dijatuhi hukuman gereja. Namun, Luther membalas bulla itu dengan suatu karangan yang berjudul “Widder die Bullen des Endchrists” (Melawan bulla yang terkutuk dari si Anti-Krist). Pada 10 Desember 1520 Luther membakar bulla Paus tersebut bersama-sama dengan Kitab Hukum Kanonik Gereja Katolik Roma di depan gerbang kota Wittenberg dengan disaksikan oleh sejumlah besar mahasiswa dan mahaguru Universitas Wittenberg. Tindakan ini merupakan tanda pemutusan hubungannya dengan Gereja Katolik Roma. Kemudian keluarlah bulla kutuk Paus pada tanggal 3 Januari 1521. Luther kini berada di bawah kutuk gereja.

April 1521, Kaisar Karel V mengadakan rapat kekaisaran di Worms. Luther diundang untuk mempertanggungjawabkan perbuatan-perbuatannya dan karangan-karangannya. Kaisar Karel V menjanjikan perlindungan atas keselamatan jiwa Luther. Pada 18 April 1521, Luther mengadakan pembelaannya. Wakil Paus meminta agar Luther menarik kembali ajaran- ajarannya, namun Luther tidak mau. Kaisar Karel V ingin menepati janjinya kepada Luther sehingga sebelum rapat menjatuhkan keputusan atas dirinya, Luther diperintahkan untuk meninggalkan rapat. Pada 26 Mei 1521, dikeluarkanlah Edik Worms yang berisi antara lain: Luther dan para pengikutnya dikucilkan dari masyarakat; segala karangan Luther harus dibakar; dan Luther dapat ditangkap dan dibunuh oleh siapa pun, kapan pun, dan di mana pun juga.

Ketika Luther melintasi hutan, tiba-tiba ia disergap oleh pasukan kuda yang bersenjata. Luther dibawa untuk disembunyikan di istana Wartburg atas perintah Frederick yang Budiman. Di sini Luther tinggal selama sepuluh bulan dengan memakai nama samaran Junker Georg. Di sini pulalah Luther mengerjakan terjemahan Perjanjian Baru dari bahasa Yunani (naskah asli PB) ke dalam bahasa Jerman.

Sementara Luther bersembunyi di Wartburg terjadilah huru-hara di Wittenberg. Carlstadt muncul ke depan. Ia menilai bahwa Luther tidak berusaha untuk menghapus segala sesuatu yang berbau Katolik Roma. Ia menyerang hidup membiara dan menganjurkan agar para biarawan menikah. ia sendiri melayani misa dengan pakaian biasa dan roti serta anggur diberi kepada umat. Perubahan-perutahan ini memang didukung Luther. Tetapi kemudian Carlstadt dipengaruhi oleh nabi-nabi dari Zwickau yang bersifat radikal. Mereka menyerbu gedung-gedung gereja, menghancurkan altar-altar gereja, salib-salib, patung-patung, dan sebagainya. Huru-hara ini tidak dapat dikendalikan oleh Frederick yang Budiman. Luther mendengar huru-hara ini dan segera menuju Wittenberg. Luther berkhotbah selama seminggu di Wittenberg untuk meneduhkan suasana kota. Ia mengecam tindakan kekerasan serta radikal itu. Menurut Luther pembaharuan gereja tidak dapat dilakukan dengan kekerasan atau dengan jalan revolusi. Luther menghardik Carlstadt sehingga ia pergi ke Swiss.


Pada tahun 1525 terjadilah pemberontakan petani di bawah pimpinan Muntzer. Luther mengecam dengan keras pemberontakan ini. Ia mengajak agar para bangsawan memadamkan pemberontakan ini. Dengan demikian Luther memisahkan dirinya dengan golongan-golongan radikal. Setelah pemberontakan itu, Luther menikah dengan Katharina von Bora, seorang bekas biarawati, pada tahun yang sama.

Perkembangan reformasi Luther berkembang dengan pesat. Namanya bukan saja terkenal di Jerman tetapi juga di luar negeri. Pada tahun 1537 Luther menulis suatu karangan yang berjudul “Pasal-Pasal Smalkalden” yang menguraikan pokok-pokok iman gereja reformatoris. Untuk keperluan jemaat dan pemimpin gereja (pendeta), Luther menyusun Katekismus Kecil dan Katekismus Besar. Ia kemudian meninggal pada 18 Februari 1546 dalam usia 62 tahun di Eisleben.

Doktrin Tritunggal, Apakah Menyerap Ajaran Agama Lain?

Tuhan Allah adalah Bapa di dalam hakekat-Nya sebagai sekutu umat-Nya, sebab Dialah yang menciptakan, memanggil dan menyelamatkan umat-Nya. Tuhan Allah adalah Anak di dalam hakekat-Nya sebagai sekutu umat-Nya, sebab Dialah yang menyatakan atau yang menjelmakan atau mewujudkan hakekat Bapa sebagai sekutu umat-Nya, hingga benar-benar umat Allah menjadi sekutu-Nya. Dan Tuhan Allah adalah Roh Kudus di dalam hakekat-Nya sebagai sekutu umat-Nya, sebab Dialah yang membenarkan, menyucikan serta menyempurnakan umat-Nya.

Doktrin Tritunggal,


Apakah pandangan ini tidak sama dengan pandangan Sabellius?

Sabellius mengajarkan, bahwa di dalam Perjanjian Lama, Tuhan Allah menampakkan diri-Nya sebagai Bapa dan Pencipta, di dalam diri Yesus, Ia menampakkan diri sebagai Anak dan Penyelamat, dan akhirnya sejak hari Pentakosta, Ia menampakkan diri sebagai Roh Kudus, sehingga Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah penampakan diri Tuhan Allah yang secara berturut-turut. Akan tetapi tidaklah demikian penyataan Tuhan Allah menurut Alkitab. Sejak semula dan untuk selama-lamanya Tuhan Allah menyatakan diri-Nya sebagai pencipta, penyelamat dan pembebas umat-Nya. Sejak di Perjanjian Lama, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Hal itu semuanya diwujudkan dengan sejelas-jelasnya di dalam diri Yesus Kristus, Firman yang menjadi manusia.

Tuhan Allah adalah Bapa, Anak, dan Roh Kudus di dalam karya-Nya sejak semula hingga kini dan untuk selama-lamanya. Tuhan Allah adalah Tritunggal di dalam segala karya-Nya, baik di dalam penjadian, maupun di dalam penyelamatan dan pembebasan. Ia adalah Tritunggal dalam hakekat-Nya sebagai sekutu umat-Nya, dahulu, sekarang, dan untuk selama-lamanya.

Mengenai anggapan adanya persamaan ajaran agama lain dengan ajaran Tritunggal ini, di bawah ini pembahasannya:

Pertama-tama di dalam Agama Hindu ada ajaran yang disebut Trimurti, yang di dalam agama Hindu Jawa disebut ajaran tentang Tri Purusa. Ajaran ini mengajarkan ada tiga bentuk (trimurti) dari zat yang mutlak (Brahman), yaitu Brahma, Wisnu, dan Siwa. Di dalam kitab Mahabharata terdapat suatu ucapan yang masyhur, yaitu bahwa Prajapati menciptakan dalam bentuk Brahma, memelihara dalam bentuk manusia (Wisnu) dan merusak dalam bentuk Rudra, yaitu Siwa yang lain (Mahabharata III, 272, 46). Senada dengan ucapan di atas itu dikatakan mengenai Brahman, yaitu bahwa Brahman memiliki tiga penjelmaan, atma (jiwa perorangan), prakrti (alam) dan Isywara (Tuhan).

