Translate this page to the following language!

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified


INSURANCE WORLDWIDE

Informasi Terpanas Tentang Manfaat Asuransi Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES CELEBRITY WORLDWIDE

Informasi Terpanas Tentang Kehidupan Artis Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES HISTORY TOUR AND TRAVEL

Informasi Terpanas Tentang Perjalanan Wisata Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES LOVE GOD

Informasi Terpanas Tentang Kehidupan Rohani Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES ADVERTISING

Kesempatan Buat Anda yang ingin Memajukan Bisnis dengan Pasang Iklan Secara Gratis dan Dibaca diseluruh Dunia *** Read More ***

Yuk Belajar Jual Beli Dollar

KETIKA HIDUP DI BAWAH TEKANAN



Galatia 6 : 9 'Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai jika kita tidak menjadi lemah.'

Apakah anda pernah ikut sebuah psikotes? Jika pernah, anda pasti ingat salah satu tes yang dilakukan adalah menghitung penjumlahan angka-angka dalam lembaran besar. Angka-angka yang tercetak sangat banyak dan lumayan 'menakutkan' bagi sebagian orang. Mengapa tidak, meskipun tugas kita sangat simple, hanya menjumlahkan dua angka di atasnya dan terus melanjutkannya ke bawah, tapi jika kita harus melakukannya dalam waktu yang ditentukan, tentulah jadinya kita akan merasa ada tekanan dalam menyelesaikannya.


Ketika kita asyik menjumlah, maka setiap 15 atau 30 menit sekali sang penguji akan memberi tanda kepada kita untuk berhenti dan memberi garis bawah kepada angka terakhir yang kita hitung. Dan begitu seterusnya sampai beberapa jam ke depan. Nantinya jika waktu selesai maka kita harus mengumpulkannya kepada sang penguji.

Saya rasa tugas itu harusnya sangat mudah jika tidak ada aturan waktu. Anak SD saja pasti bisa mengerjakan dengan sangat baik soal hitung-hitungan ini. Tapi sebenarnya bukan masalah benar atau salahnya hitungan itu yang akan dinilai, tapi seberapa banyak dan seberapa konsistennya kita dalam memecahkan soal-soal tersebut.


Soal kecerdasan mungkin saja kita di atas rata-rata, tapi soal daya tahan belum tentu kita memiliki nilai yang baik. Kebanyakan dari kita tidak mampu bertahan bekerja di bawah tekanan dan banyak yang ingin berhenti saja di tengah-tengah. Mengapa begitu? Karena pada dasarnya kita ingin melakukan yang terbaik. Kita tidak mau dikatakan tidak mampu. Kita akan mendorong diri kita untuk bisa melakukan penjumlahan itu sebanyak-banyaknya. Dan karena target yang kita miliki itulah maka sebagian orang akan merasa tertekan dengan aturan dan pembatasan yang ada. Tipe ini biasanya akan cepat melakukan di awal, namun kemudian akan terengah-engah di tengah-tengahnya. Dan biasanya juga akan terlihat dari tekanan pensil atau bolpen yang dia goretkan, lama kelamaan akan semakin tebal dan dalam, menunjukan tekanan di hatinya semakin nyata.


Tapi ada juga tipe orang yang tidak terlalu memusingkan target itu. Dia akan mengalir semampu yang dia bisa lakukan. Ketenangan yang dia miliki akan menolongnya untuk bisa memiliki aliran yang konstan dan konsisten ketika mengerjakan hitungan itu. Mungkin hasilnya tidak langsung maksimal, tapi jika dilihat secara keseluruhan maka kita bisa melihat bahwa dia orang yang lebih stabil.


Sementara itu mungkin ada juga orang yang sejak awal sudah memiliki ketakutan sendiri dan merasa tidak mampu. Dia merasa bahwa tugas ini tidak mungkin dia kerjakan dengan baik. Akibatnya, sejak awal saja hasil hitungannya banyak yang salah dan hasilnya sangat sedikit di setiap jedanya.
Namun ada juga orang yang ignorant atau cuek. Dia tidak terlalu perduli dengan hasilnya. Dia tidak punya rasa takut akan penilaian orang lain. Jenis seperti ini akan melakukan seenaknya dan tidak mempedulikan benar salahnya hasil hitungannya, hanya akan menuliskan angka sembarangan sebanyak-banyaknya.


Saudara, diantara tipe-tipe itu, termasuk yang manakah anda?
Tidak usah kuatir untuk menjawabnya. Ini bukan masalah benar atau salah, tapi ini akan menunjukkan siapa diri kita, dan tentunya akan menolong kita untuk bisa mengetahui bagaimana seharusnya kita bertindak dan mengambil keputusan dalam menghadapi masalah yang terjadi di dalam hidup kita.


Daya tahan sangat diperlukan untuk kita miliki. Tidak ada yang instan dalam hidup ini. Hampir setiap hari dan setiap hal memerlukan keputusan dari diri kita. Dan untuk ini kita perlu berjuang untuk menjalankannya. Perlu mengambil tindakan yang benar.
Cara berhitung tadi hanya sebuah simulasi dalam menolong kita melakukan yang tepat. Dan kita bisa saja sewaktu-waktu menaruh pensil atau bolpen kita dan berdiri dari tempat duduk tersebut untuk menghentikan proses tersebut jika kita merasa tidak suka untuk melanjutkannya.
Tapi tidak demikian dengan hidup kita. Suka atau tidak suka, kita tidak bisa menghentikannya begitu saja. Kita berada di satu situasi yang mau tidak mau harus kita hadapi. Ada banyak orang yang mungkin kita merasa tidak setuju, tapi mau tidak mau kita harus tetap ada di sana dan menghadapi mereka semua.


Tekanan kita bukan lagi terletak pada sang penguji yang mengumumkan waktu jeda tersebut, tapi justru terletak pada bentuk relasi seperti apa yang kita bangun selama ini, dan juga tergantung pada keputusan apa yang kita buat dalam hidup kita.
Simulasi hitungan tadi hanya sedikit ujian untuk menunjukkan kepada kita seperti apa karakter kita. Namun yang paling utama kita bisa belajar bagaimanapun atau seperti apapun tekanan itu diberikan kepada kita, janganlah kita pernah berkata 'QUIT'.


