Translate this page to the following language!

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified


INSURANCE WORLDWIDE

Informasi Terpanas Tentang Manfaat Asuransi Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES CELEBRITY WORLDWIDE

Informasi Terpanas Tentang Kehidupan Artis Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES HISTORY TOUR AND TRAVEL

Informasi Terpanas Tentang Perjalanan Wisata Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES LOVE GOD

Informasi Terpanas Tentang Kehidupan Rohani Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES ADVERTISING

Kesempatan Buat Anda yang ingin Memajukan Bisnis dengan Pasang Iklan Secara Gratis dan Dibaca diseluruh Dunia *** Read More ***

Yuk Belajar Jual Beli Dollar

Showing posts with label Keluarga. Show all posts
Showing posts with label Keluarga. Show all posts

Menghadapi Mertua


TANTANGANNYA

    ”Kalau kami lagi ada masalah, istri saya cerita ke orang tuanya. Terus, papanya telepon saya untuk kasih nasihat. Jengkel rasanya!”—James. *

    ”Mama mertua saya terus-terusan bilang dia merasa kehilangan anaknya. Dia suka cerita katanya mereka sangat akrab. Saya jadi merasa bersalah, sepertinya sayalah yang bikin dia sedih seperti itu karena kawin sama anaknya!”—Natasha.

Menghadapi Mertua



Bagaimana agar masalah dengan mertua tidak sampai menjadi masalah di antara suami istri?

YANG PERLU KALIAN KETAHUI

Perkawinan membentuk sebuah keluarga baru. Alkitab berkata bahwa seorang pria yang menikah ”akan meninggalkan bapaknya dan ibunya dan akan berpaut pada istrinya”. Hal yang sama berlaku bagi seorang wanita. Alkitab berkata bahwa mereka berdua menjadi ”satu daging”. Mereka membentuk keluarga baru.—Matius 19:5.

Perkawinan kalian harus lebih diutamakan daripada orang tua. ”Satu hal yang harus dikembangkan dalam perkawinan adalah kekompakan antara suami dan istri,” tulis John M. Gottman, seorang penasihat perkawinan. ”Kalau suami istri ingin kompak atau makin kompak, mereka mungkin harus agak membatasi atau mengurangi keterlibatan orang tua atau kakak adik mereka.” *

Ada orang tua yang sulit membuat penyesuaian. Seorang suami muda bercerita, ”Waktu belum menikah, istri saya selalu mengutamakan keinginan orang tuanya. Setelah kami menikah, ibunya merasa punya saingan. Dia sulit menerima itu.”

Ada pengantin baru yang juga sulit membuat penyesuaian. ”Punya mertua beda dengan pilih teman,” kata James, yang disebutkan sebelumnya. ”Kita seolah-olah diberi tahu, ’Suka atau tidak, kamu sekarang punya dua teman baru.’ Biarpun mereka buat kita jengkel setengah mati, mereka itu keluarga!”

 YANG PERLU KALIAN LAKUKAN

Jika kalian sedang mengalami masalah soal mertua, bekerja samalah untuk menyelesaikan itu. Ikutilah nasihat Alkitab untuk ’mencari perdamaian dan mengejarnya’.—Mazmur 34:14.

Perhatikan beberapa situasi berikut, yang ditinjau dari sudut pandang suami atau istri. Namun, situasi itu bisa dialami keduanya, dan prinsip-prinsip yang dibahas bisa membantu kalian mengatasi berbagai masalah seputar mertua.

Istri meminta Anda lebih akrab dengan ibunya. Tapi, Anda merasa bahwa ibunya bukan orang yang mudah disenangkan.

Coba ini: Bahaslah masalah itu dengan istri, dan bersedialah mencari jalan tengah. Yang penting bukan perasaan Anda tentang ibu mertua Anda, tapi perasaan Anda tentang istri yang Anda cintai. Selama membahas itu, coba pikirkan satu atau dua hal yang bisa Anda lakukan untuk lebih akrab dengan ibunya, lalu lakukanlah itu. Sewaktu melihat upaya Anda, istri pasti akan lebih merespek Anda.—Prinsip Alkitab: 1 Korintus 10:24.

Suami berkata bahwa Anda lebih suka menyenangkan orang tua Anda daripada dia.

Coba ini: Bahaslah masalah itu dengan suami, dan cobalah pahami sudut pandangnya. Tentu, suami tidak boleh merasa tersaingi kalau Anda sekadar menunjukkan respek kepada orang tua Anda. (Amsal 23:22) Namun, Anda mungkin perlu meyakinkannya dengan kata-kata dan tindakan bahwa ia lebih penting daripada orang tua Anda. Kalau ia yakin akan hal itu, ia tidak akan merasa bersaing dengan orang tua Anda untuk mendapat perhatian Anda.—Prinsip Alkitab: Efesus 5:33.