Di dalam prakteknya masing-masing mashab Hindu memiliki salah satu dewa menjadi dewanya yang tertinggi, sedang kedua dewa lainnya menjadi penjelmaannya, umpamanya mashab Siwa menganggap Siwa sebagai dewa yang tertinggi, yang identik dengan Brahman, dan yang kemudian demi kepentingan penciptaan, pemeliharaan dan pengrusakan, menjelma sebagai Brahma, Wisnu, dan Rudra.

Menurut keyakinan Hindu, dewa yang tertinggi, baik ia disebut Brahman, maupun Siwa, atau Wisnu, atau sebutan yang lain, dipandang sebagai Zat yang Mutlak, yang bebas dari segala hubungan dan sifat, yang tidak dapat ditembus oleh akal manusia. Jadi semacam tabiat ilahi dari Plato. Tokoh ini adalah zat yang transenden, yang tidak berbuat dan tidak berkehendak. Sebab seandainya zat ini berkehendak untuk berbuat, ia akan terikat kepada karma dan samsara. Oleh karena itu tokoh yang tertinggi ini memerlukan penjelmaan yang lebih kasar, yang lebih rendah untuk dapat berfungsi sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur segala sesuatu. Itulah sebabnya ia menjelma dalam Brahma, Wisnu, dan Rudra. Ketiga penjelmaan ini dipandang sebagai bersamaan dengan perkembangan proses kosmos dengan hukumnya: lahir, berkembang, dan mati. Akan tetapi di dalam sistem yang mengerjakan, bahwa Brahman tidak terikat kepada pekerjaan, maka penjelmaan ini sebenarnya adalah khayalan belaka. Sebab dilihat dari pihak Brahman, penjelmaan ini tidak ada, penjelmaan ini hanya tampak sebagai penjelmaan jikalau dilihat dari pihak manusia.

Menurut anggapan orang India yang modern (Dr. S. Radhakrishnan), ajaran Trimurti mengajarkan tiga segi atau tiga aspek dari suatu kepribadian ilahi yang kompleks.

Jelas, bahwa pandangan agama Hindu tentang Trimurti atau Tri Purusa ini tiada sangkut-pautnya dengan pandangan Alkitab yang mengungkapkan hakekat Tuhan Allah sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Bapa, Anak, dan Roh Kudus bukan khayalan manusia, juga bukan khayalan Allah. Ketiga penyataan Allah itu diungkapkan di dalam firman dan karya-Nya di dalam sejarah umat-Nya dan dialami oleh umat Allah sebagai kenyataan yang hidup.

Di dalam tasawwuf (umpamanya ajaran Abd. al-Karim al-Jili), Tuhan Allah dipandang sebagai zat yang mutlak atau zat yang akali secara murni, yang esa dalam arti filsafat, yaitu tanpa bagian dan tidak dibagi-bagi, tanpa sifat dan hubungan. Jadi hampir sama dengan ajaran Hindu mengenai Brahman. Dalam keadaan-Nya yang mutlak itu Tuhan disebut: kabut yang gelap (al-‘ama). Dalam keadaan yang mutlak ini Tuhan dapat disebut juga inti sari zat, yang memiliki aspek atau segi keluar, yaitu ahadiyya, di mana yang mutlak tadi sadar akan dirinya sebagai kesatuan. Ahadiyya ini memiliki dua aspek, yaitu huwiyya (ke-ia-an) yang menandai kesatuan batin, di mana yang mutlak sadar akan diri-Nya sebagai yang tidak jamak, dan aniyya (ke-aku-an), yang mewujudkan ungkapan ke luar dari huwiyya, yaitu kesatuan yang menyatakan diri dalam eksistensi di mana yang mutlak sadar akan diri-Nya sebagai kebenaran dari yang jamak.

Dapat dikatakan, bahwa di sini ada tiga macam kesadaran di dalam Tuhan Allah sebagai Yang Mutlak. Pertama-tama Tuhan sadar akan diri-Nya sebagai kesatuan yang murni dan esa (ahadiyya); kemudian Tuhan sadar akan diri-Nya sendiri sebagai yang mengandung di dalam-Nya yang jamak (huwiyya), dan akhirnya Tuhan sadar akan diri-Nya sebagai yang menyatakan yang jamak (aniyya).

Juga pandangan ini tidak dapat disamakan dengan ajaran Alkitab tentang Allah Tritunggal.

Di dalam Kebatinan Jaya ada satu aliran yang mengajarkan tentang ketritunggalan, yaitu Pangestu. Menurut Pangestu, Tuhan Allah yang Maha Esa itu disebut Tri Purusa, yang artinya: keadaan satu yang bersifat tiga, yaitu: Suksma Kawekas (Tuhan yang Sejati), yang di dalam bahasa Arab disebut Allah ta’ala, Suksma Sejati (Penuntun Sejati atau Guru Sejati), yaitu utusan Tuhan, dan akhirnya Roh Suci yaitu manusia sejati atau jiwa manusia sejati. Demikian disebutkan di dalam Kitab Sasangka Jati. Menurut Dr. Sumantri almarhum, ketiga sifat itu harus diterangkan sebagai tiga faset, dan harus diartikan demikian, bahwa Suksma Kawekas adalah Hidup Pertama dalam keadaannya yang masih tenang, tanpa gerak, tanpa kesadaran, seperti halnya dengan lautan sepi yang tanpa gelombang, atau seperti kata Hamzah Pansuri: seperti laut yang dalam. Suksma Sejati adalah Hidup Pertama dalam keadaannya yang aktif bekerja seperti lautan yang bergelombang. Adapun Roh Suci adalah Hidup Pertama yang melepaskan diri dari Tuhan, seperti halnya dengan titik air yang menguap melepaskan diri dari lautan yang bergelombang tadi, serta yang kemudian dipenjarakan di dalam tubuh.

Menurut Pangesti, Suksma Kawekas sama dengan Allah Bapa di dalam agama Kristen, Suksma Sejati sama dengan Allah Anak dan Roh Suci sama dengan Roh Suci di dalam ketritunggalan agama Kristen. Akan tetapi jelas, bahwa pendapat yang demikian bukan didasarkan atas penyelidikan yang seksama, sekalipun hal itu disebutkan di dalam Kitab Sasangka Jati.

Pertama harus dikemukakan, bahwa Pangestu tidak mengajarkan, bahwa hakekat Tuhan Allah adalah menjadi sekutu umat-Nya.

Kedua, sekalipun Pangestu mengatakan, bahwa Tuhan Allah memiliki tiga faset atau wajah, namun ternyata, menurut keterangan Dr. Sumantri, ketiga faset tadi adalah tiga pangkat dari tabiat ilahi atau ketuhanan yang makin lama makin rendah (lautan sepi yang tanpa gelombang, lautan gelombang, dan titik air yang menguap atau melepaskan diri dari lautan yang bergelombang). Oleh karena itu ajaran Pangesti ini sebenarnya adalah suatu ajaran emanasi, pengaliran ke luar dari zat ilahi, yang pada hakekatnya sama dengan ajaran Hindu tentang Brahman dan ajaran Tasawwuf tentang martabat.

Ketiga, Roh Suci di dalam ajaran Pangestu bukanlah daya ilahi yang dinamis, dengannya Allah hadir berbuat, melainkan bagian zat Allah yang dipenjarakan di dalam tubuh manusia.