Keputusan untuk berhenti dalam banyak proses hanya akan memberikan harga yang lebih mahal bagi siapapun. Dan saya yakin tidak ada satu orang pun yang menginginkan harga yang mahal tersebut. Jadi, jangan cepat-cepat berhenti sampai prosesnya memang berakhir.
Jangan cepat menyerah dalam membangun hubungan dengan pasanganmu, jangan buru-buru berkata 'berhenti' pada boss mu hanya karena rasa marah dan kesal. Jangan terburu-buru mengadili seseorang hanya karena bukti yang tidak seberapa.


Cobalah ingat-ingat, selama ini, ada berapa banyak hal juga yang engkau sesali telah terjadi hanya karena keputusan yang dibuat berdasarkan emosi sesaat? Bukankah semua itu tidak bisa dikembalikan lagi?
Jadi hari inipun sama. Jangan hanya karena adanya 'tekanan' yang belum seberapa, kita sudah mengambil keputusan yang terlalu jauh. Tapi tenangkan hatimu, tarik nafas, ambil waktu untuk berdoa, mendengarkan suara Tuhan untuk masalah tersebut. Setelah semuanya tenang, barulah melangkah dan mengambil keputusan.
Daya tahan dalam menghadapi tekanan memang sangat diperlukan. Dalam hal inilah iblis akan mengambil banyak peranan, mencoba mengintimidasi kita sehingga kita akan mengambil keputusan dan membuat tindakan yang bodoh. Dia akan terus mendesak, menyiksa dan memaksa kita untuk berjalan sampai ke ujung tebing, memperlihatkan kepada kita bahwa tidak ada pilihan lain selain terjun ke dalam tebing itu.


Tapi Bagi Allah tidak ada yang mustahil. Dia mampu membelah lautan sehingga seluruh bangsa Israel berjalan di atas tanah yang kering menyeberangi sebuah 'kemustahilan' ketika itu. Sementara bangsa Mesir mengejar mereka, berusaha menekan dan mendorong mereka kepada situasi yang sulit dan terus mendesak sampai ke dekat lautan itu, dimana bagi manusia itulah akhir dari sebuah peristiwa yang besar itu. Semua orang akan setuju untuk mengatakan bahwa sepertinya lautan itu akan menjadi 'kuburan' bagi mereka semua. Tapi tidak bagi Allah. Dia menyatakan kebesaranNya dengan membuka lautan itu bagi mereka semua dan membuatkan jalan yang sangat baik sehingga mereka bisa melaluinya.


Segala kemustahilan itu bisa dilewati. Segala tekanan itu bisa diatasi ketika kita memiliki ketekunan dan daya tahan di dalam iman kita bersama dengan Tuhan.
Biarlah tulisan saya hari ini bisa memberikan satu kekuatan bagi semua yang membacanya hari ini. Jangan pernah menyerah dan jangan jemu berbuat baik, karena kita semua akan menuainya ketika kita tidak menjadi lemah dan menyerah sebelum waktunya.

Refleksi Surgawi

“Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!” Mazmur 46:11


Seorang teman menunjukkan foto yang dia ambil di Taman Nasional Shinjuku Gyoen, sebuah taman yang besar di tengah kepadatan kota Tokyo. Foto itu menunjukkan langit biru yang indah dengan sebuah pohon di tengah foto.


*courtesy of PelitaHidup.com
Ketika saya puji dia atas keindahan hasil jepretannya, dia menjadi geli. Dia berkata, “Kamu melihatnya secara terbalik. Itu adalah gambar pantulan langit pada danau.

Ketika saya perhatikan dengan seksama, saya menyadari bahwa dia berkata benar. Yang sebelumnya saya pikir adalah pemandangan yang indah merupakan pantulan pada permukaan danau, yang persis seperti cermin. Saya kagum betapa bersih langit dan sekitarnya yang tercermin pada air yang tenang. Hal itu membuat saya merenungkan betapa indahnya jika hidup saya mencerminkan kedamaian dan ketenangan surgawi.

Tuhan mengajarkan saya untuk mengetahui bahwa Dia mengawasi dan memegang kontrol atas hidup kita. Dia berkata, “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah.”

Tetapi ketika ada masalah yang datang menimpa, hal itu dapat mengacaukan kehidupan roh saya dan membuat saya tak berdaya. Orang lain dapat melihat gelombang yang mengacaukan hidup saya, dan bukan pantulan ketenangan surgawi.   

Saya tidak dapat menghindari badai kehidupan, tetapi badai tersebut tidak boleh merampas damai sejahtera Allah dalam hidup saya. Saya dapat berpegang teguh pada janji Tuhan bahwa pencobaan ini tidak akan melebihi dari yang dapat saya tanggung; Tuhan akan senantiasa menyediakan jalan keluar.
*courtesy of PelitaHidup.com
Tuhan juga siap, bersedia dan sanggup memberikan kebaikan dari setiap situasi dan keadaan, jika hati saya siap dan saya mengandalkan tuntunan dan pertolongan dari Tuhan.


Pemulihan: Mengatasi Rasa Bersalah Untuk Bangkit

Mazmur 51:3-12
3. Kasihanilah aku, ya, Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! 4. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! 5. Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. 6. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kau anggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu. 7. Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. 8. Sesungguhnya, engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku. 9. Bersihkanlah aku dari pada dosaku  dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju! 10. Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kau remukkan bersorak-sorai kembali! 11. Sembunyikanlah wajahMu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku! 12. Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!

Kristen


Apakah saudara  merasa bersalah hari ini atau pada hari-hari yang sudah berlalu ? Minggu ini saya merasa bersalah karena tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dapat saya lakukan, tidur  terlalu larutsehingga membuat kepala saya pusing, saya telah batal mengunjungi seseorang yang sedang berada di rumah sakit. Rasa bersalah itu dapat saja terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari karena kita tidak  melakukan sesuatu yang seharusnya, misalnya  telah berbicara menyinggung/menyakiti hati  orang lain, telah marah secara berlebihan, tidak mengendalikan lidah, terlalu curiga, terlalu khawatir, tidak terbuka, tidak jujur, telah mencemaskan sesuatu yang tidak terjadi, tidak belajar ketika akan menghadapi ujian sekolah dan lain-lain.



Apakah rasa bersalah itu ?