Istri meminta nasihat kepada orang tuanya, bukan kepada Anda.

Coba ini: Bicarakanlah dengan istri, dan sepakatilah batas-batasnya. Berupayalah untuk bersikap masuk akal. Apakah selalu salah untuk curhat kepada orang tua? Kapan itu boleh? Kalau kalian sudah sepakat, hal ini tidak akan menjadi masalah.—Prinsip Alkitab: Filipi 4:5.

Cara Memperkuat Komitmen


TANTANGANNYA

Pada hari pernikahan, Anda membuat janji. Janji suci ini adalah komitmen seumur hidup bahwa Anda akan tetap bersama pasangan Anda dan akan menyelesaikan masalah apa pun yang bisa terjadi.

Mungkin selama bertahun-tahun, perbedaan pendapat telah melemahkan ikatan perkawinan Anda. Apakah komitmen Anda masih sekuat dulu?

Cara Memperkuat Komitmen


YANG PERLU ANDA KETAHUI

Komitmen justru memperkuat perkawinan, bukannya melemahkan. Banyak orang ragu akan komitmen. Yang lain menganggap komitmen sebagai suatu hal yang mengekang. Daripada berpikir begitu, anggaplah komitmen sebagai jangkar yang membuat perkawinan Anda stabil. Seorang istri bernama Megan berkata, ”Waktu ada masalah, komitmen akan buat Anda merasa aman karena percaya bahwa Anda dan pasangan tidak akan bercerai.” * Karena yakin bahwa perkawinan Anda akan tetap aman, ini menjadi dasar untuk menyelesaikan masalah, sebesar apa pun itu. Lihat kotak ” Komitmen dan Kesetiaan”.

Yang perlu diingat: Kalau perkawinan Anda sedang bermasalah, sekaranglah waktunya untuk memperkuat komitmen, bukan meragukannya. Bagaimana caranya?

YANG BISA ANDA LAKUKAN

Perbaiki sudut pandang Anda. ”Menikah seumur hidup.” Apakah kata-kata ini membuat Anda merasa terkekang, atau justru merasa aman? Sewaktu ada masalah, apakah bercerai selalu Anda pikirkan sebagai jalan keluar? Agar komitmen semakin kuat, penting sekali untuk menganggap pernikahan sebagai komitmen seumur hidup.—Prinsip Alkitab: Matius 19:6.

Periksa latar belakang Anda. Pandangan Anda tentang komitmen mungkin dipengaruhi oleh apa yang terjadi pada orang tua Anda. Seorang istri bernama Lea berkata, ”Orang tua saya bercerai saat saya masih muda. Saya takut pengalaman ini membuat saya punya pandangan negatif tentang komitmen.” Yakinlah bahwa perkawinan Anda bisa lebih baik. Apa yang terjadi pada orang tua Anda belum tentu terjadi pada Anda!—Prinsip Alkitab: Galatia 6:4, 5.


Hati-hati dengan kata-kata Anda. Jika Anda dan pasangan Anda berbeda pendapat, jangan ucapkan kata-kata yang akan Anda sesali seperti, ”Kita cerai saja!” atau, ”Aku mau cari orang yang terima aku apa adanya!” Kata-kata ini justru melemahkan komitmen Anda. Ini tidak menyelesaikan masalah, malah membuat pertengkaran Anda makin hebat. Daripada menggunakan kata-kata yang pedas, berbicaralah seperti ini, ”Kita memang sama-sama kesal. Jadi, apa yang bisa kita lakukan untuk selesaikan masalah ini?”—Prinsip Alkitab: Amsal 12:18.

Tunjukkan dengan jelas komitmen Anda. Taruh foto pasangan Anda di meja kerja. Selalu katakan hal-hal positif tentang perkawinan Anda kepada orang lain. Pastikan untuk menelepon pasangan Anda setiap hari ketika Anda sedang bepergian untuk waktu yang lama. Gunakan kata ”kami”, juga ”saya dan istri” atau ”saya dan suami”. Dengan begitu, ini akan menunjukkan dengan jelas kepada Anda sendiri dan juga orang lain, bahwa Anda punya komitmen kepada pasangan Anda.

Carilah teladan. Amati pasangan yang sudah lama menikah yang berhasil mengatasi masalah perkawinan mereka. Tanyai mereka, ”Apa artinya komitmen bagi kalian, dan bagaimana ini bisa bermanfaat bagi perkawinan?” Alkitab berkata, ”Dengan besi, besi ditajamkan. Demikianlah seseorang menajamkan muka orang lain.” (Amsal 27:17) Sesuai dengan prinsip ini, ikutilah saran yang diberikan oleh pasangan yang perkawinannya berhasi