Baca Yang lain Tentang Teologi Kristen ===>>> Read More <<<===

Dasar dari Gereja Pentakosta

THE CHURCH

Yang Kami Percaya


ALKITAB

Kami percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah dan berisi satu sistem yang harmonis dan cukup lengkap doktrin. Kami percaya inspirasi penuh dari Firman Allah. Kami memegang Firman Tuhan menjadi satu-satunya otoritas dalam segala hal dan menegaskan bahwa tidak ada doktrin bisa benar atau penting, jika tidak menemukan tempat di Word ini.

BAPA

Kami percaya pada Tuhan, Bapa Yang Mahakuasa, Penulis dan Pencipta segala sesuatu. Perjanjian Lama mengungkapkan Allah dalam perilaku yang beragam, dengan mewujudkan sifatnya, karakter, dan kerajaan. Injil dalam Perjanjian Baru memberi kita pengetahuan tentang Allah "Bapa" atau "Bapa-Ku", yang menunjukkan hubungan Allah dengan Yesus sebagai Bapa, atau mewakili Dia sebagai Bapa dalam Ketuhanan, dan Yesus sendiri bahwa Anak (St. John 15: 8, 14:20). Yesus juga memberikan Allah perbedaan "Fatherhood" untuk semua orang percaya ketika ia menjelaskan Allah dalam terang "Bapa Anda di Surga" (Matius 6: 8).

ANAK ALLAH

Kami percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah, orang kedua di Ketuhanan Trinitas atau Tritunggal Ketuhanan. Kami percaya bahwa Yesus adalah dan kekal dalam dirinya dan alam sebagai Anak Allah yang dengan Allah di awal penciptaan (St. Yohanes 1: 1). Kami percaya bahwa Yesus Kristus dilahirkan dari seorang perawan bernama Maria menurut kitab suci (Matius 01:18), sehingga menimbulkan keyakinan dasar kita dalam Kelahiran Perawan dan semua peristiwa ajaib seputar fenomena (St. Matius 1: 18-25). Kami percaya bahwa Yesus Kristus menjadi "hamba yang menderita" manusia; penderitaan hamba ini datang berusaha untuk menebus manusia dari dosa dan mendamaikan dia kembali kepada Allah, Bapa-Nya (Roma 5:10). Kami percaya bahwa Yesus Kristus berdiri sekarang sebagai mediator antara Allah dan manusia (I Timotius 2: 5)

ROH KUDUS

Kami percaya Roh Kudus atau Roh Kudus adalah pribadi ketiga dari Trinitas, dari Bapa dan Anak, adalah substansi yang sama, sama dengan kuasa dan kemuliaan, dan bersama-sama dengan Bapa dan Anak, bisa dipercaya dalam , taat, dan menyembah. Roh Kudus adalah karunia diberikan kepada orang percaya untuk tujuan melengkapi dan memberdayakan orang percaya, membuatnya menjadi saksi yang lebih efektif untuk layanan di dunia. Ia mengajar dan membimbing satu ke dalam seluruh kebenaran (Yohanes 16:13; Kisah Para Rasul 1: 8, 08:39).

BAPTISAN ROH KUDUS

Kami percaya bahwa Baptisan Roh Kudus adalah pengalaman setelah konversi dan pengudusan dan lidah-berbicara adalah konsekuensi dari baptisan Roh Kudus dengan manifestasi dari buah roh (Galatia 5: 22-23; Kisah Para Rasul 10:46, 19: 1-6). Kami percaya bahwa kita tidak dibaptis dengan Roh Kudus agar dapat diselamatkan (Kisah Para Rasul 19: 1-6; Yohanes 3: 5). Ketika salah satu menerima pembaptisan Kudus pengalaman Ghost, kami percaya orang akan berbicara dengan bahasa yang tidak dikenal untuk diri sendiri sesuai dengan kedaulatan Kristus. Diisi dengan Roh berarti harus Spirit dikendalikan seperti yang diungkapkan oleh Paulus dalam Efesus 5: 18-19. Karena demonstrasi karismatik yang diperlukan untuk membantu gereja mula-mula untuk menjadi sukses dalam melaksanakan perintah Kristus, maka kami percaya bahwa Kudus pengalaman Roh adalah wajib bagi semua orang hari ini.

LAKI LAKI


Kami percaya bahwa manusia diciptakan oleh Allah yang kudus, yang terdiri dari tubuh dan jiwa. Kami percaya bahwa manusia, oleh alam, adalah dosa dan suci. Yang lahir dalam dosa, ia harus dilahirkan kembali, dikuduskan dan disucikan dari segala dosa dengan darah Yesus. Kami percaya bahwa manusia diselamatkan oleh mengakui dan meninggalkan dosa-dosanya, dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, dan bahwa setelah menjadi anak Allah, dengan menjadi dilahirkan kembali dan diadopsi ke dalam keluarga Allah, ia mungkin, dan harus, mengklaim warisan dari anak-anak Allah, yaitu baptisan Roh Kudus.

DOSA

Dosa, Alkitab mengajarkan, dimulai pada dunia malaikat (Yehezkiel 28: 11-19; Yesaya 14: 12-20), dan ditransmisikan ke dalam darah manusia melalui ketidaktaatan dan penipuan termotivasi oleh ketidakpercayaan (I Timotius 2:14 ). Dosa Adam, yang dilakukan dengan makan buah terlarang dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, yang dilakukan dengan itu polusi permanen atau sifat manusia bejat semua keturunannya. Hal ini disebut "dosa asal." Dosa sekarang dapat didefinisikan sebagai pelanggaran kehendak terhadap Allah dan kurangnya kesesuaian dengan kehendak Allah. Karena itu, kami yakin, bahwa manusia oleh alam, adalah dosa dan bahwa ia telah jatuh dari keadaan yang mulia dan benar dari mana dia diciptakan, dan telah menjadi tidak benar dan suci. Man, oleh karena itu, harus dikembalikan ke negara tentang kekudusan dari mana ia telah menurun dilahirkan kembali (John 3: 7).

KESELAMATAN

Penawaran keselamatan dengan penerapan karya penebusan kepada orang berdosa dengan restorasi untuk mendukung ilahi dan persekutuan dengan Allah. Operasi penebusan ini Roh Kudus atas orang-orang berdosa yang dibawa oleh pertobatan kepada Allah dan iman kepada Tuhan kita Yesus Kristus yang membawa konversi, iman, pembenaran regenerasi, pengudusan, dan baptisan Roh Kudus. Pertobatan adalah pekerjaan Allah, yang menghasilkan perubahan pikiran sehubungan dengan hubungan manusia dengan Tuhan. (Matius 3: 1-2, 4:17; Kis 20:21). Iman adalah keyakinan tertentu tempa dalam hati oleh Roh Kudus, untuk kebenaran Injil dan kepercayaan jantung pada janji-janji Allah di dalam Kristus (Roma 1:17, 3:28; Matius 09:22; Kisah Para Rasul 26:18). Konversi adalah tindakan Allah dimana Dia menyebabkan orang berdosa regenerasi, dalam kehidupan sadarnya, untuk kembali kepada-Nya dalam pertobatan dan iman (II Raja-raja 5:15; II Tawarikh 33: 12-13; Lukas 19: 8, 9; Kisah 08:30). Regenerasi adalah bahwa tindakan Allah dimana prinsip kehidupan baru ditanamkan dalam diri manusia, dan disposisi yang mengatur jiwa yang dikuduskan dan latihan suci pertama disposisi baru ini dijamin. Penyucian adalah bahwa operasi ramah dan terus menerus dari Roh Kudus, dimana Dia memberikan berdosa dibenarkan dari polusi dosa, memperbaharui seluruh sifatnya menurut gambar Allah dan memungkinkan dia untuk melakukan perbuatan baik (Roma 6: 4; 5: 6 ; Kolose 2:12; 3: 1).