Rasa bersalah adalah sebuah perasaan yang tidak merasa bahagia,tidak merasa ada damai  dan tidak tentram. Perasaan yang buruk, salah, tidak berharga, merasa gagal, merasa malu dan kalah karena sesuatu perbuatan yang telah dilakukan. Para ahli psikologi berpendapat bahwa perasaan bersalah itu muncul karena kegagalan untuk mencapai standar-standar perilaku yang telah kita tetapkan sendiri. Misalnya ketika kita telah mengecewakan atau menyakiti hati seseorang, itu merupakan suatu perilaku yang buruk atau dosa.
Maka solusinya adalah kita belajar cara hidup yang  baik agar tidak merugikan oranglain atau siapapun. Jika ini kita lakukan tentunya kita tidak akan merasa bersalah. Pandangan seperti ini melihat bahwa dosa itu adalah masalah horizontal saja, yaitu hubungan sesama antar manusia.Berbeda dengan pandangan Alkitab,bahwa dosa itu juga memiliki dimensi vertikal, yaitu hubungan manusia dengan Allah.


Rasa bersalah itu sebagaimana yang telah dilakukan oleh Daud, adalah merupakan suatu dosa.Dosa itu menyakiti hati Allah.Alkitab mengatakan bahwa pada dasarnya kita semua bersalah.“Tidak ada yang benar, seorangpun tidak”, (Roma 3:10).Artinya kesalahan itu sifatnya universal atau umum.Di mata Allah semua manusia bersalah, karena manusia cenderung tidak mau dipimpin oleh Allah dan memberontak terhadap-Nya.
Apa yang  Daud telah ungkapkan dalam Mazmur  51 ini, adalah sebuah pengakuan dosa dari Daud. Nabi Natan telah diutus Tuhan datang kepada Daud supaya membeberkan dosa perjinahan yang telah dilakukan Daud dan pembunuhan yang telah direncanakan/dilakukan oleh Daud, dalam kisah 2 Sam.12 : 1-13. Dalam kisah ini, Daud  telah melakukan perjinahan dengan istri Uria bernama Batsyeba, dan karena hendak mengambilnya menjadi istrinya maka Daud dengan sengaja merencanakan dan membiarkan Uria mati dalam peperangan.

“Ditulisnya dalam surat itu, demikian: “Tempatkanlah Uria dibarisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati”, 2 Sam 11:15. Ini merupakan sebuah rencana pembunuhan yang dibuat oleh Daud terhadap Uria dan  Uriapun mati dalam pertempuran. Maksudnya ialah supaya ia dapat memiliki Batsyeba, mengambilnya menjadi isterinya.




Nabi Natan kepada Daud, dan ia menceriterakan  kepada Daud tentang seorang kaya yang mengambil anak domba satu-satunya kepunyaan orang miskin untuk menjamu tamu orang kaya tersebut,maka marahlah Daud, agar supaya orang kaya itu dihukum mati karena tidak mengenal belas kasihan. Melalui cerita itu Natan menegur Daud bahwa Daudlah orang itu.
“Mengapa engkau menghina Tuhan dengan melakukan apa yang jahat di mataNya?”, 2 Samuel 12: 9a. Akhirnya Daud sadar akan apa yang telah diperbuatnya, keadaan itu membuat Daud menjadi gelisah dan tidak tenang, hidupnya diliputi oleh rasa bersalah. Apa yang tidak berkenan dan yang jahat bagi  Allah telah ia perbuat.  Daud merasa hidupnya sudah tidak nyaman lagi karena ia terus dibayang-bayangi oleh perbuatannya yang berdosa itu.  Ia merasa bersalah, dan hatinya tidak tentram. Daud menginginkan ketenangan itu kembali dalam hidupnya, namun hal tersebut tidak akan diperolehnya sebelum ia membuat pengakuan yang jujur dengan sepenuhnya kepada Allah. Bagaimanakah Daud mengatasi rasa bersalahnya untuk bangkit kembali ?
Ada 4 hal yang dilakukan oleh Daud, yaitu:

  1. Bergumul melawan  dosa

Daud tidak langsung bertobat ketika ia berselingkuh dengan Batsyeba. Memerlukan beberapa waktu lamanya  sampai hal yang telah dilakukannya itu menjadi suatu pergumulan dalam hatinya. Setelah nabi Natan datang kepada Daud dan menceriterakan kisah tentang seorangkayayang  mencuri domba dari  seorang miskin, barulah Daud mengerti tentang kesalahannya. Mendengar kisah ini Daud baru sadar akan kejahatan yang telah ia perbuat itu.
Untuk memperoleh pengampunan dan pembaharuan dari Allah atas kesalahan dan dosa yang telah diperbuat itu tidaklah mudah. Apalagi jika seseorang itu telah mengalami keselamatan dan kemudian terjerumus ke dalam suatu kesalahan atau dosa maka akan mungkin mengalami pergumulan rohani yang panjang untuk mengalami pertobatan dan pemulihan. Pengampunan selalu ada pada Allah, yang Ia kehendaki ialah  supaya kita belajar untuk menjadi lebih baik lagi.
Dari Daud kita dapat belajar bahwa betapa menakutkan melukai hati Allah yang kudus setelah kita diberkati oleh Allah. “Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku”, ayat 5. Ini merupakan suatu kesadaran tentang tanggungjawab pribadi atas kesalahannya. Kata yang sering muncul dalam bacaan Firman Tuhan di atas ialah pelanggaranku, kesalahanku, dan dosaku.

Daud tidak mencari-cari alasan atau pembelaan, dan pembenaran terhadap dirinya mengapa iasampai berbuat dosa. Daud juga tidak menyalahkan pada keadaan yang membuat kesempatan itu terjadi, juga dia tidak  mempersoalkan ketidak-pengetahuan, atau karena kebutuhan, karena godaan, juga dia tidak melibatkan Batsyeba yang harus ikut menanggung kesalahan dalam perjinahannya, sehingga pembunuhan itupun terjadi.
Kesalahan yang dilakukan Daud itu adalah tanggungjawab Daud sendiri. Pengakuan yang sejati itu ialah mengakui kesalahannya dengan tidak mencoba berdalih. Daud tidak mau tinggal terus menerus dalam dosanya, karena itu ia datang kepada Allah untuk memohon pengampunan supaya dipulihkan.  “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”, 1 Yohanes 1:9
Kita harus bergumul melawan dosa, sebab dosa itu melawan Tuhan.Jangan biarkan dosa itu tetap tinggal dalam hidup kita tapi lawan dan perangilah itu.Hadapi dosa itu,dengan bersikap terbuka dan jujur dihadapan Allah.Jangan ada yang disembunyikan akuilah semua kesalahan dan dosa itu kepada Allah.Allah pasti mendengarkan semua beban kita, karena Ia selalu setia terhadap kita. Ia mengasihi kita.
Membiarkan dosa dan tidak mengakuinya, ini mencegah kita untuk menikmati hubungan dan persekutuan dengan Allah dan dengan sesama. Orang yang menyangkal dosanya atau berusaha menyembunyikannya, tidak mau mengakuinya, tidak menyesali dan meninggalkannya, tidak akanmerasa tenang dalam hidupnya dan tidak akan bertumbuh secara rohani. Pengampunan dan kemurahan Allah itu tersedia bagi semua orang yang mau datang kepadanya dengan sungguh hati untuk menerima pemulihan. “Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi”, Amsal 28:13.

2. Mengakui bahwa dosa itu melawan Tuhan

Setelah Daud menyadari kesalahanyang telah ia perbuat kepada manusia, ia juga menyadari bahwa terutama dosanya itu ialah kepada Allah. Firman Tuhan mengatakan bahwa dosa itu adalah perbuatan yang jahat dimata Allah.“Mengapa engkau menghina Tuhan dengan melakukan apa yang jahat di mataNya?Uria, orang Het itu, kau biarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kau ambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kau biarkan dibunuh oleh pedang bani Amon”, 2 Samuel 12:9.

Terlepas dari perbuatan Daud terhadap Batsyeba dan Uria suaminya, maka tindakan Daud itu pada akhirnya adalah menentang Allah. “Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kau anggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu”, ayat 6. Daudpun membuat sebuah pengakuan kepada Allah yang tanpa tersembunyi tentang kesalahan yang telah diperbuatnya. “Dosaku kuberitahukan kepadaMu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku”, dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku, Mazmur 32:5.

Mengakui dan memberitahukan dosa dengan hati yang tulus dan sungguh-sungguh akan menghasilkan pengampunan.Dengan pengakuan tersebut apabila Allah menjatuhkan hukumanNya atas orang berdosa Allah tidak boleh dituduh kejam.Daud mengakui bahwa Allah itu adil dalam segala keputusanNya.Resiko akibat dosa yang telah diperbuatnya itu dapat diterima oleh Daud sebagai maksud baik Allah.
Ada resiko yang harus diterima oleh Daud akibat dari perbuatan dosanya itu, yaitu anaknya yang dikandung oleh Batsyeba itu ditulahi oleh Allah sehingga sakit dan akhirnya mati. Sekalipun Daud telah berpuasa dan menangis untuk  berdoa minta belaskasih Allah agar anak itu tetap hidup tetapi keputusan Allah tetap terlaksana. Allah mau menunjukkan keadilanNya walaupun hati Daud terluka oleh kematian anak tersebut, karena itu Daud sangat menyadari bahwa keputusan Allah adalah baik apapun juga.  Sekalipun Daud bersedih tetapi ia tidak bisa menolak kehendak Allah dan Daud  merima keputusan Allah itu sebagai sesuatu yang baik.

Sebab itu ketika anaknya itu mati, Daud bangkit dan menyembah Tuhan.Daud tetap menyembah Tuhan disaat luka dihatinya masih ada akibat kesalahannnya itu.“Lalu Daud bangun dari lantai, ia mandi dan berurap dan bertukar pakaian; ia masuk ke dalam rumah Tuhan dan sujud menyembah”, 2 Samuel 12:20a.
Kesalahan itu mengandung resiko yang harus ditanggung. Saudaraku, bila saat ini engkau sedang mengalami suatu sakit, luka atau derita akibat kesalahan yang telah diperbuat di masa yang lampau anggaplah itu sebagai bentuk perhatian dan kasih Allah. Terimalah luka atau penderitaan yang wajar kita tanggung itu karena  akibat dosa atau  kesalahan kita, tapi jangan pandang  itu sebagai hukuman yang berkelanjutan, namun pandanglah itu sebagai sebuah proses penyembuhan yang akan terjadi kemudian setelah kita mengalami perubahan dalam hidup kita. Jika kita menyadari bahwa sesuatu beban yang kita terima/pikul saat ini adalah sebagai akibat dari kesalahan dan dosa yang telah kita perbuat, maka hal itu  harus kita terima sebagai sesuatu keputusan yang adil dari Tuhan.  Jadikan hal itu sebagai suatu peringatan atau sebagai kenangan indah untuk kita merasakan kasih Allah.

Jangan kecewa, jangan putus asa, tetaplah menyembah Dia. Dia mengasihi, sangat mengasihi sekalipun kita orang berdosa. Sebab tidak selamanya kita dibiarkan menderita. Justru dengan resiko yang diterima itu kita dapat merasakan betapa besar kasih dan keadilanNya.Ia pasti menyediakan yang terbaik lagi di masa yang akan datang sesuai proses perubahan hidup yang kita jalani. Dia akan mengubahkan keadaan yang buruk untuk menjadi sebuah kebaikan.

3. Menyadari orang berdosa  memerlukan pengampunan Allah

Daud mengakui bahwa sejak dari kandungan atau lahir dia memiliki kecenderungan untuk berbuat dosa. Daud menyatakan bahwa manusia itu sifatnya berdosa, dengan kata lain setiap orang itu sejak dari lahir memiliki suatu kecenderungan untuk melakukan suatu kesenangan dan keiinginan diri sendiri, yang bahkan dapat menyebabkan orang lain menderita.
“Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku”, ayat 7. “.. hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmatMu yang besar!’, ayat 3. Hapuskan artinya ‘dikikis’ dibersihkan seperti sebuah tulisan dihapuskan, sehingga tidak kelihatan lagi. “Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!”, ayat 4. Dosa dilihat sebagai sesuatu yang berurat berakar secara dalam yang memerlukan pengobatan intensif, yaitu dengan membuang habis dosa sehingga menjadi tampak bersih.

Kecenderungan berdosa ini hanya dapat dibersihkan dari kehidupan kita melalui penebusan di dalam Yesus Kristus yang telah membayar, menebus kita dengan kematiannya di kayu salib dan oleh tuntunan Roh Kudus.Kita membutuhkan pertolongan Tuhan, sebab usaha kita hanyalah sia-sia jika bukan karena Tuhan yang menolong untuk membebaskan kita.Pengampunan yang diberikan Tuhan itu akan memulihkan keadaan kita. Bersyukurlah kepada Tuhan yang telah menyediakan pertolongan itu melalui kematianNya di kayu salib. Oleh sebab itu siapa yang datang dan percaya kepadaNya akan diselamatkan.