MALAIKAT

Alkitab menggunakan istilah "malaikat" (tubuh surgawi) dengan jelas dan terutama untuk menunjukkan utusan atau duta Allah dengan rujukan tulisan suci seperti Wahyu 4: 5, yang menunjukkan tugas mereka di surga untuk memuji Tuhan (Mazmur 103: 20), untuk melakukan kehendak Allah (Matius 18:10) dan untuk dilihat wajahnya. Tapi karena surga harus turun ke bumi, mereka juga memiliki misi ke bumi. Alkitab menunjukkan bahwa mereka disertai Allah dalam Penciptaan, dan juga bahwa mereka akan menemani Kristus sebagai imbalan-Nya di Glory.

DEMONS


Demons menunjukkan roh jahat atau jahat; mereka kadang-kadang disebut setan atau makhluk setan. Mereka adalah roh-roh jahat, milik terlihat atau spiritual dunia, diwujudkan dalam manusia. Perjanjian Lama mengacu penghulu setan, kadang-kadang disebut Setan (Musuh) atau Iblis, memiliki kekuatan dan kebijaksanaan, mengambil kediaman bentuk lain seperti ular (Kejadian 3: 1). Perjanjian Baru berbicara tentang Iblis sebagai Penggoda (Matius 4: 3) dan melanjutkan dengan mengatakan karya-karya Setan, Iblis, dan Demons sebagai memerangi kebenaran dan baik dalam bentuk apapun, terbukti menjadi musuh bagi orang-orang kudus . Kekuatan utama mereka dilaksanakan untuk menghancurkan misi Yesus Kristus. Hal ini dapat juga dikatakan bahwa Gereja Kristen percaya Demons, Setan, dan Setan. Kami percaya dalam kekuasaan mereka dan tujuan. Kami percaya mereka dapat ditundukkan dan ditaklukkan seperti dalam perintah untuk percaya Yesus. "Dalam nama saya mereka akan mengusir setan dan pekerjaan Iblis dan untuk melawan dia dan kemudian ia akan lari (MENARIK) dari Anda." (Markus 16:17).

GEREJA

Gereja membentuk kesatuan rohani yang Kristus adalah kepala ilahi. Hal ini animasi oleh satu Roh, Roh Kristus. Ini mengaku satu iman, berbagi satu harapan, dan melayani satu Raja ,. Ini adalah benteng kebenaran dan lembaga Tuhan untuk berkomunikasi dengan orang-orang percaya semua berkat rohani. Gereja kemudian adalah obyek dari iman kita dan bukan pengetahuan. Nama Gereja kita, "GEREJA TUHAN DI DALAM KRISTUS" didukung oleh I Tesalonika 2:14 dan ayat-ayat lain dalam Surat-Surat Paulus. Kata "GEREJA" atau "EKKLESIA" pertama kali diterapkan pada masyarakat Kristen oleh Yesus Kristus dalam Matius 16:18, kesempatan itu adalah bahwa dari doa nya Petrus di Kaisarea Phillippi.

 KEDATANGAN KRISTUS YANG KEDUA

Kami percaya pada kedatangan Kristus yang kedua; bahwa Dia akan datang dari langit ke bumi, secara pribadi, tubuh, tampak (Kis 1:11; Titus 2: 11-13; Matius 16:27; 24:30; 25:30; Lukas 21:27; Yohanes 1: 14, 17; Titus 2:11) dan bahwa Gereja, mempelai wanita, akan diangkat untuk bertemu dengan Dia di udara (I Tesalonika 4: 16-17). Kami menegur semua yang memiliki harapan ini untuk memurnikan diri mereka sebagai Dia adalah murni.

PENYEMBUHAN ILAHI


Gereja Allah di dalam Kristus percaya dan praktek Penyembuhan Ilahi. Ini adalah perintah Yesus kepada para Rasul (Markus 16:18). Yesus menegaskan ajarannya pada penyembuhan dengan menjelaskan kepada murid-murid-Nya, yang menjadi Rasul, bahwa penyembuhan para korban adalah dengan iman (Lukas 9: 40-41). Oleh karena itu, kami percaya bahwa penyembuhan dengan iman kepada Allah memiliki dukungan Alkitabiah dan otoritas ditahbiskan. Tulisan-tulisan St. James 'dalam suratnya mendorong Penatua untuk berdoa bagi orang sakit, meletakkan tangan di atas mereka dan untuk mengurapi mereka dengan minyak, dan bahwa doa dengan iman akan menyembuhkan orang sakit dan Tuhan akan membangunkan mereka. Penyembuhan masih dipraktekkan secara luas dan sering di Gereja Allah di dalam Kristus, dan kesaksian penyembuhan dalam Gereja kita bersaksi kepada fakta ini.

KEAJAIBAN


Gereja Allah di dalam Kristus percaya bahwa mukjizat terjadi untuk meyakinkan orang-orang bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Sebuah keajaiban dapat didefinisikan sebagai tindakan yang terlihat luar biasa kekuasaan Ilahi, tempa oleh badan efisien kehendak Allah, yang telah sebagai penyebab akhir pembenaran dari kebenaran firman Tuhan. Kami percaya bahwa pekerjaan-pekerjaan Allah, yang dilakukan selama awal Kekristenan, lakukan dan akan terjadi bahkan saat di mana Allah diberitakan, Iman di dalam Kristus dilaksanakan, Roh Kudus adalah aktif, dan Injil penempatannya dalam kebenaran (Kisah Para Rasul 05:15; 6: 8; 09:40; Lukas 04:36, 7: 14-15; 5: 5-6; Markus 14:15).

Tata cara GEREJA Pentakosta
Hal ini umumnya diakui bahwa untuk suatu peraturan yang akan berlaku, itu harus dilembagakan oleh Kristus. Ketika kita berbicara tentang tata gereja, kita berbicara tentang orang-orang yang ditetapkan oleh Kristus, di mana oleh tanda-tanda masuk akal kasih karunia Allah di dalam Kristus, dan manfaat dari perjanjian kasih karunia yang diwakili, disegel, dan diterapkan kepada orang percaya, dan ini pada gilirannya memberikan ekspresi iman dan kesetiaan mereka kepada Allah. Gereja Allah di dalam Kristus mengakui tiga peraturan sebagai telah ditetapkan oleh Kristus sendiri dan oleh karena itu, mengikat praktek gereja.

A. Perjamuan Tuhan (PERJAMUAN KUDUS)


Perjamuan Tuhan melambangkan kematian dan penderitaan bagi kepentingan dan di tempat umat-Nya Tuhan. Hal ini juga melambangkan partisipasi orang percaya di dalam Kristus yang disalibkan. Ini tidak hanya mewakili kematian Kristus sebagai obyek iman yang mempersatukan orang percaya kepada Kristus, tetapi juga efek tindakan ini sebagai pemberian hidup, kekuatan, dan sukacita bagi jiwa. Komunikan dengan iman masuk ke dalam kesatuan spiritual khusus jiwanya dengan Kristus yang dimuliakan.