4. Penyerahan diri kepada Allah untuk dibaharui

Kita sebagai orang percaya sangat memerlukan Roh Allah mendiami kita untuk menciptakan di dalam diri kita hati yang selalu menjauhi dan membenci dosa. Roh Kudus itu akan membaharui kita untuk selalu merindukan dan melakukan kehendak Allah dalam hidup kita. Hanya Allah saja yang dapat membuat  kita menjadi ciptaan baru dan memulihkan kehidupan kita. “Jadikanlah aku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!”, Mazmur 51: 12.
Kita harus datang kepada Allah dan meminta pengampunanNya karena terhadap Allah kita telah berdosa. Daud mengakui kedalaman yang sebenarnya dari kesalahannya itu sebagai keadaan manusia sejak dilahirkan.Hanya Allah yang dapat membersihkan, hanya Allah pula yang dapat melaksanakan pemulihan jiwa dan tubuh secara sempurna dari kehancuran dan akibat dosa.“Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju! Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersorak-sorak kembali! (ayat 9-10).

Daud tidak akan merasa tenang sebelum ia mengutarakan segala dosanya dihadapan Allah. Perasaannya perih oleh penyesalannya atas keterlibatannya dalam pembunuhan terhadap Uria, Daud membawa jiwanyayang hancur itu kepada Allah sebagai persembahan yang sejati. “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur , hati yang patah dan remuk tidak akan Kau pandang hina ya Allah”, Mazmur 51:19. Tanpa jiwa yang hancur tampaknya segala korban itu tidak bermakna.Setelah Daud membuat pengakuan dosanya, maka nabi Natan langsung mengumumkan pengampunan dari Allah. Allah mengampuni Daud dan  Daud sadar tentang keajaiban kasih dan pengampunan yang begitu indah diberikan Allah kepadanya atas kesalahannya yang sangat besar itu.

Tidak mudah bagi Daud mengakui dosanya itu kepada Allah, namun ia berjuang melawan ungkapan hati terdalamnya itu kepada Allah sekalipun diliputi oleh rasa malu, direndahkan dan dipatahkan oleh rasa bersalahnya. Namun  akhirnyaia ditolong dari keputus-asan itu oleh  iman penyesalannya di dalam kasih Allah.
Dampak dari rasa bersalah itu memang sangat dalam seperti  perasaan ditolak, ketidakmampuan untuk mengatakan tidak, munculnya depresi, kecemasan, dan kehilangan keintiman rohani dengan Allah. Kita bukanlah sebagai orang yang pertama merasakannnya. Jangan lari dan menghukum diri menjadi korban rasa bersalah, sebab jika ini dibiarkan maka keputus-asaan dan kegagalan akan mendatangi kita. Alkitab telah mencatat dalam kitab Mazmur, tentang  gambaran keputus-asaan itu, “Sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku; semuanya seperti beban berat yang menjadi terlalu berat bagiku”, Mazmur 38:5.
Saudaraku, Allah mengerti beban berat itu, dan Ia menyediakan jalan untuk mengatasinya.  Oleh kematian Yesus Kristus di kayu salib, Ia menyatakan kita tidak bersalah dan ditebus dari dosa.  Jika kita terus saja berpegang pada rasa bersalah itu, maka kita seolah-olah lebih tahu dari pada-Nya, dan kita menyia-nyiakan pengorbananNya yang rela mati buat kita.Tuhan meminta kita untuk memperbaharui pikiran kita dengan kebenaran FirmanNya untuk membantu kita supaya terhindar dari ganjaran yang tidak menyenangkan.Keadaan memang tidak berubah tapi Allah akan memperbaharui kita dengan memberi kekuatan yang baru serta ia akan mengubah hidup kita menjadi manusia yang baru bagiNya, karena walaupun kita berdosa tapi dapat dibenarkan olehNya karena iman kita kepadaNya kepada kasihNya.
Secara emosional kita mungkin hidup begitu lama dibawah rasa bersalah sehingga menghukum diri sendiri dan tidak merasa ada kebebasan lagi  untuk menjadi baik. Bangkitlah, hadapi rasa bersalah itu, akui dihadapan Tuhan dengan terbuka, dengan jujur dan minta pengampunan dari Tuhan dan bertobat. Jangan berhentimencoba untuk dipulihkan, buang putus asa itu dan rasa ketidakbergunaan itu, datanglah kepadaNya sebab Allah selalu menunggu kita dengan setia.Berserahlah dan minta pengampunan dari Allah. Curahkan semua isi hati, tekanan-tekanan dan beban-beban berat yang menghimpit itu.Meraunglah, menangislah, menjeritlah kepada Tuhan, Dia menunggu dan mendengarkan. Bawalah seluruh jiwa dan hati yang hancur itu kepada Tuhan. Tuhan pasti meringankan beban itu dan memberikelegaan serta bebaskan dari semua beban berat yang menindih itu.  Allah tidak ingin membinasakan umatNya, Ia selalu menawarkan pengampunan jika kita mau bertobat. Pengampunan itu disediakan bagi semua orang , yang sekalipun telah berbuat dosa. “Sekalipun dosamu merah seperti kermizi, akan menjadi putih seperti salju, sekalipun  berwarna  merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih  seperti bulu domba, Yesaya 1:18.

Jika  ini sudah datang mengakui kesalahan itu kepada Tuhan dengan rendah hati yang tulus, rasakan betapa besar pengampunan yang diberikanNYa itu, rasakan betapa besar kasihNya itu. Allah adalah kasih.Dia Allah mengasihi, mengasihi orang berdosa.  Dia merindukan orang berdosa datang kepadaNya untuk dipulihkan.  Iblis memang suka mematahkan semangat, dan mengintimidasi kitasebagai orang tidak berguna orang berdosa, sekarang katakan kepada iblis bahwa engkau  telah dibebaskan dan dipulihkan Allah.Engkau sudah dibebaskan, sudah dimerdekakan oleh kasih karunia Tuhan.