B. MENCUCI KAKI


Mencuci kaki dipraktekkan dan diakui sebagai tata cara di Gereja kita karena Kristus, dengan contoh-Nya, menunjukkan bahwa kerendahan hati ditandai kebesaran dalam Kerajaan Allah, dan layanan itu, diberikan kepada orang lain memberi bukti bahwa kerendahan hati, dimotivasi oleh cinta, ada. Layanan ini diadakan setelah Perjamuan Tuhan; Namun, keteraturan yang diserahkan kepada kebijaksanaan Pastor yang bertanggung jawab.

C. AIR BAPTISAN

Kami percaya bahwa Air Baptisan diperlukan seperti yang diperintahkan oleh Kristus di St. John 3: 5, "KECUALI MAN AKAN DILAHIRKAN KEMBALI DARI AIR DAN ROH."

Namun, kami tidak percaya bahwa baptisan air saja merupakan sarana keselamatan, tetapi demonstrasi luar bahwa seseorang telah memiliki pengalaman konversi dan telah menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadinya. Sebagai Pentakosta, kita berlatih perendaman dalam preferensi untuk "percikan", karena perendaman berhubungan lebih dekat dengan kematian, penguburan, dan kebangkitan Tuhan kita (Kolose 2:12). Hal ini juga melambangkan regenerasi dan pemurnian lebih dari modus lain. Oleh karena itu, kita berlatih perendaman sebagai modus kami Pembaptisan. Kami percaya bahwa kita harus menggunakan Formula Pembaptisan diberikan kepada kita oleh Kristus untuk semua "... DALAM NAMA BAPA, DAN DARI ANAK, DAN DARI ROH KUDUS." (Matius 28:19)

MASA LALU, MASA KINI, DAN MASA DEPAN



TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?
(Mazmur 27:1)

Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.
(Ibrani 13:8)


PENDAHULUAN DAN LATAR BELAKANG

Kita hidup di dunia di dalam ruang dan waktu. Di dalam waktu, kita mengenal adanya tiga jenis masa, yaitu masa lalu, masa kini, dan masa depan/akan datang. Di dalam bahasa Inggris, ada bentuk: past (masa lalu), present (masa kini), dan future (masa depan/akan datang). Masa lalu adalah masa yang SUDAH terjadi di waktu lalu (dan tidak akan terulang), masa kini adalah masa yang SEDANG terjadi di masa sekarang, dan masa depan adalah masa yang AKAN terjadi setelah masa kini. Permasalahan selanjutnya yang timbul adalah manusia yang sudah mengenal 3 masa itu ternyata kurang atau bahkan tidak memahami seutuhnya makna ketiga masa itu. Problematika apa saja yang dipegang manusia dunia dan bagaimana pengajaran Alkitab tentang ketiga masa itu dalam kaitannya dengan kedaulatan Allah?

KONSEP TIGA MASA DALAM PANDANGAN MANUSIA DUNIA

Dunia berdosa pasti menawarkan konsep dunia yang memengaruhi manusia (tidak terkecuali orang Kristen di dalamnya). Konsep itu meliputi ketidakseimbangan mengerti totalitas 3 masa dalam kaitannya dengan kedaulatan Allah. Karena dosa, maka manusia tidak akan pernah bisa mengerti kesinambungan 3 masa itu.

Ketidakseimbangan itu ditandai dengan tiga tanda, yaitu:


1. Terlalu Mementingkan Masa Lalu, Mengabaikan Masa Kini dan Masa Depan
Konsep pertama dari ketidakseimbangan 3 masa adalah terlalu mementingkan masa lalu dan mengabaikan masa kini dan masa depan. Hal ini nampak pada pengajaran orangtua pada anak-anaknya. Orangtua selalu mengajarkan kepada anak-anaknya atau berkata kepada orang lain bahwa zaman kuno itu adalah zaman yang paling benar, baik, dll ketimbang masa kini dan masa depan. Sepintas pandangan ini ada benarnya. Karena di zaman kuno (masa lalu) tidak ada free-sex, VCD porno, homo, lesbian, dll, sedangkan di masa kini, semuanya itu ada dan semakin parah di masa depan. Bukan hanya mengajar dan berkata kepada orang lain, beberapa orangtua ada yang ekstrim sampai-sampai tidak mengerti (atau tidak mau mengerti) teknologi zaman sekarang, karena kecintaan yang berlebihan terhadap zaman kuno.

2. Terlalu Mementingkan Masa Kini, Mengabaikan Masa Lalu dan Masa Depan
Konsep kedua ketidakseimbangan tersebut adalah terlalu mementingkan masa kini, masa bodoh terhadap masa lalu dan masa depan. Konsep ini menjadi tren pemuda/i dan orang dunia yang hidup di zaman postmodern ini. Bagi mereka, yang penting adalah menikmati hidup. Bahkan slogan hedonis mereka yang terkenal, “Muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk ‘surga’.” Slogan ini menginsyaratkan akan ketidakmengertian mereka akan makna hidup karena mereka terlalu berfokus pada kesenangan sesaat. Bagaimana menikmati hidup? Menurut mereka adalah dengan melampiaskan semua kesenangan/hasrat mereka. Mereka meneriakkan, “kebebasan.” Bebas dari tradisi, bebas dari liturgi, dll.

Tidak heran, di zaman sekarang, free-sex menjadi life-style banyak pemuda/i dunia (tidak terkecuali pemuda/i “Kristen”). Bukan hanya itu saja, musik rock, house music, dll berkembang dengan pesat dengan ide dasarnya adalah pemberontakan. Bukan hanya di dunia, di dalam banyak gereja kontemporer, semua musik dan lagu himne dibuang dan diganti dengan lagu/musik kontemporer yang mengenakkan telinga. Tidak heran, jika belakangan ini, muncul satu jenis musik: Christian House Music dari sebuah gereja Bethel di Surabaya. Mereka mengganti aliran musik dari jenis musik di masa lalu menjadi aliran musik kontemporer dengan memberikan dalih “Alkitabiah” yaitu kita harus menyanyikan nyanyian baru. Nyanyian baru ditafsirkan sebagai nyanyian yang benar-benar baru.

Bukan hanya mengabaikan masa lalu, para hedonis di abad postmodern juga mengabaikan masa depan. Mereka tidak lagi memikirkan apa akibatnya jika mereka melakukan free-sex, minum narkoba, dll. Di dalam pacaran, banyak pemuda/i (termasuk “Kristen”) juga kurang/tidak memerhatikan masa depan. Yang penting, mereka sudah memiliki pasangan hidup tanpa memerhatikan apakah pacarnya seorang Kristen yang sungguh-sungguh atau tidak, berkarakter baik, bertanggung jawab, dll. Jangan heran, di salah satu surat kabar, seorang pemuda “Kristen” yang bergabung dengan grup band “rohani”: GMB (Giving My Best) dan barusan putus dengan pacarnya, Nia Ramadhani mengatakan bahwa kekasih hidupnya kelak jika tidak seiman juga tidak apa-apa. Mereka tidak memikirkan akibat dari pasangan yang tidak seiman. Selain itu, ada juga pemuda/i yang memilih kriteria pasangan hidup yang cantik/tampan, tetapi jahat, matre, dll.

Mungkin ada yang tidak memerhatikan wajah, ada juga pemuda/i yang memilih pasangan hidup yang menurutnya berkarakter “baik,” padahal jika ditelusuri lebih dalam, “baik” dalam konsepnya adalah tidak sesuai dengan kriteria baik sejati. “Baik” menurut seorang cewek (khususnya) dalam memilih pasangan hidupnya adalah yang memerhatikan, yang suka memberi, dll. Saya memiliki contoh nyata dari seorang rekan kerja saya yang cewek dan usianya lebih muda dari saya. Dia memiliki kekasih yang katanya wajahnya tidak seberapa tampan, tetapi katanya, cowoknya ini “baik.” Dia suka bercerita kepada saya tentang cowoknya, tetapi setelah saya mendengarkan semua ceritanya, saya mengambil kesimpulan bahwa cowoknya itu sebenarnya tidak baik. “Baik” menurutnya adalah karena cowoknya suka memberi banyak camilan/makanan kepadanya, bahkan rekan saya ini mengatakan bahwa cowoknya menginginkan rekan saya ini gemuk seperti Pretty Asmara, biar tidak ada cowok yang suka lagi dengan rekan saya ini.

Saya sampai geleng-geleng kepala mendengar cerita rekan kerja saya ini. Itu bukannya baik, tetapi sangat tidak baik dari segi: motivasi, cara, dan tujuan. Dan lebih konyol lagi, rekan kerja ini mengatakan bahwa cowoknya ini “dewasa.” Saya pikir-pikir, “dewasa” dari sudut pandang mana? He...he...he... Ya, itulah ciri pemudi “Kristen” dalam memilih pasangan hidupnya.

3. Terlalu Mementingkan Masa Depan, Mengabaikan Masa Lalu dan Masa Kini
Konsep ketiga tentang ketidakseimbangan ini adalah mementingkan masa depan, sengaja mengabaikan masa lalu dan masa kini. Ada beberapa orangtua yang cukup bijaksana mengajari anak-anaknya untuk berpikir panjang, bukan berpikir untuk saat ini saja. Orangtua ini mengajari anak-anaknya untuk memilih pasangan hidup dan pekerjaan yang memiliki masa depan. Tetapi sayangnya karena terlalu mementingkan masa depan, beberapa orangtua mulai mengabaikan masa lalu dan masa kini. Beberapa orangtua ini mengabaikan masa lalu dengan cara tidak mengizinkan anaknya (apalagi anak tunggalnya) untuk menderita seperti orangtuanya yang dulu hidup menderita. Dari kecil, anak-anak mereka sudah menikmati hidup mewah melalui: rumah mewah, mobil mewah, dll. Mereka dari kecil tidak diajar tentang bagaimana menyangkal diri, bertanggung jawab, dll. Akibatnya, waktu mereka beranjak dewasa, mereka tetap adalah manusia yang egois, seenaknya sendiri, tidak bertanggung jawab, dll, tetapi menganggap diri “dewasa.”

Dunia mengajar konsep “dewasa” adalah bisa segalanya. Bagi saya, itu hanya salah satu aspek dari sekian banyak aspek kedewasaan. Kedewasaan TIDAK pernah dinilai dari usia atau jenjang pendidikan, tetapi kualitas hidup dan kerohanian yang beres. Orang bisa saja usianya 50 tahun, bisa mengurus segala macam masalah, tetapi sayangnya orang ini tidak mau ditegur (merasa diri “sudah banyak makan asam garam”), tidak bisa menyangkal diri, dll. Apa itu tanda orang dewasa? TIDAK! Orang itu meskipun sudah 50 tahun, tetapi masih kekanak-kanakan (childish). Sedangkan mungkin ada anak yang baru berusia 10-20 tahun, tetapi anak itu bisa menyangkal diri, rela ditegur (dan bertobat), beriman sungguh-sungguh kepada Tuhan, dll, maka anak ini meskipun secara usia belum dewasa, tetapi dia sungguh-sungguh dewasa (meskipun kurang sempurna). Ingatlah, kedewasaan adalah suatu proses, bukan suatu hal instan.

Karena terlalu mementingkan masa depan, beberapa orangtua juga mengabaikan masa kini. Ada orangtua (salah satu orangtua) “Kristen” mengatakan kepada anaknya yang belum punya pacar untuk mencari pasangan hidup kelak yang tidak seumur (alasannya sangat amat pragmatis dan tidak logis: berkenaan dengan hubungan seksual), hidungnya “harus” mancung, tinggi (kalau pendek, katanya sudah melahirkan–alasan yang terlalu digeneralisasikan), langsing, dll. Orangtua ini katanya “memikirkan masa depan” buat anaknya, tetapi sayangnya, motivasi “baik” dari orangtua ini TIDAK melihat masa kini dari anaknya yang mungkin saja sudah berusia 25 tahun ke atas. Akibatnya, jangan heran, karena desakan/paksaan (meskipun ada yang tidak mau mengakuinya secara terus terang), anak mereka baru menikah di usia 40 tahun ke atas, karena kriteria orangtua ini yang terlalu sempurna. Lucu juga model orangtua seperti ini, yang menikah itu anaknya, yang ribut dan bawel adalah orangtuanya. Kalau ada orangtua seperti ini, biar orangtua ini saja yang menikah, jangan anaknya. Biarkan anaknya jadi bujang lapuk sampai tua gara-gara kriteria tidak logis dari orangtua yang katanya “memikirkan masa depan” untuk anaknya. Itulah ciri orangtua (bahkan “Kristen”) berdosa.

KONSEP TIGA MASA DALAM KAITANNYA DENGAN KEDAULATAN ALLAH

Ketika dunia mengajarkan konsep tiga masa yang tidak seimbang dan tidak utuh dengan ide humanisme atheis yang terselubung, maka sudah saatnya orang Kristen yang telah dilahirbarukan keluar dari ide manusia berdosa tersebut dan kembali kepada Alkitab. Apa yang Alkitab ajarkan tentang relasi konsep tiga masa itu dengan kedaulatan Allah? Alkitab mengajarkan satu prinsip penting, yaitu: Allah adalah Sumber dari 3 Masa tersebut.

Dari satu konsep ini, kita akan belajar beberapa prinsip:

1. Allah adalah Pencipta 3 Masa
Poin pertama yang perlu kita pelajari adalah Allah adalah Pencipta dari 3 masa. Allah adalah Pencipta waktu, meskipun Ia eksis di luar/melampaui waktu. Allah menciptakan waktu bukan tanpa tujuan, tetapi dengan satu tujuan khusus bagi umat-Nya, yaitu supaya umat-Nya menebus waktu mereka untuk memuliakan Tuhan. Ketika umat-Nya menebus waktu mereka untuk memuliakan Tuhan, di saat yang sama, umat-Nya menghargai dan menyembah Allah sebagai Pencipta 3 masa. Bagaimana menebus 3 masa itu untuk memuliakan Tuhan? Dengan mempergunakan masing-masing masa itu secara utuh untuk memuliakan Tuhan (bdk. bagian pertama dari artikel saya yang membahas: Waktu dan Kedaulatan Allah).

2. Allah adalah Pemelihara 3 Masa
Selain sebagai Pencipta 3 masa, Allah juga sebagai Pemelihara 3 masa yang telah diciptakan-Nya itu. Alkitab berkata bahwa setelah 6 hari lamanya Ia menciptakan langit dan bumi beserta isinya, di hari ketujuh, Ia memberkati ciptaan-Nya dan secara otomatis memelihara ciptaan-Nya. Di sini, kita belajar bahwa Allah yang menciptakan waktu tentu secara otomatis Ia yang memelihara waktu yang telah diciptakan-Nya. Artinya, Ia tidak mungkin membiarkan satu masa tanpa ada kontrol-Nya yang berdaulat. Dari sini, kita belajar satu prinsip: HISTORY (sejarah) adalah His story (kisah-Nya). Setiap sejarah dan masa yang kita pelajari adalah kisah Allah yang berkesinambungan menuju kepada kesempurnaan. Ketika kita belajar bahwa sejarah adalah kisah-Nya, di sini, kita perlu mengerti bahwa apa yang terjadi di zaman sekarang adalah sebuah pengulangan dari zaman dahulu (bdk. Pkh. 1:9b). Jadi, jangan pernah terkaget-kaget dengan beragam pengajaran duniawi yang menyesatkan, karena itu bukan hal yang baru. Belajarlah memiliki mata iman yang awas.