Hiduplah sebagai seorang anak Allah yang telah diampuni. Buang rasa malu itu karena  hanya membuat jurang pemisah dalam hubungan kita dengan sesama dan Allah.Terimalah kebebasan dari rasa bersalah itu dalam kasih Allah yang telah dikaruniakanNya melalui pengampunanNya.  Bangkitlah sebagai seorangpemenang yang telah dibebaskan dan dibaharui dalam kasihNya. Berjalanlah dalam terang Firman Allah dan Roh Kudus, sebab di dalam Tuhan, masa depan itu sungguh ada. “Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang”, Amsal 23:18. Tuhan mengasihimu.

Puji-pujian Untuk Isteri Yang Cakap (Amsal 31:10-31)


Puji-pujian Untuk Isteri Yang Cakap (Amsal 31:10-31)


renungan harian


Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya?
Ia lebih berharga dari pada permata.Hati suaminya percaya kepadanya,
suaminya tidak akan kekurangan keuntungan.Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat
sepanjang umurnya.Ia mencari bulu domba dan rami,
dan senang bekerja dengan tangannya.
Ia serupa kapal-kapal saudagar,
dari jauh ia mendatangkan makanannya.Ia bangun kalau masih malam,

lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya perempuan.
Ia membeli sebuah ladang yang diingininya,
dan dari hasil tangannya kebun anggur ditanaminya.

Ia mengikat pinggangnya dengan kekuatan,
ia menguatkan lengannya.Ia tahu bahwa pendapatannya menguntungkan,
pada malam hari pelitanya tidak padam.

Tangannya ditaruhnya pada jentera,
jari-jarinya memegang pemintal.

Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas,
mengulurkan tangannya kepada yang miskin.

Ia tidak takut kepada salju untuk seisi rumahnya,
karena seluruh isi rumahnya berpakaian rangkap.

Ia membuat bagi dirinya permadani,
lenan halus dan kain ungu pakaiannya.
Suaminya dikenal di pintu gerbang,
kalau ia duduk bersama-sama para tua-tua negeri.
Ia membuat pakaian dari lenan, dan menjualnya,
ia menyerahkan ikat pinggang kepada pedagang.

Pakaiannya adalah kekuatan dan kemuliaan,
ia tertawa tentang hari depan.

Ia membuka mulutnya dengan hikmat,
pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya.

Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya,
makanan kemalasan tidak dimakannya.
Anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia,
pula suaminya memuji dia:

Banyak wanita telah berbuat baik,
tetapi kau melebihi mereka semua.

Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia,
tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji.Berilah kepadanya bagian dari hasil tangannya,

biarlah perbuatannya memuji dia di pintu-pintu gerbang!

Menjadi Orang Bersemangat dan Optimis Menghadapi Masalah


“Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa yang akan memulihkan semangat yang patah?” Amsal 18:14

renungan harian


Beragam persoalan bisa menimpa siapa saja. Entah orang kaya atau miskin, tua atau muda, setiap orang selama hidup di dunia ini selalu berhadapan dengan berbagai persoalan. Setiap orang, terlepas dari status sosial, pendidikan, profesinya, dan bahkan sebagai hamba Tuhanpun tidak terluput dari yang namanya pergumulan atau persoalan. Manusia harus berhadapan dengan masalah selama hidup di dunia ini. Setiap orang tentunya memiliki persoalan yang berbeda-beda.


Kita tidak boleh menyerah, walau badai apapun yang sedang menerpa. Sebab pencobaan yang kita alami tidak pernah melebihi kekuatan kita, seperti yang disebutkan dalam Firman Tuhan.
“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu.


Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya” 1 Kor 10:13 itu baik. Dia sahabat kita, dalam segala susah Dia selalu datang menghibur. Biasanya ada beberapa hambatan-hambatan dalam meraih sebuah keberhasilan adalah antara lain, sikap yang putus asa, patah semangat, menyerah, keinginan untuk mundur, dan lain sebagainya. Kalau sikap seperti ini dibiarkan akan membuat seseorang itu menjadi frustrasi, dan tetap tinggal dalam masalahnya. Dalam menghadapi setiap masalah, kita membutuhkan sebuah semangat untuk berjuang dan bangkit, dengan pertolongan Tuhan agar kita sampai pada tujuan yang diinginkan.

Dalam cerita di Alkitab kita dapat melihat sebuah kondisi yang mengisahkan seseorang yang tidak lagi bersemangat dalam hidupnya, yaitu kisah nabi Elia. Keberhasilan Elia membunuh 450 orang nabi baal seorang diri membuat Izebel marah dan bermaksud membunuhnya. Mendengar berita itu, larilah Elia untuk menyelamatkan diri, ia dalam ketakutan, putus asa dan patah semangat. Ia lari ke gunung Horeb untuk bersembunyi.


a). Ia kelelahan, lelah jasmani setelah perjalanan panjang, empat puluh hari, empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yaitu gunung horeb. “Kemudian ia ingin mati, katanya: “Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik daripada nenek moyangku” 1 Raj 19:4b.

b). Ia merasa telah gagal membuat bangsa Israel untuk bertobat. Ia merasa kesepian, hanya seorang diri saja dalam pergumulan untuk kebenaran Allah.

“Jawabnya: “Aku bekerja segiat-giatNya bagi Tuhan, Allah semesta alam,karena orang Israel meninggalkan perjanjianMu, meruntuhkan mezbah-mezbahMu dan membunuh nabi-nabiMu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup, dan mereka ingin mencabut nyawaku” 1 Raj19:10
Allah tidak tinggal diam, Ia tetap memperhatikan Elia yang sedang patah semangat itu. Ia membiarkan Elia istirahat dan tertidur, kemudian Allah mengirim malaikatNya untuk memberi makan Elia. Allah juga datang untuk memberikan semangat kepadanya dan memperkuat imannya di gunung Horeb itu. Allah sesungguhnya tidak akan meninggalkan nabi ataupun umat-Nya yang setia.
“Firman Tuhan kepadanya:”, pergilah, kembalilah ke jalanmu, melalui padang gurun ke Damsyik, dan setelah engkau sampai, engkau harus mengurapi Elisa bin Safat, dari Abel Mehola, menjadi nabi menggantikan Engkau” 1 Raj 19:15-16
Ketika anak-anak Tuhan putus asa dimanapun mereka berada, melalui Yesus Kristus mereka dapat memohon kepada Allah, untuk menerima kekuatan dan semangat agar mampu menghadapi situasi.
Orang yang bersemangat adalah orang yang tidak mau menyerah, dan tidak mau terpengaruh oleh keadaan, sekalipun hal itu kurang baik. Tindakan/perbuatannya tidak ditentukan atau dipengaruhi oleh keadaan. Mengapa demikian ? Karena, ia memiliki target dan tujuan yang ingin dicapainya. Orang yang bersemangat akan tetap optimis, mereka percaya karena bersama dengan Allah akan mampu untuk menghadapi setiap kesukaran.


“Segala perkara dapat kutanggung didalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” Fil 4:13
Orang yang bersemangat memiliki iman, tetap percaya pada Firman Allah yang berkuasa. Jadilah orang yang bersemangat dalam hidup ini, apapun kondisi yang sedang terjadi, tetap miliki semangat. Semangat sangat diperlukan untuk memperoleh apa yang ingin kita capai. Karena dengan bersemangat kita akan tetap mengarahkan pandangan kita kepada tujuan, dan ada usaha untuk mencapainya.

Untuk menjadi orang yang bersemangat yang selalu optimis, kita memerlukan:
1. Keberanian bertindak untuk mengambil resiko

Orang yang bersemangat memiliki keberanian untuk bertindak. Siap hidup dan siap mati, mereka tidak takut dan gemetar karena mempunyai ketetapan hati yang mantap. Ingat, bagaimana kisah Sadrakh, Mesakh dan Abednego ? Ada sebuah perintah yang telah dibuat bahwa ketika mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi atau alat musik lainnya maka haruslah setiap orang sujud menyembah patung yang telah didirikan oleh raja Nebukadnezar. Mereka tidak mau menyembah patung yang telah didirikan oleh raja Nebukadnezar tersebut.
Dalam Kitab Daniel 3:6 “Siapa yang tidak sujud menyembah, akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala.”

Didapatilah bahwa mereka tidak mengindahkan titah itu, mereka tidak mau memuja dan menyembah patung tersebut. Adalah sebuah ancaman bagi mereka, dengan resiko mereka harus dimasukkan kedalam perapian. Mereka tidak khawatir, cemas dan takut, malah dengan berani untuk menerima hukuman itu. Mereka tetap mempertahankan iman yang mereka percayai.

Beginilah yang mereka ucapkan kepada raja itu, Daniel 3:17-18 ”Jika Allah yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu ya raja. Tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memujja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.”

Mereka berani berkata tidak dan merekapun berani bertindak menerima hukuman yang sudah ditetapkan itu. Dengan amarah raja itu memerintahkan supaya perapian dibuat tujuh kali lebih panas dari biasanya, dan ketika mereka dicampakkan kedalam api, mereka tidak terbakar, rambut di kepala mereka tidak hangus, bahkan bau kebakaranpun tidak ada.
“Lalu Nebukadnezar mendekati pintu perapian yang menyala-nyala itu ; berkatala ia: “Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, hamba-hamba Allah yang maha tinggi, keluarlah dan datanglah kemari!” Dan 3:26

Merekapun keluar dengan selamat dari perapian , Tuhan menyertai mereka. Dengan berani mereka mengatakan sekalipun Allah tidak menolong, mereka siap untuk mati bagi Tuhan. Tetapi Tuhan tidak tinggal diam, mereka diluputkan dari panas api itu, mereka tidak terbakar, tidak ada bau hangus, mereka tetap utuh seperti sediakala.
“Apabila engkau berjalan melalui api engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau.” Yes 43:2b
Kalau kita berani bertindak lakukan sesuatu kebenaran, Tuhan pasti menolong, Tuhan juga pasti membela FirmanNya. Jadi, jangan takut, hadapilah setiap persoalan, jangan lari, Tuhan memberi kekuatan agar kita dapat meraih keberhasilan.

2. Sikap tidak mau menyerah
Dalam Alkitab ada sebuah cerita tentang seorang perempuan yang sudah 12 tahun menderita pendarahan. Perempuan ini sudah diobati oleh berbagai-bagai tabib, namun keadaannya makin memburuk. Perempuan ini tidak putus asa, ia tetap memiliki semangat untuk sembuh. Tatkala ia mendengar berita tentang Yesus Sang Penyembuh itu, iapun berusaha untuk mencari Yesus, sebab ia yakin Yesuslah yang dapat menolong untuk menyembuhkannya.
Perempuan ini adalah orang yang bersemangat.
Ketika Yesus dalam perjalanan menuju rumah kepala ibadat, ditengah kerumunan banyak orang, perempuan ini berusaha untuk menghampiri Yesus agar menerima kesembuhan dariNya. Perempuan ini tidak mau menyerah, dia tetap memiliki semangat, dia terus berjalan untuk menghampiri Yesus sekalipun ia sedang dalam penderitaan, mungkin ia berjalan tidak seperti orang normal karena penyakitnya itu, jalannya lambat tapi ia terus berusaha untuk maju mendekati Yesus dari arah belakang.

Perempuan ini mempunyai suatu tujuan untuk sembuh, ia memiliki iman, “Karena katanya dalam hatinya:”Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” (Mat 9:21). Setelah hal itu dilakukannya iapun menjadi sembuh. Jerih payahnya tidak sia-sia. Ia berhasil, ia sembuh. Setiap orang yang mau mendekatkan diri kepada Yesus tidak akan menyerah, tetap berjuang sampai memperoleh apa yang ingin dicapai.
“Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu” 2 Taw 15:7

“Dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sunggguh-sungguh mencari Dia” Ibr 11:6b
Kalau semangatmu sedang lemah, bangkitlah mencari Tuhan, dengan berdoa, membaca Firman Allah, mengikuti ibadah dan memuji menyembah Dia. Pasti ada kekuatan baru dan upah yang akan diberikanNya, itu janjiNya.