Selain itu, kita juga belajar bahwa Allah yang adalah Pemelihara 3 masa adalah Allah yang memelihara umat-Nya yang hidup di dalam masa-masa tersebut. Hal ini ditunjukkan pemazmur di dalam Mazmur 27:1 yang mengatakan bahwa hanya di dalam Tuhan saja, Daud tidak perlu takut dan gemetar, walaupun harus menghadapi penderitaan (baca ay. 2-3, 10, 12). Bukan hanya tidak takut dan gemetar, Daud pun berani menghadapi musuhnya karena Tuhan (ay. 5b). Di dalam 2 Timotius 1:12, Paulus mengatakan hal yang serupa, “Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan.” Meskipun harus menderita, Paulus memiliki kekuatan iman akan pemeliharaan Allah.

Hal ini ditunjukkan dengan dua pernyataan di dalam ayat ini, yaitu, “aku tahu kepada siapa aku percaya” dan “aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan.” Pernyataan “aku tahu kepada siapa aku percaya” di dalam terjemahan King James Version (KJV), English Standard Version (ESV), New King James Version (NKJV), “I know whom I have believed.” (=aku tahu kepada siapa aku TELAH percaya) Di dalam terjemahan Inggris, kita melihat perbedaan waktu yang jelas, yaitu I know (present tense) dan I have believed (present perfect). Jadi, Paulus mengetahui apa yang TELAH dia imani dahulu.

Di sini, iman mengakibatkan pengertian/pengetahuan. Iman inilah yang mengakibatkan Paulus mengerti bahwa Allah memeliharakan tugas pelayanan yang diberikan-Nya kepada dirinya sampai akhir. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita memiliki iman yang berpusat pada pemeliharaan Allah? Sudahkah kita tidak lagi kuatir akan hidup kita karena kita percaya kepada Allah yang memelihara? Hidup Kristen bukan hidup yang terus kuatir, tetapi hidup yang terus beriman dan berharap kepada Allah yang memelihara hidup umat-Nya (bdk. Mat. 6:25-34). Biarlah ini bukan menjadi studi yang mengisi rasio kita, tetapi benar-benar kita alami di dalam hidup kita sehari-hari.

3. Allah adalah Penyempurna 3 Masa
Bukan hanya sebagai Pencipta dan Pemelihara 3 Masa, Ia juga adalah Penyempurna 3 Masa. Ketika berbicara mengenai Penyempurna, di sini, kita belajar bahwa Allah adalah yang menyempurnakan dan menyelesaikan semua masa di dalam kedaulatan-Nya yang kekal. Kalau kita membaca Ibrani 13:8 tentang kekekalan Tuhan Yesus, kita belajar juga bahwa Tuhan Yesus sebagai Pribadi Kedua Trinitas adalah Allah Penyempurna 3 masa. Tuhan Yesus eksis pada masa Penciptaan, Ia eksis juga di dalam karya penebusan, dan terakhir Ia akan menjadi Hakim semua manusia di masa depan/akan datang.

Kalau kita membaca Kitab Wahyu, kita lebih tajam lagi mempelajari tentang Allah sebagai Penyempurna 3 masa di mana Kristus pasti mengalahkan semua musuh-Nya ketika Ia datang kedua kalinya. Ketika semua musuh-Nya dikalahkan, secara otomatis, tidak mungkin ada iblis lagi yang berkuasa. Di sini letak kegagalan penganut Dispensasionalisme yang masih memercayai adanya kekuatan iblis yang masih bisa mengganggu manusia setelah Kristus datang kedua kalinya. Jika iblis masih bisa mengganggu setelah kedatangan Kristus kedua kalinya, bukankah berarti Kristus TIDAK membasmi semua musuh-Nya (iblis)? Bukankah itu juga berarti Kristus masih kurang berkuasa mengalahkan iblis?

Ketika kita belajar tentang kemenangan Kristus melawan semua musuh-Nya sebagai bukti Allah adalah Penyempurna 3 Masa, kita belajar tentang kepastian kemenangan umat Tuhan di dalam penderitaan. Alkitab TIDAK pernah mengajar bahwa menjadi anak Tuhan pasti terlepas dari penderitaan. Ajaran “theologi” kemakmuran adalah ajaran yang tidak bertanggung jawab dan tidak sesuai dengan Alkitab! Alkitab mengajarkan bahwa semua orang yang mau mengikut Kristus, ia harus menyangkal diri dan memikul salib (bdk. Mat. 10:38; 16:24). Dengan kata lain, anak Tuhan PASTI menderita, tetapi yang menjadi berita sukacitanya adalah anak-anak Tuhan yang mengalami menderita pasti mengalami kemenangan atas penderitaan, karena Kristus telah mengalahkan setan bagi umat-Nya.

 Itulah kemuliaan anak-anak Tuhan (bdk. Rm. 8:18-24). Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita mengalami kemenangan Kristus di dalam hidup kita bahkan di dalam penderitaan yang kita alami? Fokuslah pada kemenangan Kristus atas setan ketika kita berada di dalam penderitaan dan percayalah akan janji-janji Tuhan yang pasti memberi kita kemenangan atas penderitaan karena kemenangan Kristus.

APLIKASI KONSEP TIGA MASA DALAM KAITANNYA DENGAN KEDAULATAN ALLAH

Setelah kita mempelajari 3 konsep relasi konsep tiga masa dengan kedaulatan Allah, saat ini kita akan mempelajari aplikasinya di dalam pembagian 3 masa itu secara masing-masing.

1. Masa Lalu dan Kedaulatan Allah
Ketika kita berbicara mengenai masa lalu, kita selalu berpikir negatif, misalnya: masa/zaman yang tidak modern, kaku, kolot, dll. Banyak pemuda/i (termasuk “Kristen”) yang berpikir seperti demikian, lalu membuang semua hal dari masa lalu, kemudian mereka menggantikannya dengan masa kini/sekarang yang canggih, modern, dll. Benarkah pandangan demikian? Tidak juga. Memang, masa lalu adalah masa yang kuno, tetapi sejarah membuktikan masa yang kuno banyak menghasilkan filsuf, theolog, dan banyak karya yang agung yang tidak pernah dihasilkan masa-masa sesudahnya. Filsuf Yunani, seperti Socrates, Plato, Aristoteles menghasilkan banyak karya yang agung yang memengaruhi zaman sesudahnya bahkan zaman sekarang. Theolog Kristen seperti Bapa Gereja Augustinus mampu memengaruhi theolog Kristen di zaman ini melalui buku-bukunya: Confession, City of God, dll.

Begitu juga dengan Dr. John Calvin yang hidup di abad 16 M telah memengaruhi para tokoh dan theolog Kristen di abad ini melalui bukunya yang tersohor: Institutes of the Christian Religion. Lagu-lagu klasik dari G. F. Handel (seperti oratorio Messiah), J. S. Bach, Wolfgang A. Mozart, Ludwig van Beethoven (Symphony No. 9), dll telah memengaruhi zaman sesudahnya bahkan zaman sekarang. Bandingkan lagu-lagu rohani himne dari abad lalu dan banyak lagu/musik klasik dengan banyak lagu rohani (maupun sekuler) di abad postmodern yang kacau.