3. Iman yang teguh
Rasul Paulus setelah pertobatannya, memberikan hidupnya untuk melayani Tuhan, ia memenuhi panggilan Tuhan sebagi salah satu rasul yang ikut menderita bagi Kristus.
“Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.” 2 Kor 4:8
“Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian.” 2 Kor 11:27
Dalam mengiring Yesus, Paulus banyak sekali mengalami penderitaan dan aniaya. Paulus juga mengalami kesedihan, ia ditinggalkan oleh teman-temannya.
“Pada waktu pembelaanku yang pertama, tidak seorangpun yang membantu aku, semuanya meninggalkan aku, Tetapi Tuhan mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan, Dan Tuhan akan melepaskan aku, dari setiap usaha yang jahat, Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam kerajaanNya di Sorga. Bagilah kemuliaan selama-lamanya”. 2Tim 4:16-18
Di Roma pada saat itu sedang terjadi penganiayaan yang hebat, dan tidak ada seorangpun yang berani mengakui mengenal rasul Paulus. Paulus merasa kesepian dan kecewa, namun ia tetap merasakan kehadiran Tuhan, yang memberikan kekuatan padanya. Paulus mengakui bahwa ia mempunyai keyakinan yang kokoh, sebab Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya. Paulus sanggup menghadapi dan mengatasi segala rintangan sebab ada Tuhan yang selalu memberi pertolongan dan kekuatan baginya. Karena iman yang teguh Rasul Paulus tetap berjuang, dan bahkan setia sampai mati bagi Tuhan.

“Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang Adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.” 2 Tim 4:7-8
Apapun keadaan yang kini tengah kita hadapi, kita tidak boleh hilang pengharapan, putus asa atau melepaskan iman saat menghadapi berbagai masalah. Hadapilah semua bersama Tuhan, kita akan dapat mengalami pengalaman-pengalaman yang baru bersama Tuhan.
Setiap Firman Tuhan yang kita butuhkan terjadi atas kita, harus tetap kita percaya, sebab ada firman Tuhan tertulis:
“Aku tidak akan melanggar perjanjian-Ku, dan apa yang keluar dari bibir-Ku tidak akan Kuubah” Maz 89:35
Semua yang Tuhan janjikan itu melalui Firman-Nya, tidak akan ditarik kembali, dan Tuhan tidak mengingkari Janji-Nya itu. Arahkan pandangan, pikiran dan hati kepada FirmanNya, sebab itulah kebenaran yang akan memulihkan kita. Allah itu sangat baik.
“Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya” Maz 34:19.
Kita harus percaya pada Firman-Nya. Supaya iman tetap teguh, baca, renungkan dan perkatakanlah Firman Tuhan itu kepada diri kita sendiri maupun kepada orang lain.
Semangat merupakan jalan untuk memperoleh apa yang kita butuhkan. Tetaplah bersemangat, miliki keberanian untuk melakukan Firman Allah, jangan pernah menyerah dan tetap teguh pegang janji Tuhan sampai menjadi sebuah kenyataan. Tuhan memulihkan setiap semangat yang patah. Orang yang bersemangat akan selalu optimis dalam menghadapi setiap persoalan, untuk meraih keberhasilan. Selamat berjuang dan tetap semangat, Tuhan Yesus memberkati kita semuanya.

“Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat” Wahyu 1:3.

3 Kunci Mendapatkan Kekuatan Di Masa Sukar


“Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.


ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.


” Habakuk 3:17-19
Habakuk hidup pada jaman dimana bangsa Israel ditindas oleh musuh-musuhnya. Bukan hal yang mudah baginya untuk dapat terus mempertahankan imannya. Masa-masa yang sukar dimana musuh senantiasa menindas, membuat semua aspek kehidupannya terpengaruh. Ladang yang biasanya menjadi tempat yang mendatangkan penghasilan dan merupakan tempat tumpuan bagi penghidupannya tidak lagi membuahkan hasil. Ternak yang menjadi harta kekayaannya terhalau dari kurungannya.

Tidak ada lagi simpanan baginya. Sedangkan dia mempunyai kebutuhan yang harus terus dipenuhi.



Bukankah hal-hal ini juga yang banyak dialami oleh umat Tuhan? Keadaan krisis global yang sedang terjadi belakangan ini menimbulkan dampak yang sangat besar. Begitu banyak terjadi pengurangan tenaga kerja di seluruh bagian dunia ini. Tidak terkecuali di Indonesia, makin banyak pengangguran terjadi dimana-mana. Pekerjaan atau bisnis yang masih berjalan-pun tidak menjadi semakin mudah. Semakin banyak tekanan dalam kehidupan kita. Tetapi apakah kita menyerah dengan keadaan seperti itu?Mari kita belajar dari nabi Habakuk, bagaimana dia mendapatkan kekuatan dia masa-masa yang sukar.



Berikut 3 kunci mendapatkan kekuatan di masa sukar :


1. Bersorak-sorak di dalam Tuhan (Hab 3:18a)
Ketika bangsa Israel selesai mengelilingi kota Yerikho pada hari ke tujuh, mereka bersorak-sorai. Setelah itu kita melihat bahwa tembok Yerikho diruntuhkan.Tembok sebesar tembok Yerikho dapat diruntuhkan dengan kuasa dari sorak sorai. Demikian juga masalah seberat apapun yang kita hadapi, ketika kita bersorak-sorai bagi Tuhan, maka masalah itupun dapat diruntuhkan. Bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati! (Ef 5:19)


2. Beria-ria di dalam Allah (Hab 3:18b)
“Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu. Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.

” 1Pet 4:12-13
Rasul Paulus mengingatkan kita bahwa penderitaan adalah bagian dari proses hidup kita, dan kita akan menerima bagian yang telah Tuhan sediakan bagi kita, jika kita bertahan sampai pada akhirnya. Oleh karena itu Rasul Paulus menasehatkan agar kita bersukacita di dalam apapun yang kita alami, supaya kita bisa terus bertahan sampai pada akhirnya.“Tetapi orang-orang benar bersukacita, mereka beria-ria di hadapan Allah, bergembira dan bersukacita.

” Maz 68:4



3. Berharap kepada Tuhan (Hab 3:19a)
“TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya.” Maz 28:7a
Tempatkan harapan kita kepada Tuhan, jadikan Tuhan kekuatan hidup kita. Ketika kita menghadapai suatu masalah, janganlah kita mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri. Gantungkan harapan kita kepada Tuhan. Serahkan apa yang menjadi masalah kita kepada Tuhan. Minta kekuatan dariNya, maka Dia akan memberikan kekuatan sehingga kita sanggup melalui setiap problema.


“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.


” 1 Kor 10:13
Ketiga point di atas akan memberikan kita kekuatan yang luar biasa dalam menghadapi masa-masa yang sukar saat ini. Kita akan melihat pertolongan Tuhan dalam perjalanan hidup kita.
“Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau.


” Yes 43:2“Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.“ Hab 3:19b