Para penggubah himne di abad lalu ketika menuliskan himne, mereka menggumulkannya terlebih dahulu sambil belajar Alkitab, sehingga di dalam banyak himne yang mereka tulis berdasarkan Alkitab, sedangkan banyak para penggubah lagu “rohani” kontemporer sekarang asal-asalan menggubah lagu tanpa mengerti konsep Alkitab yang utuh dan beres. Pdt. Dr. Stephen Tong pernah mengatakan bahwa lagu Suci, Suci, Suci ditulis dengan pengertian Alkitab bahwa Allah Tritunggal adalah Tiga Pribadi Allah yang masing-masing Pribadi suci (Allah Bapa itu suci, Allah Anak itu suci, Allah Roh Kudus itu suci), sehingga suci harus dinyanyikan tiga kali, tetapi lagu “rohani” kontemporer saat ini menyanyikan suci ada yang empat kali, dua kali, dll dengan nada yang tidak karuan. Begitu juga dengan lukisan-lukisan di Abad Pertengahan lebih agung ketimbang lukisan-lukisan di abad postmodern yang kacau (Jawa: amburadul).

2. Masa Kini dan Kedaulatan Allah
Bukan hanya masa lalu, Allah yang berdaulat adalah Allah yang juga memakai masa kini untuk memuliakan-Nya. Oleh karena itu, kita tetap perlu menghargai karya Allah di masa kini. Meskipun tidak seperti masa kuno/lalu, masa kini tetap bisa menghasilkan karya yang cukup bermutu khususnya sumbangsih dari Kekristenan. Misalnya, beberapa lagu rohani kontemporer ada yang cukup bagus dan agung, seperti: Majesty, Hari Ini Kurasa Bahagia, Dengar Dia Panggil Nama Saya, dll. Hal ini tetap menunjukkan bahwa Allah masih tetap memakai zaman ini dengan lagu-lagu yang cukup bermutu. Hal ini mengakibatkan kita semakin bersemangat mengembangkan talenta yang Tuhan percayakan kepada kita untuk memperkembangkan hasil-hasil yang bermutu untuk memuliakan Tuhan. Kembangkanlah talenta yang Tuhan sudah anugerahkan kepada kita dengan mempelajari firman-Nya secara bertanggung jawab, sehingga kita semakin memuliakan Tuhan.

Di sini, saya mengaitkan mengembangkan talenta kita dengan menundukkan talenta kita yang dikembangkan itu di bawah otoritas Alkitab yang mengoreksinya. Kreativitas umat Tuhan perlu dikembangkan, tetapi tidak boleh melebihi batas firman-Nya. Kreativitas itu kita implikasikan di dalam aspek kehidupan kita melalui panggilan Tuhan. Ketika Tuhan memanggil kita di dalam bidang politik, kembangkan kreativitas kita di dalam politik, tebuslah politik untuk kemuliaan Tuhan dengan menundukkan semua prinsip politik di bawah otoritas Alkitab. Begitu juga dengan seni (musik, tari, gerak, dll), ekonomi, hukum, kebudayaan, sosial, dll harus ditebus untuk memuliakan Tuhan dengan kembali kepada prinsip-prinsip Alkitab. Kekristenan bukan hanya berfokus kepada masa depan, tetapi juga pada masa kini melalui panggilan Tuhan. Biarlah kita disadarkan akan pentingnya mandat budaya (menebus budaya dengan menundukkan dan mengembalikan budaya di bawah kaki dan kepada Kristus) selain mandat untuk memberitakan Injil.

3. Masa Depan dan Kedaulatan Allah
Kita mungkin bisa melihat masa lalu dan masa kini, tetapi bagaimana dengan masa depan? Kita bukan dukun atau cenayang dan Alkitab juga melarang kita untuk meminta petunjuk masa depan kepada dukun/peramal/cenayang (Im. 19:31). Mengapa? Karena masa depan ada di dalam kedaulatan Allah. Lalu, bagaimana kita bisa mengaitkan masa depan yang tidak kita ketahui dengan kedaulatan Allah? Jawabannya yaitu: IMAN. Iman bukan berpikir positif, iman bukan percaya diri, iman bukan nekat, tetapi iman adalah percaya pada Tuhan. Amsal 3:5 mengajar kita untuk percaya kepada Tuhan (Trust in the Lord) dengan segenap hati kita, disambung pengajaran agar kita tidak mengandalkan kemampuan kita sendiri. Berarti di dalam beriman, ada dua sisi, yaitu mempercayakan diri di dalam dan kepada Tuhan, lalu tidak sekali-kali mengandalkan kemampuan diri. Di sini, Tuhan mau kita beriman secara total kepada-Nya, bukan setengah-tengah.

Di dalam iman, kita percaya bahwa Allah kita melakukan segala sesuatu yang baik menurut-Nya bagi kita. Kepercayaan kita bukan kepercayaan yang nekat atau membabi buta, tetapi kepercayaan yang pasti, karena kita percaya di dalam dan kepada Allah yang patut dan layak dipercayai sebagai satu-satunya standar kebenaran. Dari hal ini, kita belajar bahwa tidak ada hal yang perlu kita kuatirkan dalam hidup. Berkat adalah anugerah Tuhan yang disediakan bagi umat-Nya, sehingga Ia tahu porsi yang tepat bagi anak-anak-Nya, tetapi hal ini tidak boleh dijadikan alasan agar kita malas bekerja. Kita dituntut untuk bekerja keras seperti untuk Tuhan (Kol. 3:23), tetapi di sisi lain, kita dituntut untuk beriman dan tidak perlu kuatir (Mat. 6:25-34). Artinya, segala sesuatu yang telah kita kerjakan dengan maksimal hendaklah kita serahkan kepada Tuhan dan biarkan Tuhan memelihara hidup kita sebagai umat-Nya.

Kemudian, setelah kita beriman, bagaimana kita bisa mempergunakan masa depan yang tidak kita tahui untuk memuliakan Allah? Jawabannya sederhana namun kompleks, yaitu: VISI. Dengan visi, kita bisa melihat masa depan dan mempergunakannya untuk memuliakan Allah. Apa itu visi? Pdt. Dr. Stephen Tong mendefinisikan visi sebagai sharing dari kehendak Allah yang kekal kepada umat-Nya. Pdt. Billy Kristanto mengajarkan bahwa visi selalu berkaitan dengan orang. Dari dua konsep ini, kita belajar bahwa melalui visi, kita menatap ke masa depan dengan penuh iman tentu sambil menggarap pekerjaan Tuhan. Ketika Tuhan memberikan visi, percayalah, Ia pasti memelihara dan menyempurnakan visi tersebut sampai kesudahannya. Tugas kita adalah mengerjakannya dan menyerahkan selanjutnya kepada Allah yang akan menyempurnakannya (bdk. 2Tim. 1:12b di atas).

Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita mempergunakan 3 masa yang Tuhan berikan itu untuk memuliakan Tuhan? Semua masa adalah anugerah Tuhan dan kita yang hidup di zaman postmodern ini pun mendapat mandat dari Tuhan untuk menggarap zaman kita yang semakin rusak ini dengan menebus budaya kita. Menebus budaya itu kita lakukan dengan mengembalikan budaya dunia kita kepada Sumbernya, yaitu Allah. Mari kita menggarap dan menebus budaya demi kemuliaan Allah Trinitas.